Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

18 orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana, dan dalam kesempatan apapun. 7. Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah. 8. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh para mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan dan sebagainya”. 13 Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu: a. Menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing. b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para bawahan serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan. Wahjosumidjo berpendapat, Apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakan bawahan, seorang kepala sekolah harus: 1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras. 2. Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan semangat dan percaya diri. 13 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, edisi 1, h. 106-109 19 3. Mampu membujuk bawahan, sehingga bawahan yakin apa yang dilakukan adalah benar”. 14 Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan di sekolah, bukanlah pekerjaan yang mudah, karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan guru dan non guru secara pribadi. Oleh kaena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrument pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, dafar riwayat pekerjaan dan komite tenaga kependidikan untuk membantu kelancaran pendidikan di sekolah yang dipimpinnya”. 15 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing yang sangat mempengaruhi kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya masing- masing. “Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju tuju annya”. 16 Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan perlu dipahami bahwa setiap kepala sekolah bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi tenaga kependidikan, dan dia sendiri harus berbuat baik, kepala sekolah juga harus menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan sebagai motto Ki Hajar Dewantoro: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani di depan menjadi tauladan, di tengah membina dan di belakang menjadi pendoro ng atau memotivasi”. 17 14 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, edisi 1, h. 5 15 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 158 16 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 158 17 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 160 20 Setiap pemimpin harus memiliki jiwa dan sikap yang dapat memberikan contoh-contoh dan teladan bagi bawahannya, tak terkecuali kepala sekolah yang memimpin suatu organisasi dilingkungan sekolah. Setiap kepala sekolah harus mampu menjadi pendorong dan motivator kepada bawahannya, agar tercipta situasi dan kondisi belajar yang efektif. Seorang kepala sekolah sangat dituntut untuk mempengaruhi para guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional. Seorang guru di dalam menjalankan tugasnya sehari-hari sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, “sikap kepemimpinan seorang kepala sekolah di dalam menjalankan dan menggerakkan para guru sesuai dengan mekanisme dan aturan yang berlaku tanpa ada intimidasi dan tekanan, maka dapat dipastikan guru itu akan profesional, disiplin dan rajin di dalam menjalankan tugasnya, akan tetapi sebaliknya apabila seorang kepala sekolah didalam menjalankan dan menggerakkan para guru tidak sesuai dengan aturan dan mekanisme yang berlaku tanpa memperhatikan asas kebijaksanaan maka dipastikan guru itu akan tertekan dan akan berjuang pada pelaksanaan tugas yang tidak profesional bahkan guru itu akan membangkang dan malas masuk mengajar”. 18 Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan dan kerajinan guru di sekolah, seorang kepala sekolah dapat mengambil beberapa langkah-langkah antara lain sebagai berikut : 1. Langkah Preventif Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah tingkah laku guru yang dapat menimbulkan dan mengurangi kedisiplinan di dalam menjalankan tugas- tugasnya. Langkah ini mempunyai strategi antara lain : a. Membuat aturan dan tata tertib dan menjalankannya sesuai hasil keputusan bersama. b. Membuat prosedur dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan minat guru. 18 Samsul Maarif, Peranan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kedisiplinan Guru, dari www.unjabisnis.net, 26 September 2010 21 c. Menyiapkan kurikulum sekolah yang tepat sesuai dengan kemampuan dan keahlian guru. d. Meningkatkan keprofesionalan kerja kepala sekolah, agar guru dapat termotivasi untuk berprestasi dalam bekerja. 2. Langkah Supportif Langkah ini dimaksudkan untuk lebih mendukung dan mendorong tingkah laku positif dan disiplin yang akan dilakukan guru. Langkah ini mempunyai strategi antara lain: a. Pemberian penguatan yang positif kepada guru yang bersifat memajukan sekolah. b. Pemberian penghargaan yang membesarkan hati guru dan akan lebih mendorong guru untuk berprestasi lagi. c. Pemberian insentif yang berupa tanda jasa yang dapat menjadikan guru akan selalu bertindak secara profesional dan disiplin. 3. Langkah Corectif Langkah ini di maksudkan untuk mengoreksi dan memperbaiki perilaku guru yang indisipliner dan malas, langkah ini mempunyai strategi antara lain : a. Menggunakan teguran yang lemah untuk menghentikan tingkah laku guru yang bersifat negatif. b. Menggunakan tindakan yang keras untuk suatu tindakan yang melanggar perarutan. c. Penghapusan penguatan yang telah diberikan apabila ada tindakan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. d. Memberikan sanksi yang logis terhadap pelanggaran tata tertib organisasi. e. Mengeluarkan surat keputusan pertimbangan mutasi kepada guru yang sudah tiga kali mendapat surat peringatan”. 19 19 Samsul Maarif, Peranan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kedisiplinan Guru, dari www.unjabisnis.net, 26 September 2010 22 Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. DISIPLIN KERJA GURU

