1. Sumber Data 1. Teknik Pemilihan Informan

dari satu orang Sie Sosial Program dan Advokasi Sosial, satu orang Sie Rehsos Rehabilitasi Sosial, satu orang pekerja sosial, satu orang penyuluh sosial, penyuluh agama dan enam orang klien. Pertanyaan pokok ialah tentang metode bimbingan mental spiritual yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita PSKW Mulya Jaya Jakarta terhadap penyandang masalah tuna susila tentang metode bimbingan mental spiritual. Wawancara dilakukan pada jeda waktu kosong mereka TS sebutan wanita tuna susila dipanti. Sebelum wawancara terlebih dahulu ditanyakan kesediaannya di wawancarai. Kegiatan wawancara dilakukan di masjid, dalam kantor ruangan kerja, dan ruang konsultasi. 3. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen dan gambar yang ada di Panti Sosial Karya Wanita PSKW Mulya Jaya Jakarta, serta data-data lain dari perpustakaan utama dan fakultas yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah di dokumentasikan dalam buku dan majalah.

E. 1. Sumber Data

Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian yaitu: a. Data Primer Menurut Umar 2002: 84, data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau sumber pertama. Data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di Panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. b. Data Skunder Data skunder menurut Husein Umar 2002: 84 adalah: data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, departemen dan sebagainya. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

F. 1. Fokus Amatan Penelitian

Untuk mempermudah penulisan agar lebih fokus dalam melakukan penelitian, maka peneliti memfokuskan masalah yang akan dibahas pada persoalan metode bimbingan mental spiritual terhadap penyandang masalah tuna susila. Banyak pelayanan yang ditawarkan oleh panti sosial karya wanita PSKW Mulya Jaya Jakarta, tapi disini peneliti hanya memfokuskan penelitian mulai dari proses bimbingan mental spiritual dengan meneliti metode bimbingan mental spiritual yang dilaksanakan disana. Fokus amatan penelitian dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut penjelasan dari rinciannya:

1. Pendekatan Awal

Adalah serangkaian kegiatan untuk mendapatkan pengakuan, dukungan bantuan, dan peran serta dalam pelaksanaan program, dan bermaksud memperoleh gambaran potensialitas sumber-sumber pelayanan, pasar usaha dan kerja serta untuk mendapatkan calon klien. Pendekatan yang dimaksud meliputi; kegiatan-kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi dengan jabaran rincian sebagai berikut: a. Orientasi dan Konsultasi Adalah kegiatan pengenalan program pelayanan kepada pemerintah daerah, instansi-instansi teknis, dan pilar-pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang terkait untuk mendapatkan pengesahan atau pengakuan, dukungan dan bantuan serta peran sertanya dalam pelaksanaan program. Pendekatan awal di PSKW Mulya Jaya yang dilakukan dalm bentuk orientasi dan konsultasi. b. Identifikasi Adalah kegiatan upaya untuk memperoleh data yang lebih rinci tentang diri penyandang masalah tuna susila serta potensi terhadap lingkungannya, termasuk sumber-sumber pelayanan, sarana dan prasarana kerja dan usaha, fasilitas atau garis kemudahan. c. Motivasi Adalah kegiatan pengenalan program kepada penyandang masalah tuna susila untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan tinggi dalam mengikuti, melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi sosial. d. Seleksi Adalah kegiatan pengelompokkan atau klasifikasi penyandang masalah kesejahteraan sosial terutama yang sudah di motivasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi persyaratan dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon penerima pelayanan.

2. Penerimaan

Adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi registrasi, menelaahan atau pengungkapan masalah, dan penempatan kelayan pada program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan pada saat calon penerima pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai klien definitive di Panti. Kegiatan tersebut secara operasional adalah sebagai berikut: a. Registrasi Adalah kegiatan administrasi pencatatan dalam buku induk penerima pelayanan setiap penerima pelayanan 1 klien agar diberi NIP atau NIK nomor induk pesertaklien dan mengkomplikasikan berbagai formulir isian untuk mendapatkan penerima pelayanan definitif lengkap dengan segala informasi biodatanya. b. Penelaahan dan pengungkapan masalah Assesment Adalah upaya untuk menelusuri, menerima, dan menggali data penerima pelayanan klien, faktor serta penyebab masalahnya, tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya membantu dirinya sendiri. Hal ini dapat dikaji, dianalisa dan diolah untuk membantu upaya rehabilitasi sosial, dan resosialisasi bagi penerima pelayanan klien. c. Penempatan kelayan pada program rehabilitasi sosial Adalah kegiatan pengelompokkan bakat dan minat para penerima pelayanan klien dipadukan dengan program bimbingan, khususnya program keterampilan kerja praktis yang sudah diprogramkan sesuai dengan inventarisasi pasaran usaha kerja untuk menambahkan semangat dan kecintaan untuk mengikuti bimbingan kerja tersebut.

