Parjolo ma tu pamarai-pangalap, paduahon tu sihunti ampang Yang pertama lah ke pamarai pangalap, kedua ke sihunti ampang
patoluhon tu simandokkon, dungi tu boru iboto ni ketiga ke simandokkon, selanjutnya ke anak perempuan
”Ulos passamot dan ulos hela sudah disampaikan ulos kepada suhi ni ampang na opat. Pertama: kepada pamarai pangalap; kedua: kepada sihunti ampang; ketiga:
kepada simandokkon; keempat: kepada boru, saudara perempuan pegantin.
Lawan tutur Pamarai Si Jalo Bala ”Mangarade ma hamu lae dohot ibotongku, asa hupasahat
” Bersiap lah kamu lae dengan ibotongku, supaya kusampaikan hami ulos tu hamu. Balintang ma pagabe, tumunjangkon sitadaon.
Kami ulos ke kamu. Simpang siur lah alat tenun, tempat kaki di sitadaon Ari ni hamu na marhaha maranggi ma gabe, asal ma
Hari ini kamu yang berhaha maranggi lah bersatu, supaya lah marsipaolooloan. Sahat ulos nami on tu hamu, saur gabe,
saling mengiakan. Supaya ulos kami yang ke kalian, saur horas, saur tu panggabean.”
semua sehat, semua sejahtera ”harap lae dan ito bersiap untuk kami ulosi. Simpang siur alat tenun, tempat kaki
sitadaon. Sesama saudara akan selalu serasi, jika satu sama lain saling mengaminkan. Kami ulosi lae dan ito hendaknya sehat penuh kesejahteraan.”
4.8.1 Pelibat
Orang yang mengambil bagian dalam suatu ungkapan disebut partisipan atau pelibat. Pembawa acara pada ungkapan kedelapan ini adalah paarai si jilo
bara, serta para undagan yang hadir pada pesta ini adalah sebagai partisipannya. Jadi, ungkapan kedelapan ini melibatkan dua pihak, yaitu kedua pengantin yang
diberikan ulos dan para undangan yang hadir pada saat acara berlangsung dari berbagai latar belakang seperti guru, petani, wiraswasta dan masyarakat umum
Universitas Sumatera Utara
serta suhut dari pihak parboru sebagai pihak yang berbicara. Contoh ungkapannya sama seperti ungkapan diatas.
4.8.2 Tindakan
Komponen ini merujuk kepada maksud dan tujuan pada sebuah tuturan. Oleh karena itu, peristiwa tutur kedelapan mempunyai tujuan untuk
menyampaikan nasehat-nasehat kepada kedua belah pihak pengantin dalam menjalankan rumah tangganya yang baru.
Contoh: Balintang ma pagabe, tumunjangkon sitadaon.
Simpang siur lah alat tenun, tempat kaki di sitadaon Ari ni hamu na marhaha maranggi ma gabe, asal ma
Hari ini kamu yang berhaha maranggi lah bersatu, supaya lah marsipaolooloan. Sahat ulos nami on tu hamu, saur gabe,
saling mengiakan. Supaya ulos kami yang ke kalian, saur horas, saur tu panggabean.”
Simpang siur alat tenun, tempat kaki sitadaon. Sesama saudara akan selalu serasi, jika satu sama lain saling mengaminkan. Kami ulosi lae dan ito hendaknya sehat
penuh kesejahteraan
4.8.3 Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan
Pada penyampaian ungkapan kedelapan ini posisi pembawa acara sambil memegang alat pengeras suara berada berdiri di hadapan kedua pegantin.
Pembicara berbicara sambil memegang ulos yang ingin diberikan kepada kedua
pengantin sambil memberikan nasihat.
Suasana pada peristiwa tutur kedelapan ini diliputi suasana formal dan serius. Suasana para undangan yang berada dibelakang keluarga inti dari kedua
belah pihak pengantin dalam situasi santai. Beberapa dari undangan yang hadir pada saat itu ada yang serius mendengarkan dan memperhatikan proses acara
Universitas Sumatera Utara
penyerakan ulos pamarai sijalo bara, tapi sebagian lagi sibuk dengan pembicaraannya masing-masing.
4.8.4 Dampak-dampak