seterusnya sampai sekiranya sudah tidak muncul lagi informasi-informasi baru yang bervariasi.
H. 1. Asumsi Peneliti
Penyandang masalah tuna susila adalah adalah mereka yang hidup dengan keadaan ekonomi yang kurang, mengenyam pendidikan yang minim,
memiliki mental rendah, pemikiran yang singkat, dan tidak menghargai norma agama, budaya, sosial, dan tidak menghargai diri mereka sendiri. Itu semua
dilakukan hanya untuk mencapai kepuasan dari jalan pintas bagaimana mendapat uang banyak dengan cara cepat, akan tetapi tanpa memanfaatkan
keterampilan dan skill yang mereka miliki. Semua itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan financial hidup yang makin hari kian tinggi. Kurangnya
pengajaran agama yang mereka dapat dalam hidup dan mental yang rendah yang menjadikan mereka mengkomersilkan diri mereka di kehidupan malam
yang gemerlap, yang tanpa mereka sadari semua itu akan menghancurkan diri mereka sendiri secara perlahan.
Adanya bimbingan mental spiritual pada setiap panti rehabilitasi adalah suatu perhatian besar dari pemerintah bahwa di jaman yang serba
modern ini mereka para para petugas pemerintahan dinas-sosial masih memperhatikan akan pentingnya pendidikan agama di tanamkan pada
penyandang masalah tuna susila selama masa rehabilitasi. Pelaksanaan kegiatan bimbingan mental spiritual di Panti Sosial Karya
Wanita PSKW Mulya Jakarta tempat saya melakukan penelitian ini merupakan salah satu panti yang ada kegiatan rohani islamnya dengan
menggunakan metode bimbingan mental spiritual seperti ceramah, praktik, sharing, dan metode lainnya sesuai dengan syariat islam yang diajarkan.
Metode bimbingan mental spiritual di Panti ini cukup berhasil dilaksanakan. Dukungan dari panti dan klien yang mengikuti kegiatan tersebut cukup baik
responnya, sehingga program bisa terlaksana dengan baik, meskipun terkadang ada kendala dari klien yang malas mengikuti kegiatan rohani ini
akan tetapi penyuluh bisa mengatasinya dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti melihat kegiatan ini sangat maksimal
dilaksanakan, karena selain dilaksanakan setiap hari kegiatan bimbingan mental spiritual ini juga ada kegiatan praktik ibadah langsung, jadi klien
bukan hanya mengetahui tentang teori-teori akan tetapi bisa langsung mempraktikannya. Dalam praktik ini di awasi langsung oleh penyuluh islam
di Panti, sehingga bisa dengan mudah memonitoring klien secara langsung dan kegiatan bimbingan mental spiritual berlangsung selama enam bulan masa
rehabilitasi. Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam dua variabel yaitu
variabel pertama metode bimbingan mental spiritual, dan variabel kedua terhadap penyandang masalah tuna susila. Maksud dari penelitian ini adalah
peneliti ingin mengetahui sejauh mana metode bimbingan mental spiritual mempengaruhi keimanan penyandang tuna susila setelah menjalani bimbingan
mental spiritual di PSKW Mulya Jaya ini.
I. 1. Teknik Analisa Data
Ada berbagai cara untuk menganalsis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencobah memilih data yang
relevan dengan proses layanan metode bimbingan mental spiritual terhadap penyandang masalah tuna susila serta hambatan-
hambatannya. b.
Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan metode bimbingan mental spiritual terhadap penyandang masalah tuna
susila serta hambatan-hambatannya diperoleh, maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel
dan lain sebagainya. c.
Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan
untuk menarik kesimpulan.
20
J. 1. Teknik Pemeriksaan Data