1. Pengertian Disiplin Kerja Guru

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar, sedangkan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin”. 20 Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah disiplin mengandung beberapa arti, yaitu ”tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib, dibidang studi yang memiliki objek, sistem dan metode tertent u”. 21 Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin merupakan “sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk- bentuk aturan”. 22 Peraturan di maksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar. Sedangkan menurut Subari, disiplin adalah “penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu”. 23 Disiplin adalah “suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung 20 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 30 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 208 22 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, cet. 1, h. 114 23 Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, Ed. 1, cet. 1, h. 164 23 dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”. 24 Ahmad Rohani mengartikan disiplin sebagai “setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya”. 25 Menurut Wahjosumidjo, disiplin adalah “sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”. 26 Konsep disiplin berkaitan erat dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama yang melibatkan orang banyak. Hal ini disiplin merupakan suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan. Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Disiplin kerja dimaknai sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. 27 Disiplin kerja merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktifitas. Jadi disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu ketaatan kepada peraturan di dalam melakukan segala sesuatu pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai baik di dalam masyarakat maupun ditempat kerja. 24 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995, cet. 1, h. 182 25 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cet. 2, h. 133-134 26 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, edisi 1, h. 188 27 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Rosda, 2002, h. 129 24 Dalam UU RI nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional menyebut kata guru dengan sebutan tenaga pendidik, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan”. 28 Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan ”. 29 Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, yang berarti guru bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam melaksanakan bidang pekerjaannya agar dapat berhasil, guru dituntut untuk memiliki disiplin kerja. Menurut Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, “guru hendaknya tidak jemu dengan pekerjaannya, meskipun dia tidak dapat menentukan atau meramalkan secara tegas tentang bentuk manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkannya di kelak kemudian hari. Ini menjadi kenyataan, bahwa guru tak pernah mengetahui hasil akhir dari pekerjaan”. 30 Menurut Ali Imron, disiplin kerja guru adalah ”suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, terhadap sekolah secara keseluruhan”. 31 Jadi disiplin kerja guru adalah suatu ketaatan kepada peraturan di dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dimiliki oleh seorang guru di dalam proses 28 UU RI Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 5, h. 3 29 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 125 30 Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendiikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, cet. 1, h. 24 31 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995, cet. 1, h. 183 25 belajar mengajar di sekolah agar mendapatkan hasil yang akan dicapai baik sekolah maupun pendidik. Disiplin erat kaitannya dengan sikap mental dan moral yang melekat pada diri seseorang. Disiplin kerja perlu ditunjang dengan adanya ketentuan atau peraturan yang harus ditaati. Dalam mewujudkan disiplin kerja, yang menjadi faktor pokok adalah kesadaran dan keinsyafan terhadap aturan dan ketentuan yang berlaku dalam suatu organisasi sekolah. Kedisiplinan yang harus dimiliki oleh guru berarti harus mempunyai kesadaran dan kesediaan dalam menaati segala macam peraturan yang berlaku di tempat kerjanya. Guru merupakan komponen pendidikan yang menjadi kunci pokok bagi keberhasilan pendidikan. Guru mempunyai posisi yang paling depan sebagai orang yang terlibat dalam melaksanakan pendidikan di sekolah, untuk itu disiplin kerja guru perlu ditumbuhkan. Disiplin untuk sebagian orang mungkin dapat tumbuh langsung berdasarkan kesadaran, tetapi untuk sebagian yang lain kiranya perlu ditumbuhkan melalui berbagai macam aturan, sanksi atau hukuman, keteladanan pemimpin, pengawasan, ketegasan dan mungkin hubungan kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya sehari-hari, peran kepala sekolah sangat diharapkan walaupun mungkin guru merasa pekerjaan mereka diawasi, tidak ada kebebasan dalam menjankan tugas-tugas profesinya. Disiplin seorang guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap suatu sekolah. Disiplin yang dilakukan oleh guru merupakan disiplin kerja yang dilakukan atau dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dan aturan yang berlaku pada lingkungan kerjanya. 2 . Tugas dan Tanggung jawab Guru Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja, guru juga bertugas sebagai evaluator, administrator, konselor dan lain- lain. Guru mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang memuaskan. 26 Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana Sudjana mengutif pendapat peters, ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu: a Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu juga adanya bahan yang akan diajarkan. b Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan sebagai aspek mendidik, sebab tugas guru tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentuk nilai-nilai para siswa. c Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru”. 32 Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar, karena itu guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan latar belakangnya. Lain halnya dengan pendapat Oemar Hamalik, mengemukakan peranan guru sebagai berikut: a. Peran sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan- kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. b. Peran sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran. 32 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009, h. 15