“kami jawablah pertanyaannyateringat sudah kenyang makan, puas makan daging, walaupun sedikit kami sediakan semoga banyak berkatnya, makanan
kesehatanlah itu. Begitulah ucapan kami.”
Sebagaimana yang kita ketahui setiap upacara adat diakhiri dengan upacara ‘marhata’. Acara marhata ialah dialog secara resmi diantara dua pihak
dalam pesta pernikahan diantara pihak orangtua mempelai wanita dan pihak orangtua pria, sedangkan upacara adat di rumah diantara pihak hula-hula dan
pihak tuan rumah. Masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari upacara adatnya, oleh sebab itu
bukan hanya ketua adat yang wajib mengingat dan mengetahuinya tapi juga seluruh masyarakat Batak Toba wajib mengetahuinya kalau tidak mau dikatakan
‘tidak tau adat’.
2.1.3 Upacara Adat Perkawinan
Dalam KBBI 1995: 1108, upacara adalah perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting, rangkaian
tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan menurut adat atau agama. Perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga yang diikat dalam tali
pernikahan. Dalam KBBI 1995: 456, perkawinan adalah hal yang berurusan dengan kawin membentuk keluarga dengan lawan jenis.
Salah satu adat yang dimiliki oleh berbagai suku adalah adat perkawinan yang biasanya dilaksanakan dalam bentuk upacara. Anggota masyarakat merasa
hanya dapat melihat adat sebagai suatu yang kongkrit dalam bentuk upacara yang harus diselenggarakan sebagai tradisi yang wajib dipatuhi Ritonga, 1997: 5.
Perkawinan adalah peristiwa yang sangat penting dalam hidup manusia.
Universitas Sumatera Utara
Perkawinan menandakan perpindahan hidup dari tanggung jawab orang lain menjadi tanggung jawab sendiri. Saat perpindahan ini sangat penting. Oleh karena
itu, harus diadakan upacara khusus. Perkawinan dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan yang akan melanjutkan keluarga dan penerima warisan. Perkawinan
juga membentuk suatu hubungan khusus antarkeluarga bersangkutan. Hubungan ini terjadi bukan karena hubungan darah, tetapi terjadi karena hubungan
perkawinan. Upacara perkawinan adalah upacara adat yang terpenting bagi orang
Batak, karena hanya orang yang sudah kawin yang berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti lahirnya seorang anak, pemberian
nama kepadanya, dan sebagainya adalah sesudah pesta kawin.
2.1.4 Masyarakat Batak Toba
Pada umumnya masyarakat Batak Toba yang tinggal di Provinsi Sumatera Utara dan khususnya di daerah Toba, di mana di daerah Toba tersebut di bagi tiga
kabupaten yaitu: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Humbang. Dengan letak geografis 1°30°-2°40 Lintang utara dan 98°-
100° Bujur Timur. Masyarakat Batak Toba sangat erat hubungannya antara satu dengan yang
lainnya, di mana masyarakat tersebut saling menghormati satu sama lain yang diikat oleh Dalihan Na Tolu yaitu tiga tiang tungku. Yang termasuk Dalihan Na
Tolu antara lain: hula-hula, dongan tubu, dan boru. Hulahula adalah pihak keluarga dari istri. Hula-hula ini menempati posisi
yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak semua sub-suku
Universitas Sumatera Utara
Batak. Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada
Hulahula Somba marhula-hula.
Dongan tubu disebut juga dongan sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang
pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena dekatnya terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga
bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak
berbudaya Batak dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga.
Diistilahkan, manat mardongan tubu.
Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga keluarga lain. Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas atau
pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun terutama dalam setiap upacara adat. Namun walaupun burfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan
dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk,
diistilahkan elek marboru. 2.2
Landasan teori
Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “semion” yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili
sesuatu yang lain. Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. De Saussure menggunakan istilah signifiant,
untuk segi bentuk suatu tanda dan signifkan untuk segi maknanya. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, De Saussure dan para pengikutnya melihat tanda sebagai sesuatu yang menstrukur dan terstruktur didalam kognisi manusia. Dalam teori De saussure,
signifian bukanlah bunyi bahasa secara konkrit, tetapi merupakan citra tentang bunyi bahasa. Dengan demikian, apa yang ada dalam kehidupan kita dilihat
sebagai ” bentuk ” yang mempunyai ” makna ” tertentu. Masih dalam pengertian de saussure, hubungan antara bentuk dan makna tidak bersifat pribadi, tetapi
sosial, yakni didasari oleh ”kesepakatan ”sosial.
De Saussure lebih menekankan pada uraian tentang ”ilmu” yang mengkaji bahasa secara mandiri, yang disebutnya ”linguistique”, ia mengemukakan bahwa
bahasa adalah sistem tanda – tanda. Disamping itu, dia pun mengemukakan bahwa dimungkinkan adanya suatu ilmu
yang mengkaji kehidupan tanda- tanda dalam masyarakat. Ilmu semacam itu, yang merupakan bagian dari psikologi sosial, akan dinamai ”semiologie ”, yang
akan memperlihatkan apa yang membentuk tanda dan kaidah apa yang berlaku baginya, karena sifatnya yang mengaitkan dua segi, penanda dan petanda, teori
tanda de saussure juga disebut bersifat dikotomis dan struktural. Tanda-tanda yang ada dalam kehidupan kita bukan hanya berupa simbol
tapi juga dapat berupa ungkapan-ungkapan. Itulah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Untuk mengkaji tanda dan ungkapan itu dipakailah teori pragmatik.
Pragmatik adalah merupakan cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa, sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar
dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan Verhaar, 200: 15. Analisis pragmatik yang dipergunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengkaji tanda dan ungkapan memakai teori Firth dalam Halliday tentang konteks situasi.
Pragmatik adalah merupakan cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa, sebagai alat komunikasi antara penutur dan
pendengar dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingua l yang dibicarakan Verhaar, 2001: 15.
Morris 1938 dalam Henry pragmatik adalah hubungan tanda-tanda dengan para penasir. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para
pembicara dan para penyimak dalm menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi rencana atau masalah.
Firth 1950 dalam Halliday, 1992: 7 mengatakan ada pokok-pokok pandangan antara lain:
1. Pelibat dalam situasi: ialah orang dan tokoh-tokoh, yang lebih kurang
sepadan dengan yang biasa disebut para sosiolog sebagai kedudukan dan peran pelibat.
2. Tindakan pelibat: hal yang sedang mereka lakukan baik tindak tutur
maupun tindak yang bukan tutur. 3.
Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan: benda-benda dan kejadian
sekitar, sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan hal yang sedang berlangsung.
4. Dampak-dampak tindak tutur: bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh
hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Tinjauan pustaka