3. Bimbingan Mental Spiritual

Adalah serangkaian kegiatan bimbingan rohani atau tuntunan untuk dapat memahami diri sendiri, dan orang lain dengan cara mempelajari berbagai ilmu pengetahuan khususnya tentang ilmu keagamaan yang didukung dengan pelatihan dan pemahaman cara berpikir positif serta praktik kegiatan ibadah, demi terwujudnya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 11 11 Abdul Rahman, S. Sos.I dan Ust. Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental Spiritual , Jakarta: Departemen Sosial, 2011, h.1 Proses kegiatan ini yang peneliti fokuskan, untuk mengetahui bagaimana 1 Metode bimbingan mental spiritual, 2 Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan bimbingan mental spiritual.

4. Resosialisasi

Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu di satu pihak untuk mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh kedalam kehidupan dan penghidupan secara normative, dan di satu pihak lagi untuk mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau lingkungan masyarakat di lokasi penempatan kerja atau usaha klien agar mereka dapat menerima, memperlakukan dan mengajak serta untuk berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan. Adapun kegiatan resosialisasi meliputi beberapa hal sebagai berikut 12 : a. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat Adalah kegiatan bimbingan atau tuntunan pendekatan untuk menumbuhkan kemauan keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial. b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan agar klien tersebut dapat melaksanakan seluruh kegiatannya sesuai dengan norma yang berlaku dan menghindari kegiatan yang menjadi larangan-larangan masyarakat. 12 Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementrian Sosial R.I, diakses dari Pada tanggal 09 Maret 2011. c. Bimbingan pemberian bantuan stimulans usaha produktif Adalah serangkaian kegiatan pengadaan bantuan peralatan dan bahan untuk mempersiapkan klien dapat melaksanakan praktek bermata pencaharian dan bantuan tersebut bersifat merangsang usaha-usahanya agar dapat lebih berkembang. d. Bimbingan usaha kerja Adalah kegiatan tuntunan praktek berusaha atau bekerja untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang layak, serta praktek mengelola usaha, menuju terciptanya kondisi usaha yang efektif dan efisien. e. Penempatan dan penyaluran Adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan penerima pelayanan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normative baik dilingkungan keluarga, masyarakat, daerah asal, maupun kejalur-jalur lapangan kerja atau usaha mandiri wirausaha dengan bertransmigrasi.

5. Bimbingan lanjut

Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada klien dan masyarakat guna lebih memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan serta penghidupan yang layak. a. Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat Kegiatan bimbingan usaha bimbingan atau tuntunan untuk lebih memantapkan kemampuan penyesuaian diri dalam tata hidup bermasyarakat dan keikutsertaan mereka dalam proses pembangunan sesuai dengan kemampuannya. b. Bantuan pengembangan usaha bimbingan peningkatan keterampilan Serangkaian kegiatan yang diarahkan kepada penerima pelayanan dalam bentuk pemberian bantuan ulang balik berupa peralatan dan bahan permodalan maupun pemantapan keterampilan, sehingga jenis usaha atau kerjanya lebih berkembang. c. Bimbingan pemantapan kemandirian usaha kerja Serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada penerima pelayanan guna dapat meningkatkan usaha ekonomis, produktif, sehingga dapat mengembangkan jenis dan jumlah penghasilannya 13 .

6. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara menyeluruh dalam pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi sosial mulai tahap perencanaan sampai akhir tahap pelayanan yang ditetapkan, untuk mengukur tingkat keberhasilan. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif terhadap pencapaian hasil-hasil 13 Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementrian Sosial R.I, diakses dari Pada tanggal 09 Maret 2011. sebagaimana telah direncanakan sebelumnya dalam upaya menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang masalah Tuna Susila. 14 Tujuannya untuk mengukur efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang masalah Tuna Susila dan sekaligus mengukur secara obyektif hasil- hasil pelaksanaan kegiatan tersebut.

7. Terminasi Pengakhiran Pelayanan

Pengakhiran pelayanan dilaksanakan untuk memastikan hasil evaluasi umum terhadap klien telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu menjadi warga Negara masyarakat yang bertanggung jawab. Dalam hal ini dipersiapkan klien dalam proses pengakhiran berjalan secara wajar, dimana pemutusan pelayanan tidak menimbulkan konflik psikologis yang dapat mengganggu klien. Disamping itu agar administrasi penanganan kasus berlangsung dengan tertib, dibuatkan surat pemberitahuan formal bahwa proses pelayanan klien sudah berakhir. 15

G. 1. Teknik Pemilihan Informan

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan menentukan informasi kunci key informan tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. 14 Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementrian Sosial R.I, diakses dari Pada tanggal 09 Maret 2011. 15 Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementrian Sosial R.I, diakses dari Pada tanggal 09 Maret 2011. Sample adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. 16 Untuk memilih sample dalam hal ini informan kunci lebih tepat dilakukan dengan sengaja purposive sampling pengambilan sampel berdasarkan tujuan. 17 Yaitu peneliti memilih dan menentukan subjek atau orang-orang yang menjadi informan untuk diwawancarai berdasarkan tujuan dan maksud penelitian. Selanjutnya, bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi baru, proses pengumpulan informasi sudah selesai. Pemilihan sample yang peneliti gunakan yaitu: Pengambilan sample dengan variasi maksimum; pengambilan sample ini dilakukan bila subjek atau target penelitian menampilkan banyak variasi, dan penelitian bertujuan menangkap dan menjelaskan tema-tema sentral yang tertampilkan sebagai akibat keluasan cakupan variasi partisipan penelitian. Keterwakilan semua variasi penting, dan pendekatan maximum variation sampling justru mencoba memanfaatkan adanya perbedaan-perbedaan yang ada untuk menampilkan kekayaan data. 18 Patton menjelaskan demikian. The maximum variation sampling strategy trans that apparent weakness into a strength by applying the following logic: any common petterns that emerge from great variation are of varticular interest and value in capturing the core experiences and central, shared aspect or inpacts of a program Patton, 1990, hal 172. 16 Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Rosdakarya, 1995, Cet Ke-1 hal. 57 17 Ibid, h. 63 18 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, Edisi ketiga, Jakarta: LPSP 3 UI, 2005, h. 98-99. Patton mengingatkan bahwa penelitian dengan sampel yang menampilkan variasi maksimum tidak dapat dilakukan dengan jumlah sampel terlalu kecil, mengingat jumlah sampel; terlalu kecil akan menyulitkan diperolehnya keterwakilan semua variasi. Walau demikian, karena penelitian kualitatif juga sulit dilaksanakan dengan jumlah sampel terlalu besar, variasi harus dapat dimaksimalkan dengan jumlah sampel relative tetap terbatas. Konstruksi dimulai dengan mengedintifikasi karakteristik atau kinerja yang berbeda dari individu yang terlibat dalam fenomena. Bila penentuan sampel dilakukan dengan baik, temuan diharapkan menampilkan 1 deskripsi yang berkualitas dan mendetail dari setiap kasus, dengan mendokumentasikan keunikan dari setiap kasus, 2 pola-pola yang tampil dari kasus yang berbeda- beda. 19 Adapun dari penelitian variasi maksimum ini adalah bagaimana peneliti dapat mendeskripsikan keanekaragaman atau keunikan dari objek yang di teliti, dari berbagai macam latar belakang mereka sampai berada di Panti Sosial Karya Wanita PSKW Mulya Jaya Jakarta. Dengan demikian jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang. Adapun objek penelitian ini yaitu pada kegiatan atau proses metode bimbingan mental spiritual yang dilaksanakan oleh PSKW Mulya Jaya Jakarta, dengan mewawancarai beberapa orang secara acak yang benar-benar menguasai permasalahan dalam penelitian ini, kemudian peneliti meminta rujukan untuk mendapatkan informasi dan informan lainnya. Begitu 19 E. Kristi Poerwandari, h. 98-99. seterusnya sampai sekiranya sudah tidak muncul lagi informasi-informasi baru yang bervariasi.

H. 1. Asumsi Peneliti