peningkatan kinerja dan profesionalitas guru yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai cara dalam menanamkan disiplin kerja guru sudah dilakukan diantaranya, dengan membina hubungan yang baik dan harmonis dengan para
guru, memberikan peraturan sekolah seperti, masuk mengajar tepat pada waktunya, tidak mengakhiri sebelum jam pelajaran selesai, mengikuti rapat
dinas dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya masih terdapat guru yang terlambat datang ke sekolah, sehingga mempengaruhi guru-guru lain
dalam mematuhi tata tertib sekolah. Berbagai upaya untuk mendisiplinkan kerja guru telah dilaksanakan oleh kepala sekolah, tetapi nampaknya masih
terdapat guru yang belum disiplin, disebabkan karena kurangnya kesadaran serta tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan tata tertib. Hal ini
dapat dilihat di berbagai sekolah, salah satunya yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang.
Pada prosesnya disiplin kerja guru di MTs Ta’lim al-Mubtadi
meningkat dan terkadang juga menurun ditandai dengan masih ditemukannya keterlambatan guru masuk kelas dan terjadinya kekosongan guru di kelas pada
saat proses belajar mengajar berlangsung, jarang masuk kerja dan lain sebagainya. Apabila terdapat guru yang tidak hadir dan adanya kekosongan
guru di dalam kelas, maka kepala sekolah turut membantu atau ikut serta untuk menggantikan guru tersebut untuk melakukan pengajaran di kelas.
Begitu pula pada sisi yang lain terlihat kepala sekolah dengan kepemimpinannya berusaha memberikan perhatian yang besar dalam
menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. Kepala sekolah berusaha memberikan teladan dengan selalu hadir tepat waktu di sekolah.
Pentingnya kepemimpinan kepala sekolah sangat disadari oleh lembaga pendidikan. Oleh karena itu, biasanya lembaga pendidikan memilih
guru yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih untuk menjadi kepala sekolah, dengan harapan aktivitas pendidikan yang dijalankan di sekolah dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa
peningkatan disiplin kerja guru dapat dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan kepala sekolah, karena tercapainya suatu keberhasilan disiplin
kerja guru tidak terlepas dari efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. Salah satunya pada kepala sekolah M
adrasah Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi yang bertempat di jalan KH. Maulana Hasanudin Cipondoh-Tangerang.
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN DISIPLIN KERJA GURU
DI MTS TA’LIM AL-MUBTADI CIPONDOH-
TANGERANG”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam rangka mengkaji Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru, maka identifikasi masalah yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan tata tertib, sehingga guru masih melanggar peraturan tersebut.
2. Minimnya pemberian punishment dalam menegakan disiplin kerja guru, sehingga guru tidak merasa takut dengan peraturan yang ada.
3. Tidak ada reward yang diberikan oleh sekolah bagi guru yang disiplin, sehingga guru semena-mena melanggar peraturan sekolah.
4. Kurangnya komunikasi kepala sekolah terhadap guru, sehingga guru kurang peduli terhadap peraturan yang ada.
5. Kurangnya kemampuan atau kesanggupan dari kepala sekolah untuk menggerakan guru dalam meningkatkan kedisiplinan.
C .
PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah di atas yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja guru, maka peneliti perlu
memberikan pembatasan tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru, yaitu kepemimpinan kepala sekolah merupakan
kemampuan seorang kepala sekolah dalam menggerakan, mendorong dan membimbing para bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Disiplin kerja guru merupakan suatu keadaan tertib dan teratur yang
dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya,
teman sejawatnya, terhadap sekolah secara keseluruhan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka dibuat suatu perumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi Cipondoh-Tangerang?
b. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al-
Mubtadi Cipondoh-Tangerang? c. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim al-Mubtadi
Cipondoh-Tangerang?
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat, diantarannya:
1. Bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta informasi agar sekolah lebih maju dan lebih baik lagi.
2. Bagi Peneliti, dapat meningkatkan dan menambah ilmu pendidikan tentang bagaimana hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
disiplin kerja guru.
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu interaksi dari berbagai faktor internal dan eksternal pada sebuah organisasi. Perkembangan organisasi juga
mempengaruhi adanya perubahan dan perilaku kepemimpinan, kompleksitas seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasikan
aktivitas orang lain dengan menggunakan cara dan dalam situasi tertentu guna mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan ”secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya”.
1
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang- orang yang dia
rahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi”.
2
Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi. Ini berarti bahwa dalam proses kepemimpinan ada
pihak yang dipengaruhi dan ada pihak yang mempengaruhi. Dari pernyataan mengenai pengertian kepemimpinan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
1
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, edisi 2, h. 3
2
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, h. 107
9
kepemimpinan merupakan seni atau usaha untuk menggerakan seseorang atau sekelompok orang untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan.
a. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi artinya jabatan yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepemimpinan
berhubungan langsung dengan situasi soaial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi , yaitu: 1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi.
3
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi instruksi Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. b. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali
memerlukan bahan
pertimbangan, yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
3
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku organisasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, edisi 2, h. 53
10
c. Fungsi partisifasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
d. Fungsi delegasi Fungsi ini dilaksankan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.
e. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang
sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah
dan dalam
koordinasi yang
efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sementara itu Wahjosumidjo mengemukakan fungsi-fungsi
kepemimpinan yaitu: a. Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan.
b. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain. c. Dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain.
d. Menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampilan
kelompok, dan menggerakkan orang lain, sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki.
4
Fungsi dari kepemimpinan secara garis besar yaitu mempengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam suatu organisasi agar mau melakukan
apa yang dikehendaki seorang pemimpin guna tercapainya tujuan.
b. Tipe-tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pola dasar perilaku kepemimpinan pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tipe pokok kepemimpinan, yaitu:
4
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, edisi 1, h. 40