Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

60

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman bangsa-bangsa maju menunjukkan bahwa keberhasilan suatu pembangunan amat ditentukan oleh mutu sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa-bangsa tersebut. “Jepang, meski miskin akan sumber daya alam tetapi tercatat sebagai negara termaju di dunia di bidang ekonomi, dikarenakan mutu sumber daya manusia yang dimilikinya”. 1 Selain Jepang, jika kita melihat negara maju lainnya seperti Jerman dan Swedia, selain maju dalam bidang ekonomi dua negara tersebut juga maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan tersebut dikarenakan “Pemerintahannya berperan utama dalam menyelenggarakan sistem persekolahan, dimulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tinggi, dalam segala persoalan pendidikan, seperti mutu guru, kualitas, dan kuantitas, tidak mungkin dapat diatasi dan terjawab memuaskan selama masalah pendidikan tidak diatasi”. 2 Kita pun telah menyadari bahwa mutu sumber daya manusia merupakan modal utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Meski kita memiliki sumber daya alam yang kaya, apabila tidak diimbangi oleh sumber daya manusia yang memadai, apalah artinya. Untuk itu dengan bercermin kepada negara-negara yang maju, modal yang paling utama yang harus disiapkan adalah pendidikan. Melalui pendidikan terletak harapan yang besar dalam membentuk mutu manusia Indonesia di masa mendatang, dengan persaingan global yang semakin kompetitif. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sekolah Berprestasi: Studi Kasus di SMA 2 Petra Surabaya, Jakarta: Balitbang Depdikbud, 1995, hlm.1. 2 Sayidiman Suryohadiprojo, Kepemimpinan Mutu Pendidikan, artikel diakses, 21 Juli 2007 dari htt:Kompas.ComKompas-cetak030721opini442908.htm 61 Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang terintegrasi dengan peningkatan mutu pendidikan maka pemerintah dan masyarakat terus berupaya mewujudkan peningkatan mutu melalui berbagai usaha antara lain; “Melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, perbaikan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya”. 3 Dalam arti yang sederhana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia kita harus meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan pendidikan sesuai potensi, kebutuhan dan harapan masyarakat. Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan kita selama ini adalah dikarenakan penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal massal, yaitu: Berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak- banyaknya jumlah siswa, kelemahan yang tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah tidak terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal, padahal sebagaimana kita ketahui hakikat pendidikan adalah untuk memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal. 4 Hal itu terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada pemerataan pendidikan, dalam arti pemerintah kita memberikan pendidikan kepada seluruh warga Indonesia baik yang berada di daerah pedesaan, perkotaan, miskin kaya, siswa cerdas atau biasa tidak dibedabedakan maka terjadilah pendidikan yang bersifat klasikal masal, namun demikian kita tidak sepenuhnya menyalahkan pemerintah karena pada dasarnya pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama, akan tetapi kita perlu berusaha semaksimal mungkin mengembangkan sistem pendidikan kita 3 Departemen Pendidikan Nasional, Isu-Isu Pendidikan di Indonesia: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua, Jakarta: Balitbang Diknas, 2004, hlm. 26. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Satu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa, Jakarta: Balitbang Diknas, 2003, hlm. 1. 62 yang tadinya bersifat klasikal massal menuju pada kelas-kelas khusus atau adanya pengelompokkan belajar. Jika mengacu pada sistem pendidikan di atas, maka siswa yang berada di luar kelompok normal dalam arti siswa istimewa, yaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa di atas rata-rata siswa biasa kecerdasan di bawah rata-rata tidak terakomodasinya kebutuhan dan kurangnya perhatian terhadap pengembangan dan peningkatan potensi yang mereka miliki, sehingga menimbulkan masalah dalam dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis berpendapat bahwa dalam upaya peningkatan mutu pendidikan perlu diselenggarakan pelayanan program pendidikan yang menampung kebutuhan siswa istimewa untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Untuk menciptakan program pelayanan pendidikan khusus bagi anak istimewa dan berbakat, terlebih dahulu perlu diciptakan sekolah unggulan dengan berbagai ragam program pendidikan yang mengakomodasi berbagai keragaman potensi siswa. Sekolah unggulan adalah “Sekolah yang efektif mampu mencapai tujuan dan efisien menggunakan sumber daya dengan hemat untuk mencapai tujuan dengan menjanjikan lulusan yang terbaik, dalam keunggulannya secara kompetitif dan komparatif”. 5 Sekolah unggulan pada hakekatnya adalah “Sekolah yang membekali proses belajar mengajar yang bermutu kepada siswa dengan kurikulum yang bermutu pula.” 6 Departemen Pendidikan Nasional, menjelaskan dimensi-dimensi sekolah unggulan sebagai berikut: 1. Masukan input, intake berupa siswa yang diseleksi secara ketat dengan mengunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Sarana dan prasarana yang menunjang guna memenuhi kebutuhan belajar siswa seta dapat menyalurkan minat dan bakat, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. 5 Syaripudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Strategi dan Aplikasi, , Jakarta: Grasindo, 2000, hlm. 95. 6 Departemen Pendidikan Nasional, Isu-Iisu Pendidikan di Indonesia: Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga, Jakarta: Balitbang Diknas, 2004, hlm. 102. 63 3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk terwujud dan berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial-psikologi. 4. Guru dan tenaga kependidikan yang menanganinya harus gurutenaga kependidikan yang terpilih mutunya, baik dari segi penguasaan mata pelajaran, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam menjalankan tugas. 5. Kurikulum yang diperkaya. 6. Rentang waktu belajar di sekolah lebih panjanglebih lama dibandingkan dengan sekolah lain. 7. Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkanaccountable kepada siswa, lembaga dan masyarakat. 8. Nilai lebih plus dari sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan penyuluhankonseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas, dan disiplin, sistem asrama dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. 9. Pembinaan kemampuan kepemimpinannya leadership yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa dan melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran. 10. Sekolah unggulan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. 11. Sekolah unggul diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan agent of excellence bagi sekolah di sekitarnya. 7 Dengan demikian siswa yang diperkenankan belajar pada program unggulan harus memiliki kriteria tertentu seperti prestasi belajar siswa yang superior berupa angka rapor, nilai ujian nasional UN, dan hasil tes prestasi akademik lainnya, skor psiko-tes yang meliputi intelegensi dan kreativitas, tes fisik dengan baik. Selain itu harus diberikan insentif tambahan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya baik berupa uang maupun fasilitas lainnya. Kurikulum yang digunakan harus berpegang pada kurikulum nasional yang standar dan sekolah perlu melakukan improvisasi kurikulum secara masksimal sesuia dengan tuntutan belajar siswa yang memiliki kecepatan dan motivasi belajar tinggi dibandingkan siswa seusianya. Selain kurikulum dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran perlu disediakan berbagai sarana dan prasarana penunjang belajar seperti perpustakaan, labolatorium IPA, Bahasa, 7 Depdiknas, Isu-Isu Pendidikan: Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga..., hlm. 103-104. 64 komputer, kebutuhan olahraga, kebutuhan kesenian berbagai peralatan praktek dan lain sebagainya, termasuk asrama apabila dibutuhkan, dengan tujuan mengoptimalkan potensi dan menyalurkan minat dan bakat siswa. Salah satu program yang dikembangkan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dibukanya program kelas akselerasi percepatan belajar. Program akselerasi diberikan kepada siswa berpotensi dan bakat istimewa, program ini diberikan kepada siswa istimewa dan berbakat, untuk itu dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori tentang anak berbakat. Definisi dari Office of Education, sebagaimana dikutip Rahmi Nurrahmah, bahwa anak berbakat adalah: Mereka yang diidentifikasikan oleh orang-orang professional, di mana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menonjol dapat memberikan prestasi yang tinggi, anak-anak ini membutuhkan program diferensiasi atau pelayanan di luar jangkauan sekolah biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun masyarakat. 8 Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional, mendefinisikan peserta didik yang berpotensi dan bakat istimewa dalam program percepatan belajar adalah: “Mereka yang oleh psikolog danatau guru diidentifikasikan sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik”. 9 Di Indonesia akhir-akhir ini, prestasi siswa Indonesia mulai diakui di dunia internasional, sering kali berjaya di ajang olympiade internasional baik olympiade fisika, matematika, biologi, dan sains, serta bidang lainnya, sudah tentu siswa tersebut adalah mereka yang berpotensi dan bakat istimewa, tetapi ironisnya selama ini siswa jenius kurang mendapatkan wadah yang tepat, dalam belajar dikelas, mereka masih bergabung dengan siswa biasa, sudah 8 Rahmi Nurrahmah, Metodologi Pembelajaran Pada Program Akselerasi di SLTP Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005, hlm. 3-4. 9 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Satu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa ..., hlm. 14. 65 pasti perhatian dan tantangan yang diterima sangat kurang atau bahkan tidak meningkat. Menurut pakar pendidikan Arief Rahman, yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Pengembangan Anak Berbakat Indonesia, sebagaimana dikutip Rahmi Nurrahmah, menerangkan bahwa: Anak genius perlu sebuah wadah untuk mengembangkan kecerdasan dan kemampuannya, bila tidak, anak-anak super sama saja dengan anak biasa. anak-anak super ini biasa diibaratkan dengan mutiara, mutiara jika ditempatkan di manapun tetap lah mutiara. namun akan lebih elok jika ia digabungkan dalam suatu wadah yang berisi mutiara-mutiara lainnya, kemilaunya tentu akan kentara. 10 Dengan keadaan tersebut, Pemerintah berkewajiban mengoptimalkan potensi anak bangsa, demi kemajuan bangsa Indonesia. Keseriusan pemerintah terhadap siswa berpotensi dan bakat istimewa tertera pada Undang-undang No 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa: Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus” pasal 5 ayat 4. Begitu pula dalam pasal 12 ayat 1 dinyatakan bahwa; ”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak; b mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; f menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 11 Hal ini disambut baik oleh para praktisi pendidikan dengan membuka program akselerasi percepatan belajar disekolahnya seperti Sekolah al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Labe School Rawaangun sekolah binaan UNJ, SMP Negeri 2 Ciputat, SMA Negeri 1 Pamulang dan lin sebagainya. Hal ini dilakukan agar siswa berpotensi tinggi dan bakat istimewa tidak tersia- siakan yang merupakan aset bangsa. Untuk itu SMA Negeri 1 Pamulang yang dipilih pemerintah pusat dari seratus sekolah unggulan di Indonesia mewakili 10 Nurrahmah, Metodologi Pembelajaran Pada Program Akselerasi di SLTP Islam Al- Azhar 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan ..., hlm. 5-6. 11 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Satu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa …, hlm. 11-12. 66 Kota Tangerang, karena SMA Negeri 1 Pamulang dianggap sudah memenuhi syarat dan kiriteria terbukti dengan tersedianya berbagai sarana dan prasarana pembelajaran, guru dengan pendidikan rata-rata S1 dan karyawan yang kompetitif, terdapat siswa yang berpotensi tinggi dan berbakat yang dibuktikan dengan berbagai prestasi SMA Negeri 1 Pamulang berupa prestasi intrakurikuler maupun ekstarkurikuler baik tingkat sekolah, kabupaten dan nasional. Sumber daya lainnya yaitu manajemen sekolah yang baik dan trasparan, dan biaya yang cukup serta dukungan masyarakat yang tiggi. SMA Negeri 1 Pamulang sudah menyelenggarakan program akselerasi di mulai tahun 2005, program ini diberikan khusus bagi siswa yang berpotensi tinggi dan bakat istimewa dengan tujuan mengoptimalkan potensi siswa, siswa yang diperkenankan belajar pada program tersebut harus memenuhi syarat dan kriteria tertentu, mereka harus mengikuti serangkaian tes seleksi penerimaan dengan ketat dan selektif. 12 Dengan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang dilaksanakan, karena penulis menganggap program tersebut masih baru, untuk itu penulis tertantang untuk mengadakan penelitian. Alasan inilah yang menjadi landasan penulis dalam pengambilan judul skripsi yaitu: “UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 PAMULANG TANGERANG”

B. Identifikasi Masalah