26
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana
Sudjana mengutif pendapat peters, ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu:
a Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru
dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu juga adanya bahan yang akan
diajarkan. b Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan sebagai aspek mendidik, sebab tugas guru tidak hanya
berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentuk nilai-nilai para
siswa. c Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan
antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan
lebih diutamakan bagi profesi guru”.
32
Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar, karena itu guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena
gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan latar belakangnya.
Lain halnya dengan pendapat Oemar Hamalik, mengemukakan peranan guru sebagai berikut:
a. Peran sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan- kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Peran sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran.
32
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009, h. 15
27
c. Peran sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan
belajar. d. Peran sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan
siswa dan masyarakat. e. Peran sebagai model yang mampu memberikan contoh yang baik
kepada siswanya agar berprilaku yang baik. f. Peran sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap
kemajuan belajar siswa. g. Peran sebagai inovator, yang turut menyebar luaskan usaha-usaha
pembaruan kepada masyarakat. h. Peran sebagai agen moral politik yang turut membina moral
masyarakat, peserta didik menunjang upaya-upaya pembangunan. i. Peran sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan
pada peserta didik dan masyarakat. j. Peran sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam
kelas, sehingga proses pembelaja ran berhasil”.
33
Berkaitan dengan tugas atau peran sebagai seorang pendidik, maka guru harus memiliki kemampuan profesional seperti yang diungkapkan
oleh Nana Sudjana, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru yang meliputi: 1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sumber belajar 5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi belajar
8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna
keperluan pengajaran”.
34
33
Oemar Hamalik, Kurikulm dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, h. 9
34
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009, h. 19
28
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan hanya mengajarkan ilmu yang dimiliki, tetapi juga mengelola ilmu itu sendiri.
Dengan cara demikian akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas pembelajaran di
sekolah sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, maksudnya yaitu agar apa yang disampaikan oleh guru betul-betul dimiliki
oleh peserta didik.
3. Aspek-aspek Kerja Guru
Sebagai kunci keberhasilan suatu sekolah, guru dituntut memiliki disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja sebagai suatu ketaatan menjalankan
peraturan yang meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: a. Disiplin terhadap waktu yang meliputi: Hadir dan pulang tepat waktu,
menepati waktu tugas, Menyelesaikan administrasi kelas dan sekolah secara baik dan teratur, memanfaatkan waktu dengan baik, dan
menyelesaikan tugas tepat waktu. b. Disiplin dalam loyalitas kerja yang meliputi: Melaksanakan proses
pembelajaran dan mengadakan evaluasi pelajaran secara teratur, melayani dan mengawasi peserta didik, datang dan mengikuti rapat tepat waktu serta
Ikut membina hubungan baik antara sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat.
c. Disiplin dalam mematuhi peraturan yang meliputi: Disiplin dalam berpakaian, mematuhi kode etik guru dan Ikut memelihara tata tertib kelas
dan sekolah dengan baik”.
35
Dengan memperhatikan berbagai aspek kedisiplinan bagi guru sebagaimana tercantum di atas, maka dalam pelaksanaan tugasnya akan
tercipta kondisi disiplin kerja yang tinggi. Dan guru yang memiliki disiplin kerja yang tinggi tentunya akan mematuhi dan mentaati serta menjalankan
35
Keke T. Aritonang, Kompensasi kerja, dari www.bpkpenabur.or.id, 04 Juli 2005
29
peraturan dan tata tertib yang berlaku dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, sehingga akan tercipta suasana lingkungan kerja dan suasana belajar
yang kondusif. Hal ini akan menjadi bukti bahwa disiplin kerja guru menjadi salah satu faktor yang dapat membangkitkan disiplin belajar bagi para siswa.
4. Fungsi Disiplin Kerja Guru
Disiplin kerja sebagai ketaatan menjalankan peraturan, mempunyai beberapa fungsi, diantaranya disiplin berfungsi sebagai peningkatan
produktivitas yang tinggi, kreatifitas dan aktifitas serta motivasi guru dalam mengajar agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Fungsi disiplin kerja guru, yaitu sebagai berikut: a. Disiplin membawa proses kinerja ke arah produktifitas yang tinggi atau
menghasilkan kualitas kerja yang tinggi. b. Disiplin mempengaruhi kegiatan guru dalam proses kinerja. Karena
disiplin sangat berpengaruh terhadap kreatifitas dan aktifitas kinerja tersebut.
c. Disiplin memperteguh guru untuk memperoleh hasil kerja yang memuaskan.
d. Disiplin memberi kemudahan bagi guru dalam memperoleh hasil kerja yang memuaskan.
e. Disiplin memberikan kesiapan bagi guru dalam melaksanakan proses kinerja.
f. Disiplin akan menunjang hal-hal yang positif dalam melakukan berbagai kegiatan dan prose
s kinerja”.
36
Dengan demikian betapa pentingnya disiplin kerja guru, karena telah dipaparkan bahwa produktifitas ditentukan oleh disiplin kerja. Oleh karena itu
guru yang dapat diharapkan mampu meningkatkan produktifitas kerja. Dari uraian di atas jelaslah bahwa antara disiplin dan kerja terdapat hubungan yang
sangat erat, sehingga satu sama lain sangat mempengaruhi. Disiplin yang tinggi akan menimbulkan semangat yang tinggi sebaliknya semangat kerja yang
tinggi akan menghasilkan disiplin yang tinggi pula.
36
A. Tabrani Rusyan, dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 2001, cet. 2, h. 56
30
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Disiplin kerja guru dapat terlaksana dengan baik ataupun tidak terkadang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a. Faktor pegawai pribadi guru, yaitu kecerdasan IQ, kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa
kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja. b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
golongan, kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja”.
37
Faktor kepribadian guru di atas memberikan informasi bahwa penerapan disiplin kerja guru dapat dipengaruhi oleh Intellectual Quotiont IQ guru,
Emotional Quotiont EQ guru dan Spiritual Quotiont SQ seorang guru. Sedangkan faktor pekerjaan di atas menerangkan tentang bagaimana keadaan
guru kaitannya dengan organisasi sekolah kedudukan, sistem kerja, interaksi sosial di tempat kerja, sarana prasarana dan lain-lain.
Menurut Suroso, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru antara lain: moril atau semangat kerja pegawai, kesejahteraan pegawai dan
suasana kerja yang harmonis”.
38
a Moril atau semangat kerja pegawai Seorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah
disepakati apabila moril atau semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang pegawai mempunyai moril yang rendah
maka, ia akan berbuat tidak sesuai dengan perauran yang telah disepakati.
b Kesejahteraan pegawai Kesejahteraan merupakan keinginan tetap setiap manusia,
kesejahteraan selalu dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan.
37
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Rosda, 2002, h. 120
38
Suroso, Peranan Kepala Sekolah Terhadap Disiplin Kerja Guru, Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP, 1991, h. 22
31
Untuk kesejahteraan pegawai, pemimpin wajib intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah mereka berikan kepada perusahaan.
c Suasana kerja yang harmonis Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang
lancar, pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu pegawai berbuat disiplin.
Berbeda dengan pendapat Tulus Tu’u, mengemukakan bahwa ada empat hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu:
a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi
motif sangat kuat terwujudnya disiplin. b. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan
dan kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri
seseorang sehingga peraturan-peraturan diikuti dan dipraktikan. c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan
harapan ”.
39
39
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 48-49
32
6. Macam-Macam Disiplin
Menurut T ulus Tu’u, macam-macam disiplin terbagi menjadi tiga
macam, yaitu: a Disiplin Otoritarian
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan
menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Disiplin Otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan,
dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang
mematuhi dan menaati peraturan. Kepatuhan dan ketaatan dianggap baik dan perlu bagi diri, institusi atau keluarga. Apabila disiplin di langgar,
wibawa dan otoritas institusi atau keluarga menjadi terganggu. Karena itu, setiap pelanggaran perlu diberi sanksi, ada sesuatu yang harus ditanggung
sebagai akibat pelanggarannya. Di sini dapat terjadi orang patuh dan taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan dan tidak
aman. Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada ketidakpuasan, pemberontakan dan kegelisahan. Sebenarnya, semua perbuatannya hanya
karena keterpaksaan dan ketakutan menerima sanksi. Di sini mereka perlu dibantu untuk memahami arti dan manfaat disiplin itu bagi dirinya, agar
ada kesadaran diri yang baik tentang disiplin. b Disiplin Permisif
Dalam disiplin
ini seseorang
dibiarkan bertindak
menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri
dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau
aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak teknik permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya karena
tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang.