Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba ini adalah suatu kajian yang sumber datanya dari lisan dan tulisan yang membutuhkan mitra wicara dan bahan
pustaka sebagai acuannya. Data lisan diperoleh dari dari rekaman dan penutur asli yang yang terdapat di upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba. Sementara
data tulis bersumber dari buku-buku yang relevan dengan judul penelitian ini. Buku-buku tersebut antara lain: ”Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak”
karangan Drs. DJ. Gultom Rajamarpodang, ”Adat Dalihan Na Tolu” karangan Drs. Nalom Siahaan, dan Djambar Hata karangan T.M Sihombing dan data tulis
juga diperoleh dari internet yang berkaitan dengan pernikahan masyarakat Batak Toba.
Metode padan dalam penelitian ini menggunakan teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap dan dilanjutkan dengan teknik rekam. Ketiga
teknik ini menggunakan teknik yang berawal dari menyimak pembicaraan informan mengenai budaya dan berdialog masalah kebudayaan yang menyangkut
objek penelitian ini dan merekamnya. Data yang diperoleh dari informan dikumpulkan sebagai kajian. Sebagai tambahan digunakan data tulis, ialah data
yang dikumpulkan dari buku-buku yang berhubungan dengan perkawinan masyarakat Batak Toba.
3.4 Teknik Analisis Data
Pengkajian data penelitian ini menggunakan padan Pragmatik yaitu metode yang penentunya lawan bicara sehingga lawan bicara menimbulkan reaksi antara
lain berkata dengan komunikasi yang informatif, juga tergerak emosinya dan variasi lainnya Djajasudarma, 1995: 58-59 sehingga sepatutnyalah suatu data
Universitas Sumatera Utara
absolut, konkret seperti yang diharapkan. Pengkajian data ini menggunakan teknik pilah unsur penentu atau teknik yang disebut juga PUP.
Data yang sudah terkumpul dan terevaluasi, selanjutnya dengan menggunakan metode padan pragmatik dan teknik PUP yaitu dengan menanyakan
kembali keberadaan kebuyaan masyarakat Batak Toba kemudian dengan memilah data sehingga pada akhirnya tampak jelas ungkapan apa yang termasuk dalam
acara adat perkawinan masyarakat Batak Toba.
Contoh: Penutur :
Manghatai ma
hita tutu Ia
nungga bosurbutong
Berbicaralah lah kita
benar Kalau sudah kenyang
Mangan indahan na las jala sagat marlompan juhut, bagot
Makan nasi yang panas dan puas
lauk-pauk daging, pohon aren
na marhalto
ma tutu
tubu dirobean,
horas yang buah pohon enau
lah benar tumbuh di lereng curam sehat
ma hami na
mangan ton horas ma hamu na mangalehon, lah
kami yang makan sudah sehat lah kalian yang memberikan
Ba haroan ni I denggan ma dihataon suhut.
Ya acara oleh itu bagus lah dikatakan penyelengara pesta.
“berbicaralah kita dulu Kalau sudah kenyang kita makan dan puas makan daging, pohon aren berbuah aren tumbuh di lereng curam, sehatlah kami yang makan dan
diberkatilah kalian yang memberikan. Jadi beritahukanlah alasan pesta ini.” Lawan tutur:
Alusan ma tutu hata muna i taringot tu na nidok muna Jawab lah benar perkataan kalian itu teringat ke yang katakan kalian
i bosur mangan indahan na las jala mahap marlompan itu kenyang makan nasi yang hangat dan puas lauk pauk
juhut, tung otik so sadia pe na hupatupa hami daging, walaupun sedikit bukan berapa lah yang sajikan kami
Universitas Sumatera Utara
I ba sai godang ma pinasuna. Ba sipangan on parhorason Itu ya semoga banyak lah berkat. Ya makanan ini pensyukuran
jala panggabean ma i. Songoni ma sahat ni hata nami. dan pemberkatan lah itu. Begitu lah akhir dari perkataan kami.
“kami jawablah pertanyaannyateringat sudah kenyang makan, puas makan daging, walaupun sedikit kami sediakan semoga banyak berkatnya, makanan
kesehatanlah itu. Begitulah ucapan kami.”
