BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Sejak tahun 1970-an, politik bahasa nasional telah menetapkan suatu kebijakan tentang perlunya mengatur dan membina tiga bahasa yang hidup dan
berkembang di Indonesia, yaitu 1 bahasa Indonesia, 2 bahasa daerah, dan 3 bahasa asing. Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara dan bahasa nasional
yang harus digunakan dalam berbagai situasi resmi kenegaraan. Bahasa ini juga merupakan alat komunikasi antarsuku bangsa yang ada di Indonesia. Bahasa
daerah digunakan dalam situasi-situasi tidak resmi atau upacara-upacara khusus yang terbatas untuk lingkungan penuturnya. Bahasa asing digunakan dalam
rangka hubungan internasional dengan bangsa-bangsa lain, baik untuk tujuan diplomatik maupun untuk pengembangan ilmu, teknologi, dan kebudayaan.
Ahimsa dalam Sobur, 2001: 23, bahasa merupakan bagian dari budaya, hubungan antara kebudayaan dan bahasa saling mempengaruhi, bahasa
mempengaruhi kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan mempengaruhi bahasa. Bahasa Batak Toba merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih
digunakan oleh masyarakat pendukungnya dalam kehidupan berinteraksi sehari- hari. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai bahasa pertama dalam komunikasi sosial
dari berbagai lapisan masyarakat Batak Toba. Komunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan pemahaman dan pemberian respon yang kita berikan dapat
berupa kalimat perintah, berita, pertanyaan, jawaban, dan lain-lain. Konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan
bahasa daerah masyarakatnya. Dengan demikian, bahasa-bahasa di daerah harus
Universitas Sumatera Utara
tetap dipelihara agar tetap mampu menjadi pengungkap budaya masyarakatnya yang mendukung kebhinekaan budaya bangsa. Dalam KBBI 1995: 1105,
ungkapan adalah apa-apa yang diungkapkan. Apa yang kita ungkapkan itulah bahasa, bahasa yang mengandung makna yang perlu kita ketahui.
Masyarakat Batak Toba mempergunakan ungkapan dalam setiap upacara adatnya. Ungkapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membahas tentang
umpama yang dipergunakan dalam setiap upacara adat masyarakat Batak Toba. Ungkapan-ungkapan itu mempunyai makna yang berupa petuah atau nasihat,
pesan atau amanat. Makna dari setiap ungkapan-ungkapan itu mengandung unsur mendidik.
Upacara adat adalah salah satu upacara yang penting bagi masyarakat Batak Toba. Yang termasuk upacara adat bagi masyarakat Batak Toba adalah
upacara adat kematian, pembaptisan anak yang baru lahir, memasuki rumah baru, dan perkawinan. Pada penelitian ini yang dibahas adalah upacara adat perkawinan
masyarakat Batak Toba. Perkawinan adalah suatu upacara, dimana mempersatukan seorang laki-
laki dan perempuan atau dipersatukanya dua sifat keluarga yang berbeda melalui hukum. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah mempertemukan Dalihan
Na Tolu dari orang tua pengantin laki-laki dengan Dalihan Na Tolu dari orang tua perempuan dalam Nalom, 1982: 50. Artinya, karena perkawinan itulah maka
Dalihan Na Tolu dari orang tua penganten pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin wanita.
Dalihan artinya tungku yang dibuat dari batu, Na artinya yang, Tol u artinya tiga. Jadi, Dalihan Na Tolu adalah tiga tiang tungku. Tiga tiang tungku ini
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan untuk memasak apa saja. Tungku yang baik atau sempurna apabila terdiri dari tiga tiang, memang ada tungku yang terdiri dari dua tiang atau lebih
tetapi tidak sempurna, karena alat-alat masak di atasnya masih dapat goyah dalam Gultom, 1992: 52. Ketiga unsur yang berdiri sendiri tidak akan ada arti,
tetapi kalau ketiga unsur ini bekerja sama satu sama lain, barulah memiliki
manfaat. Unsur pertama Dalihan Na Tolu, adalah dongan tubu temansaudara semarga, kedua boru saudara perempuan kita dari pihak marga suaminya,
keluarga perempuan pihak ayah, ketiga hula-hula paman orangtua wanita yang
dinikahi oleh seorang pria. Dalihan Na Tolu dipergunakan dalam setiap upacara adat masyarakat
Batak Toba, tanpa Dalihan Na Tolu suatu upacara tidak bisa dikatakan upacara adat dalam Nalom, 1982: 45. Dalam KBBI 1995: 1108, upacara adalah
perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting, rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-
aturan menurut adat atau agama. Sejak dahulu masyarakat Batak Toba sangat setia melaksanakan upacara adat dalam berbagai kegiatan. Adat sebagai bagian dari
kebudayaan elemen untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan merupakan identitas budaya dalam khasanah kebhinekaan di dalam negara
tercinta ini. Adat dalam KBBI 1995: 6, adalah aturan yang lazim diurut atau dilakukan sejak dahulu kala. Jadi, Makna Ungkapan dalam Upacara Adat
Perkawinan Masyarakat Batak Toba, yang menjadi judul penelitian mengacu pada kajian tentang makna ungkapan dalam setiap perayaan perkawinan
masyarakat Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
Acara adat dalam perkawinan masyarakat batak Batak Toba merupakan bagian kedua dari keseluruhan acara pernikahan masyarakat Batak Toba, yang
sebelumnya acara yang disebut dengan acara pra nikah. Dalam acara adat ini banyak ungkapan yang dipergunakan, acara adat ini mulai dari marsibuha-buhai
yaitu penjemputan mempelai wanita di rumah disertai dengan acara makan pagi dan doa bersama untuk kelangsungan pesta pernikahan, prosesi masuk tempat
acara adat, menyerahkan tanda makanan adat, menyerahkan ikan oleh orangtua wanita, makan bersama, membagi tanda makanan adat, dan nantinya sampai pada
kesimpulan upacara adat dimana ucapan terimakasih kepada para hula-hula paman, dongan tubu kerabat atau saudara semarga, boru saudara perempuan
dari pihak marga suami dan kerabat yang sudah menghadiri upacara perkawinan tersebut dalam Sihombing, 1972: 6-12.
Adat Batak dewasa ini sudah banyak diabaikan oleh masyarakat Batak itu sendiri, yang diakibatkan oleh pengaruh perkembangan zaman. Banyak acara adat
yang dihilangkan dengan alasan tidak modern, tidak perlu dipergunakan lagi. Oleh sebab itu, kajian ini akan membahas tentang Makna Ungkapan dalam Acara Adat.
Perkawinan Masyarakat Batak Toba, diharapkan nantinya dapat melestarikan setiap acara adat perkawinan yang seharusnya dipergunakan masyarakat Batak
Toba.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah