93
skor IQ 125 ke atas skala wechsler, dimensi kreativitas cukup ditetapkan skor CQ dalam nilai baku cukup, dan pengikatan diri
terhadap tugas baik ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik, Renzulli, Reis, dan Smith, 1978.
57
Jadi secara psikologi siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan dan bakat istimewa anak berbakat tingkat kemampuan
intelektual umumnya adalah mereka yang memiliki IQ 140 dengan kategori genius, dan mereka yang memiliki IQ 125 dengan kategori
cerdas dengan ditunjang oleh kreativitas dan keterkaitan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
h. Aspek Empiris Program Akselerasi
Melihat ciri-ciri yang dijelaskan di atas, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki potensi kemampuan, kecerdasan, dan bakat
istimewa hanya memiliki sifat dan prilaku yang selalu positif saja. Sebetulnya tidak demikian, sebagaimana anak pada umumnya, mereka
membutuhkan pengertian, perhatian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka
akan menderita kecemasan, keragu-raguan, dan mungkin akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesulitan belajar misalnya:
1 Kemampuan berpikir kritis mengarah ke arah sikap meragukan skeptis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
2 Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan
terhadap tugas-tugas rutin. 3 Prilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke
keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya. 4 Kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik. 5 Semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat
membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang
sedang berlangsung.
57
Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA : Satu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan
dan Bakat Istimewa…, hlm. 13.
94
6 Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki
dan mengembangkan minatnya. 7 Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta
kebutuhan akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari
orang tua, sekolah, atau teman-temannya, bahkan mereka merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
8 Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan
baginya.
58
9 Berdasarkan penelitian Herry 1993 mereka juga suka mengganggu tema-teman sekitarnya, mengadakan aktivitas
sekehendaknya, berbuat usil misalnya mencubit atau melempar benda-benda kecilkapur ke teman-teman kelasnya.
59
Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena mereka belum mendapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari
sifat, prilaku, dan masalah tersebut, kita hendaknya berusaha memberikan kepuasan rohaniyah dalam kegiatan belajar mengajar,
yaitu dengan memberikan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat minat, potensi kemampuan, dan kecerdasan siswa.
Dalam hal ini melalui program akselerasi percepatan belajar agar mereka dapat mengoptimalkan potensinya dengan baik berguna bagi
dirinya, investasi bagi masyarakat dan bangsa.
i. Aspek Yuridis Program Akselerasi