Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan Dampak-dampak

”Adat boru, sudah kami terima, bersimbolkan tudu-tudu ni sipanganon. Kami hula-hula akan membalas adat yang diberikan, dengan menyampaikan ulu ni dengke yang terdiri dari : Panamboli, setengah dari kepala atau bagian kiri, Tanggalah rungkung; dua soit; satu rusuk; terikut pohu dan hati.”

4.3.3 Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan

Pada ungkapan ini posisi pembawa acara sambil memegang alat pengeras suara berada dalam keadaan berdiri bersamaan dengan keluarga inti dari kedua belah pihak pengantin. Pembawa acara, para keluarga inti serta pengantin dalam posisi melingkar dan sambil memegang dengke yang sudah dipersiapkan di dalam wadah yang sudah dipersiapkan yang kemudian diletakan di atas meja. Susunan pada ungkapan ketiga ini diliputi suasana formal dan serius. Susunan para undangan yang berada dibelakang keluarga inti dari kedua belah pihak pengantin dalam situasi santai. Beberapa dari undangan yang hadir pada saat itu ada yang serius mendengarkan dan memperhatikan proses acara penyerahan dengke, tapi sebagian lagi sibuk dengan pembicaraannya masing- masing. Gambar 2. Penyerahan Tanda Adat Menyerahkan Ulu Ni Dengke Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Dampak-dampak