Contoh diatas merupakan salah satu peristiwa tutur dalam bentuk tanyak jawab antara penutur dan lawan tutur. Komponen peristiwa tuturnya ialah:
1. Pelibat dalam situasi: ialah orang dan tokoh-tokoh, yang lebih kurang
sepadan dengan yang biasa disebut para sosiolog sebagai kedudukan dan peran pelibat. Tanya jawab melibatkan dua pihak, yakni keseluruhan anggota keluarga
inti dari pihak istri, sebagai penaya; dan para anggota keluarga inti dari pihak laki- laki. Tampak yang aktif dalam peristiwa tutur disini adalah satu orang dari pihak
wanita dan satu orang dari pihak laki-laki. Namun demikian, tidak berarti para anggota keluarga yang hadir tidak terlibat di dalamnya, melainkan meraka
memperhatikan pertanyaan dari penutur dan jawaban dari lawan tutur. 2.
Tindakan pelibat: hal yang sedang mereka lakukan baik tindak tutur
maupun tindak yang bukan tutur. Setiap tuturan pasti mempunyai tujuan tertentu. Demikian juga tanya-jawab pada peristiwa tutur ini mempunyai tujuan tertentu.
Secara umum tanya-jawab ini bertujuan memberikan informasi kepada para hadirin yang ada pada upacara pernikahan Batak Toba
3. Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan: ialah benda-benda dan kejadian
sekitar, sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan hal yang sedang berlangsung. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa tuturan itu
dilaksanakan di dalam sebuah gedung atau wisma yang biasa digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba. Jadi, jelas bagi kita bahwa peristiwa tutur tanya-jawab tersebut dilaksanakan di tempat tertentu
di dalam gedung atau wisma yang sudah disewa oleh keluarga pengantin. Pada tanya-jawab ini posisinya saling berhadapan dan dalam keadaan duduk sambil
memegang alat pengeras suara dan pandangannya tertuju pada lawan tuturnya. Di depannya ada meja lengkap dengan minuman kopi, teh manis dan makanan
kacangnya dan piring yang bersikan uang, beberapa lembar daun sirih dan sepotong daging. Suasana pada tanya-jawab diliputi situasi tidak begitu formal.
4. Dampak-dampak tindak tutur: bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh
hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi. Bentuk bahasa tanya-jawab di atas memiliki makna tertentu, tidak sama seperti tuturan sehari-hari. Isi tanya-
jawab ini sangat sesuai dengan bentuk peistiwa tutur dalam suatu acara pernikahan masyarakat Batak Toba.
Dilihat dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa reaksi dari pihak pendengar hanya berupa reaksi menyimak dan berusaha mengerti apa yang
diucapkan oleh penutur. Reaksi dari pihak penutur, lawan tutur dan para keluarga penyelengara pesta tidak ada yang berbeda. Reaksinya sama tidak ada yang
kurang jelas dari jawaban yang diberikan. Jadi dalam hal ini maksud dari percakapan adalah merupakan awal dari pertanyaan yang bertujuan untuk
membayar sinamot mahar yang telah disepakati pada acara marhata sinamot membicarakan mahar. Terbukti dari ciri-ciri situasi lainnya yang relevan yang di
kemukakan oleh J. R. Firth di atas meja dari keluarga pihak laki-laki terdapat piring yang berisikan sirih, uang, dan sepotong daging. Piring yang berisikan
uang, sirih, dan sepotong daging itu adalah mahar yang ingin diberikan kepada
Universitas Sumatera Utara
keluarga pihak perempuan. Dilihat dari ciri-ciri situasi lainnya yang relevan itu, disimpulkan bahwa ungkapan diatas merupakan awal dari pertanyaan yang
bertujuan membayar sinamot. Fungsi dari ungkapan diatas adalah ungkapan ini adalah merupakan awal
dari perkataan antara keluarga pihak wanita dan pihak pria mengandung suatu pernyataan yang dihanturkan kepada kedua belah pihak yang bertujuan untuk
membayar sinamot mahar yang telah disepakati sebelumnya dari kedua belah pihak. Dilihat dari makna konteksnya sebagian orang tidak akan mengerti apa dari
maksud ungkapan tersebut. Tapi jika dilihat dari benda-benda yang diletakkan diatas meja dari pihak pria, kita akan mengetahui apa fungsi dari ungkapan yang
saling dihanturkan antara pembicara pihak wanita dan pembicara pihak pria.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN