Pengertian Metode Pengertian Bimbingan

14

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Metode Bimbingan

1. Pengertian Metode

Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dengan ilmu pengetahuan, dsb. 1 Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”. 2

2. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu. 3 Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance” yang berarti: “menunjukkan, memberi jalan, menuntun, membimbing, membantu, mengarahkan, pedoman dan petunjuk.”. Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1994, Cet. Ke-2, h. 580 2 Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 120 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1994, Cet. Ke-2, h. 117 “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan mengemudikan”. Dan yang paling umum digunakan adalah pengertian “memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan”. 4 Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller 1976 mengemukakan; “Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can developed to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea” . 5 Secara terminologi, bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, maupun mengambil keputusan untuk hidupnya, maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat untuk masa kini dan masa yang akan datang. 6 Adapun definisi bimbingan berikut ini akan di kutipkan dan yang sudah dirumuskan para ahli, yaitu: a. Menurut Crow and Crow, bimbingan adalah “bantuan yang diberikan oleh seseorang, yang memiliki kepribadian baik dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap usia, untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, dan memikul bebannya sendiri”. 4 Prof. H. M. Arifin. M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta: Golden Terayon Press, Cet, Ke-5 1994. h. 1 5 Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling , Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-2, h. 6 6 Drs. M. Lutfi, MA, h. 6 b. Stoops mengatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses yang berlangsung terus menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuan secara maksimal, dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya, orang lain maupun masyarakat di sekitarnya”. c. Menurut Miller, bimbingan adalah “bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri secara maksimal kepada keluarga dan masyarakat”. 7 Adapun tujuan dari bimbingan adalah agar individu yang bersangkutan dapat: 1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang. 2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya, seoptimal mungkin. 3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya. 4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. 8 Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, seseorang harus mendapat kesempatan untuk, mengenal dan memahami potensi,kekuatan dan tugas 7 Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 6-7 8 Drs. M. Lutfi, MA, h. 8 perkembangannya, mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, serta menentukan rencana tujuan hidupnya. 9 Adapun fungsi bimbingan adalah sebagai berikut: a. Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. b. Prefentif, mencegah anak didiknya agar tidak melakukan perbuatan yang bisa merugikan dan membahayakan dirinya. c. Pengembangan, menciptakan situasi belajar yang kondusif dan mem-fasilitasi perkembangan anak didiknya. d. PerbaikanPenyembuhan, memberikan bantuan pada anak didik yang sedang mengalami masalah, yang berkaitan dengan pribadinya, sosial, belajar maupun karirnya. e. Penyaluran, membantu anak didik agar mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang dimilikinya. f. Adaptasi, membantu anak didiknya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, orang lain, tempat pendidikannya dan dimana ia tinggal. g. Penyesuaian, membantu anak didik agar dapat menyesuaikan diri dimanapun ia tinggal dan berada. 10 9 Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling , Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-2, h. 13 10 Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, h. 16-17 Makna bimbingan dalam penelitian ini adalah upaya dalam memberikan bantuan kepada seseorang atau kelompok khususnya penyandang masalah tuna susila yang memiliki masalah dalam hidupnya dan membantu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuan secara maksimal, dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya, agamanya dan orang lain maupun masyarakat di sekitarnya. Metode-metode yang biasa digunakan dalam bimbingan adalah sebagai berikut: 1. Wawancara, cara atau teknik yang digunakan untuk mengetahui mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan psikis yang ada pada diri yang dibimbing. 2. Observasi, cara atau teknik yang digunakan untuk mengamati secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental atau kejiwaannya. 3. Tes Kuisioner, merupakan serangkaian pertanyaan yang disiapkan beberapa alternative jawaban pilihan. Metode ini untuk mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui wawancara dan observasi. 4. Bimbingan Kelompok Group Guidance, teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama kelompok, seperti; kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya. 5. Psikoanalisis Analisa Kejiwaan, teknik yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan yang pernah dialami anak bimbingan. Misalnya, perasaan takut, tertekan. 6. Non Directif Teknik Tidak Mengarahkan, dalam teknik ini yakni mengaktifkan anak bimbing dalam mengungkapkan dan memecahkan masalah dirinya. 7. Direktif Bersifat Mengarahkan, teknik ini dapat digunakan bagi anak bimbingan dalam proses belajar. 8. Rasional-Emotif, bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis yang disebabkan dorongan emosi yang tidak stabil. 9. Bimbingan Klinikal, yaitu dengan berorientasi pada kemampuan personal secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani. 11 Metode yang telah di uraikan di atas, maka secara khusus dalam metode bimbingan atau pendekatan islami mental spiritual yang biasa digunakan adalah metode “bil-hikmah, bil mujadalah, bil mauidzah”. a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang-orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. 11 Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 122-134 b. Metode “bil-mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional. c. Metode “bil-mauidzah”, dengan menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku. d. Metode “ceramah”. e. Metode “Diskusi Tanya-Jawab”. f. Metode “Persuasif”, adalah mengajak dan mengarahkan peserta bimbingan kearah positif. g. Metode atau Teknik “Lisan dan Tulisan”. h. Metode “Hati Dengan Doa dan Zikrullah”. 12 Dari pengertian metode dan bimbingan serta macam-macam metode bimbingan di atas, menggambarkan penelitian ini memiliki variable-variabel dari karakteristik sistem yang ditinjau, penelitian ini bertujuan menampilkan metode dari pelaksanaan bimbingan mental spiritual di panti sosial yang memang telah mempunyai variasi dan karakteristik tersendiri dalam bimbingan mental spiritualnya. Dari metode bimbingan di atas maka akan menghasilkan salah satu metode yang tertera di atas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantara metode bimbingan yang tertera di atas adalah metode ceramah, metode diskusi tanya- 12 Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Jakarta; Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 135-137 jawab, metode persuasif, dan metode hati dengan doa dan zikrullah, yang paling sering digunakan dalam penelitian ini yang sesuai dalam buku panduan bimbingan mental spiritual di PSKW Mulya Jaya Jakarta. Alasan mengapa metode ini digunakan karena lebih efektif dan mudah dipahami untuk diberikan kepada penyandang masalah tuna susila di Panti Sosial Karya Wanita Jakarta. Karena dilihat dari latar belakang pendidikan mereka yang masih tergolong rendah, dan dengan adanya metode bimbingan mental spiritual yang efektif maka akan memudahkan mereka dalam menagkap dan memahami materi dengan mudah pula. 13

B. Pengertian Mental Spiritual