Bentuk bahasa pada ungkapan ketiga ini merupakan tuturan yang memberikan penjelasan kepada pihak paranak serta kepada para undangan yang hadir dalam acara tersebut tentang bagian-bagian dari dengke yang diberikan pihak parboru. Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung pokok pikiran, yakni membalas pemberian yang sudah diberikan pihak paranak sebelumya kepada pihak parboru dengan cara memberikan dengke serta menjelaskan bagian-bagian dengke itu. Dilihat dari ungkapan di atas dapat yang bersifat memberitahukan apa yang hendak disampaikan kepada lawan tuturnya. Diketahui bahwa reaksi dari pihak pendengar hanya berupa reaksi menyimak dan berusaha mengerti apa yang diucapkan oleh penutur. Reaksi dari pihak penutur, lawan tutur dan para keluarga penyelengara pesta tidak ada yang berbeda. Jadi Ungkapan ini berupa pemberitahuan untuk menyampaikan makanan adat yaitu dengke yang disediakan pihak parboru kepada pihak paranak. Terbukti dari ciri-ciri situasi lainnya yang relevan yang di kemukakan oleh J. R. Firth yang dikatan terdapat benda-benda dikejadian sekitar. Dalam ungkapan ini jelas terbukti ada benda pada tempat dimana ungkapan itu berlangsung yaitu berupa makanan adat yaitu dengke yang berupa ikan mas yang telah disediakan pihak parboru. Masyarakat Batak Toba memberikan ikan karena, ikan mempunyai sifat hidup di air yang jernih tio dan kalau berenangberjalan selalu beriringan mudur-udur, karena itu disebut dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur ikan Universitas Sumatera Utara yang hidup jernih dan selalu beriringanberjalan beriringan bersama dimanapun mereka berada Rapolo, 2007. Simbol inilah yang menjadi harapan kepada pengantin dan keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah rejeki tio pancarian dohot pangomoan. Dilihat dari ciri-ciri situasi lainnya ini, disimpulkan bahwa ungkapan diatas merupakan tahap acara dalam pemberian makanan adat yaitu dengke. 4.4 Makna Ungkapan Keempat dan Fungsinya Penutur Raja Parsaut ”Raja nami hula-hula nami, hupasahat hami ma Pinggan ”Raja kami tulangpaman kami, kusampaikan kami lah piring Panungkunan, Pinggan na hot, pahot adat dohot uhum Pertanyaan, Piring yang tegak, adat dengan hukum ni adat tu hamu, uli ma roha muna manjalo”. Adat ke kamu, baik lah hati kalian menerima”. ”Raja hula-hula, kini kami Boru akam menyampaikan Pinggan Panungkunan,pinggan Na Hot untuk memenuhi hukum adat kepada Hula-hula kiranya senang menerima”. Lawan Tutur Raja Parsinabung ”Nunga hujalo hami Pinggan Panungkunan, pinggan na hot ”sudah kuterima kami piring pertanyaan, piring yang teguh asa hot ma antong dibagasan adat dohot uhum supaya teguh lah pula didalam adat dengan hukum ni adat i di ulaonta sadarion. Marisi demban saur dohot di adat ini di acara kita satu hari ini. Berisi sirih sampai dengan pinang mardomu ate; mandok mauliate ma hita tu pinang bersatu hati; mengucapkan terimakasih lah kita ke amanta martua Debata, marsomba pasahaton bapak bertuah Tuhan. Bersembah menyampaikan pangidoan, asa saur gabe, saur horas hita na marulaon on. Permintaan, supaya bersatu, jadi berkat kita yang berpesta ini. Universitas Sumatera Utara Asa martantan ma Baringin, maruat jabi-jabi; Supaya bergantung lah beringin, bergantung pohon beringin horas ma tondi madingin, tumpahon ni Ompunta mulajadi. damai sentosa, diturunkan ompu kita yang pertama Huida hami muse, parbue siribur-ribur, Boras sipir ni tondi Terlihat kami juga buah lebat, Beras mengeraskan roh pir ma pokki, Bahul-bahul Passalongan, Pir Ma Tondi, kuat lah ny, wadah-wadah kecil ,kuat lah roh torop maribur ma hita, jala ma pangomoan. Banyak, lebih banyak lah kita, supaya lah keuntungan Ima Ringgit sitio sua dohot Tanggo-tanggo na Itulah ringgit yang nyaring suara dengan potongan-potongan yang Tabo na huida hami dison. Hata na mandok: Pinantikkon Enak yang kulihat kami disini. Kata yang mengucapakan: Dicucukan Hujur di julu ni Tapian, tu dia pe Boru mangalangka, Tombak di hulu air, kemana pun anak perempuan melangkah tontong ma dapotan parsaulian, ima Ringgit Sitio Soara, tetap lah pendapatan rezeki, itulah ringgit asa adong bahenon ni Boru manuhor Tanggo-tanggo supaya ada dibuatkan anak perempuan membeli potongan-potongan Na Tabo, sipasahaton muna tu hula-hula, Patonggohon Yang enak, penyampain kalian ke tulangpaman, Partuturon”. Artia ma mula ni ari, Sipaha sada mula ni bulan; silsilah . artinya lah mula nama hari, sapa satu mula bulan; Sise mula hata, sungkun mula ni uhum. Ia manise ma hami Sapa mula kata, tanya mula hukum. Kini, bertanya lah kami nuaeng, nunga bosur na mangan, mahap na marlompan, sekarang, sudah kenyang yang makan, enak dengan lauknya, pinarade ni Boru. Aha ma hatana, tangkas ma dipaboa diberitahukan anak perempuan. Apa lah katanya, jelaskan lah diberitahukan Pamoruon.” Pamoruan.” Universitas Sumatera Utara ”Pinggan Panungkunan telah kami terima. Bagaikan Pinggan Panungkunan ini, yang mantap pada tempat duduknya, demikianlah hendaknya Pesta Adat Perkawinan ini, hendaklah tegak dalam adat, kukuh pula pada Hukum Adatnya. Yang berisi sirih seiring Pinang; Beras terikut Sepotong Daging beserta sejumlah daging beserta sejumlah uang, merupakan sarana budaya simbol pengharapan agar kita selalu bersembah dan berterima kasih kepada Tuhan, diberi keturunan, keselamatan dalam kekerabatan yang kukuh, serta mendapatkan kemudahan mencari rezeki”. Artia mula nama hari, Sipaha sada mula nama bulan, sapa mula kata, tanya mula huku m. Kini, Hula-hula menyapa, sudahpun kita kenyang makan enak dengan lauknya, apa tutur kata makanan yang disajikan; hendaklah diberitahukan oleh Pamoruan”

4.4.1 Pelibat