Pengertian Mental Pengertian Mental Spiritual

jawab, metode persuasif, dan metode hati dengan doa dan zikrullah, yang paling sering digunakan dalam penelitian ini yang sesuai dalam buku panduan bimbingan mental spiritual di PSKW Mulya Jaya Jakarta. Alasan mengapa metode ini digunakan karena lebih efektif dan mudah dipahami untuk diberikan kepada penyandang masalah tuna susila di Panti Sosial Karya Wanita Jakarta. Karena dilihat dari latar belakang pendidikan mereka yang masih tergolong rendah, dan dengan adanya metode bimbingan mental spiritual yang efektif maka akan memudahkan mereka dalam menagkap dan memahami materi dengan mudah pula. 13

B. Pengertian Mental Spiritual

1. Pengertian Mental

Mental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat tenaga. 14 Menurut Notosoedirjo dan Latipun, Kata mental diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknai sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. 15 13 Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementrian Sosial R.I, diakses dari Pada tanggal 09 Maret 2011. 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet, Ke-1, Edisi Tiga, h. 733. 15 Notosoedirjo Latipun, Penerjemah: Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1985, Cet, Ke-12. Mental itu adalah cara berfikir dan berperasaan berdasarkan nurani petunjuk yang berasal dari Agama, petunjuk atau pedoman hidup. 16 Dalam istilah lain H.M Arifin menyatakan bahwa, “arti mental adalah sesuatu kekuatan yang abstrak tidak tampak serta tidak dapat dilihat oleh pancaindra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak adalah hanya gejalanya saja dan gejala inilah yang mungkin dapat dijadikan sasaran penyediaan ilmu jiwa atau lainnya. 17 Menurut Sigmund Freud, seorang bapak psikolog dari aliran Psikoanalisa, kejiwaan seseorang terstruktur atas tiga sistem pokok, yaitu: 1. Id das es adalah sistem kepribadian biologis yang asli, berisikan sesuatu yang telah ada sejak lahir. Ia merupakan reservoir energi psikis yang menyediakan seluruh daya untuk sistem ego dan super ego . Freud menyebut id dengan the true psychic reality kenyataan psikis yang sebenarnya, karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Prinsip kerjanya adalah serba merngejar kenikmatan pleasure principle yang cenderung bersifat rasional, primitif, impulsif, dan agresif. Untuk menghindari ketidaknikmatan maka id mempunyai dua cara: pertama, refleks, yaitu reaksi-reaksi otomatis dalam tubuh, misalnya bersin, berkedip, dan sebagainya; kedua, proses primer, yaitu reaksi psikologis yang menghentikan tegangan melalui hayalan, seperti orang lapar membayangkan makanan. 16 Diakses pada tanggal 09 Maret 2011. 17 H. M Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, Cet, Ke-2, h. 17 2. Ego das ich adalah aspek psikologis kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme memerlukan transaksi dengan kenyataan objektif. Ego mengikuti prinsip kenyataan reality principle yang bersifat rasional logis dan reaksinya menurut proses skunder. Tujuan prinsip ini adalah mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ia mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk memberi respon, memuaskan insting yang dikehendaki dan berperan sebagai arbitrator atau pengendali konflik antara id dan super ego. 3. Super ego das ueber ich adalah aspek-aspek sosiologis kepribadian yang mengintegrasikan nilai-nilai moral dan cita-cita luhur. Ia mencerminkan yang ideal bukan riil, mengejar kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatian utamanya adalah membedakan yang benar dan yang salah dan memilih yang benar. Timbulnya super ego ini bersumber dari suara hati conscience sehingga fungsinya: merintangi impuls-impuls seksual dan agresif yang aktualisasinya sangat ditentang masyarakat, mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realistic, mengejar kesempurnaan. Jadi super ego menentang ukuran baik-buruk id ataupun ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri yang tidak rasional bahkan menunda dan merintangi pemuasan insting. 18 Dalam khasanah Islam nafs sendiri banyak pengertian: jiwa soul, nyawa, ruh, konasi yang berdaya syahwat dan ghadhab, kepribadian, dan substansi psikofisik manusia. Namun maksud bahasan ini adalah pengertian terakhir, dimana nafs memiliki natur gabungan jasadi-ruhani psikofisik. 19 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky mengatakan bahwa, Apabila hamba Allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa mental, seperti yang ditulis maka ia akan dapat mencapai tingkat kejiwaan atau mental yang sempurna, yaitu akan tersingkap; 1. Kesempurnaan Jiwa, yaitu integritasnya jiwa muthmainnah yang tentram, jiwa radhiyah jiwa yang meridhai, dan jiwa yang mardhiyah yang diridhai sehingga memiliki stabilitas emosional yang tinggi dan tidak mudah mengalami stress, depresi dan frustasi. Jiwa ini selalu akan mengajak pada fitrah Ilahiyah Tuhannya. Indikasi hadirnya jiwa ini akan terlihat pada prilaku, sikap dan gerak-geriknya yang tenang, tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang, tepat dan benar, tidak terburu-buru untuk bersikap apriori dan berprasangka negatif. Jiwa radhiyah akan mendorong diri bersikap lapang dada, 18 Hall, Calvin S. and Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik Organismik Fenomenologi, Terjemahan: Yustinus, judul asli,”Theories of Personality”, Yogyakarta: Kanisius, 1993. 19 Muhammad Mahmud, ‘Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi Dha’I al-Islam, Jeddah: Dar al- Syuruq, 1984. tawakkal, tulus ikhlas dan sabar dalm mengaplikasikan perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya dan meneima dengan lapang dada segala ujian dan cobaan yang datang dalam hidup dan kehidupannya, dalam artian hampir-hampir tidak pernah mengeluh, merasa susah, sedih dan takut menjalani kehidupan ini. 20 Allah berfirman: Artinya: 62. Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. 63. yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. 64. bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat- kalimat janji-janji Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. 21 Sedangkan jiwa mardhiyah adalah jiwa yang telah memperoleh title dan gelar kehormatan dari Allah. Sehingga keimanan, keislaman,dan keihsanannya tidak akan pernah mengalami erosi, dekadensi dan distorsi. Dalam hal ini diberikan otoritas penuh kepada jiwa untuk berbuat, berkarya dan beribadah di dalam ruang dan waktu Tuhannnya yang terlepas dari jangkauan makhluk. 22 Allah berfirman: 20 Notosoedirjo, Moeljono Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, Malang: UMM Press 2001, Cet, Ke-2. 21 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat Yunus:62-64, Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 316 22 Notosoedirjo, Moeljono Latipun + , - . 1 2 1 , 3 Artinya: 27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga- Ku. 23 2. Kecerdasan Uluhiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang hamba yang shalih untuk melakukan interaksi vertikal dengan Tuhannya; kemampuan mentaati segala apa yang telah diperintahkan dan menjauhi diri dari apa yang dilarang dan dimurkai-Nya serta tabah terhadap ujian dan cobaan-Nya. Sehingga dengan kecerdasan ini akan terhindar dari sikap menyekutukan Allah syirik, sikap menganggap remeh hukum-hukum-Nya atau sikap menunda-nunda diri untuk melakukan kebaikan dan kebenaran fasiq, sikap suka melanggar hukum Allah zhalim, sikap mendua dihadapan- Nya nifaq, dan sikap suka mengingkari atau mendustakan ayat- ayat-Nya kufur. Kedekatan Allah akan membuat hamba-Nya menyaksikan kebesaran dan kesucian-Nya ihsan dengan interaksi vertikal yang bersifat transendental, empirik dan hidup, bukan spekulasi dan ilusi. 24 Allah berfirman: 456 + 78 98 4 : , ; 8 4 - 23 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat Al-Fajr:27- 30,Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 1059 24 Notosoedirjo, Moeljono Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, Malang: UMM Press 2001, Cet, Ke-2. Artinya: dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. 25 Jadi, kecerdasan uluhiyah adalah kesempurnaan fitrah yang dimiliki oleh seorang hamba yang shalih, sehingga dapat merasakan kehadiran Allah dalam setiap aktifitasnya, merasakan bekasan-bekasan pengingkaran, kedurhakaan dan dosa, dan mampu mengalami mukasyafah akal fikiran, qalb dan inderawi. 3. Kecerdasan Rububiyah, yaitu kemampuan fithrah seorang hamba yang shalih dalam hal: memelihara dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan kehidupanya, mendidik diri agar menjadi hamba yang pandai menemukan hakekat citra diri dengan kekuatan ilmu, membimbing diri secara totalitas patuh dan tunduk kepada Allah serta dapat memberikan kerahmatan pada diri dan lingkungannya “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” . 26 Menyembuhkan dan menyucikan diri dari penyakit dan gangguan yang dapat melemahkan bahkan menghancurkan potensi jiwa, akal fikiran, qalbu dan inderawi di dalam menangkap dan memahami kebenaran-kebenaran hakiki dengan melakukan pertaubatan dan perbaikan diri seutuhnya. 27 Allah berfirman: 25 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat Qaf :16, Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 852 26 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat At-Tahrim: 6, Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 951 27 Notosoedirjo, Moeljono Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, Malang: UMM Press 2001, Cet, Ke-2 = . 4 = . 4 = ,0 4 ? = = A 30 Artinya; mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, Padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. dan adalah Allah Maha meliputi ilmu-Nya terhadap apa yang mereka kerjakan. 28 Dengan demikian indikasi seseorang yang telah memperoleh kecerdasan rububiyah biasanya ia memiliki kekuatan, kewibawaan dan otoritas yang sangat kuat dalam hal menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, mempengaruhi dan mengajak untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang positif pada prilakum sikap dan penampilan yang tulus dan lapang dada tanpa adanya paksaan dan tekanan baik kepada dirinya atau orang lain dan lingkungannya; memberikan penyembuhan terhadap penyakit, baik penyakit yang bersifat psikologis, spiritual, moral ataupun fisik; dan memberikan perawatan terhadap kualitas keimanan, keislaman, keihsanan baik terhadap diri maupun lingkungan sekitarnya. 4. Kecerdasan Ubudiyah, yitu kemampuan fitrah seseorang yang shalih dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat primer dam merupakan makanan bagi ruhani dan jiwanya. Firman Allah: 28 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat An-Nisa: 108, Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 139 B C - 12D. E ; 3 4 F G + Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin- pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah” . 29 Jadi kecerdasan ubudiyah suatu anugerah dari Allah swt berupa kemampuan dan skill mengaplikasikan sikap penghambaan sangat tulus dan otomatis, baik dalam keadaan sendiri maupun jamaah, baik secara terang- terangan atau sembunyi-sembunyi, baik secara vertikal atau horisontal, baik dalam kondisi bagaimanapun, dimanapun dan kapanpun. 5. Kecerdasan Khuluqiyah, ialah kemampuan fitrah seseorang yang shalih dalam berperilaku, bersikap dan berpenampilan terpuji. Dalam hal ini terintegrasi dalam akhlak yang baik. Suatu perbuatan atau prilaku dapat dikatakan sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat, yaitu; perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang. Apabila perbuatan hanya dilakukan sesekali saja, maka perbuatan itu tidak dapat dikatakan sebagai akhlak, perbuatan timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan atau dipertimbangkan secara matang, tidaklah disebut akhlak. Karena akhlak Islamiyah mempunyai ciri yaitu kebaikannya bersifat mutlak al-khairiyah al- 29 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat Al- Anbiya: 73, Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 504 muthlaqah , kebaikannya bersifat menyeluruh as-salahiyyah al- ‘ammah , tetap, langgeng dan mantap, kewajiban yang harus dipatuhi al-ilzam al-mustajab, dan pengawasan menyeluruh ar- raqabah al-muhithah . 30 Firman Allah: . 1 H Artinya: “Sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak budi pekerti yang agung”. 31 Dengan demikian, atas tersingkapnya karakter lima kecerdasan sebagaimana disebutkan di atas, merupakan pengejawantahan dari wujud kesehatan mental sebagai solusi pengembangan qalbiah itu sendiri. Adapun bentuknya terefleksikan dari struktur kepribadian. Jika struktur dalam kendali kalbu, maka komponen nafsani manusia memiliki potensi positif, yang apabila dikembangkan secara maksimal akan mendatangkan kecerdasan yang teraktualisasikan sebagai kecerdasan qalbiyah yang meliputi: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan beragama. Dari sini insyaallah potensi manusia dalam aktualisasinya sebagai khalifah fil ardy akan mewujudkan sosok insan kamil yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin. 32 Keterkaitan penjelasan di atas dengan penelitian ini yang membahas tentang makna mental dan spiritual adalah seseorang dikatakan telah berhasil 30 Notosoedirjo, Moeljono Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, Malang: UMM Press 2001, Cet, Ke-2. 31 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat Al- Qalam: 4, Semarang: CV. As-Syifa, 1999. h. 960 32 Notosoedirjo, Moeljono Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, Malang: UMM Press 2001, Cet, Ke-2. melakukan kesempurnaan pemberdayaan mental spiritualnya apabila yaitu jiwa mereka tentram dan diridhoi Allah, yang jauh dari kategori prasangka buruk, senantiasa menjaga kestabilan emosinya, sehingga dengan adanya sifat itu dalam dirinya maka dapat mendorong manusia agar bersikap lapang dada, tawakkal, tulus dan ikhlas Lillahi Ta’ala.. Sedangkan dengan adanya kecerdasan ulluhiyyah, kecerdasan rubbubiyah, kecerdasan ubudiyah, dan kecerdasan khuluqiyah maka seseorang akan menggunakan fitrah akal mereka serta mengaplikasikannya dengan kegiatan spiritual yaitu dengan beribadah kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, serta senantiasa dapat menjaga diri mereka dari hal-hal yang dapat menghancurkan dirinya, dan selalu menjalankan ibadah dengan ikhlas tanpa adanya paksaan, sehingga dari semua sikap tersebut jika ada dalam diri manusia yang sempurna mental dan spiritual mereka maka senantiasa mereka akan selalu berprilaku terpuji.

2. Pengertian Spiritual