Kriteria Rumah Sehat Syarat Rumah Sehat

c. Keterjangkauan Secara sosial ekonomis, terjangkau oleh pemilik atau penghuni, baikongkos biaya sewa, membeli atau membangun.

2.8.2.1. Kriteria Rumah Sehat

Rumusan yang dikeluarkan oleh APHA American Public Health Association bahwa persyaratan rumah sehat : a. Harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan physiologis b. Harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan psycologis c. Harus terhindar dari penyakit menular d. Harus terhindar dari kecelakaan – kecelakaan. Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis Universitas Sumatera Utara sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

2.8.2.2. Syarat Rumah Sehat

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 829MenkesSKVII1999 Depkes RI, 2002: a. Lokasi, - Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya. - Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi pertambangan. - Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan. b. Sarana dan Prasarana Lingkungan: - Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan. - Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit dan memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. - Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut yaitu konstruksi jalan tidak membahayakan kesehatan, konstruksi trotoar jalan tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, bila ada Universitas Sumatera Utara jembatan harus diberi pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan. - Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya. - Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Tempat pengelolaan makanan TPM harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Winslow dan APHA, pemukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi bersantai dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh Universitas Sumatera Utara lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit. Penjelasannya adalah sbb: a. Memenuhi kebutuhan fisiologis , antara lain : - Pencahayaan. 1. Pencahayaan alam. Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka.Cahaya matahari berguna selain untuk penerangan juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman-penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO dimana salah satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 – 120 Lux.Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ketimur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10 – 20 dari luas lantai. 2. Pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi oleh : 1. Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit- langit. 2. Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan. 3. Luas dan bentuk ruangan. 4 Penyebaran sinar dari sumber cahaya. Universitas Sumatera Utara - Ventilasi penghawaan, Ventilasi digunakan untuk pergantian udara, udara perlu diganti agar mendapat kesegaran badan selain itu agar kuman- kuman penyakit dalam udara antara lain bakteri dan virus dapat keluar dari ruangan. sehingga tidak menjadikan penyakit. Orang-orang yang batuk dan bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-kuman penyakit TBC, pneumonia,dll yang dapat meninfecteer udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan perantara udara, antara lain : TBC, bronchitis, pneumonia, dll.Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22 o C – 30 o C sudah cukup segar. Untuk memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud diatas diperlukan adanya ventilasi yang baik.Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang- lubang ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim ditempat itu. Didaerah yang berhawa dingin dan banyak angin, jangan membuat lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja. Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar.Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, diantaranya : Universitas Sumatera Utara 1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5 dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil dapat dibuka dan ditutup minimum 5 . Jumlah keduanya menjadi 10 kali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. 2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. 3. Aliran udara diusahakan CROSS VENTILATION dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain. Unsur udara bebas pada umumnya terdiri : 1 Nitrogen zat lemas 78,8 . 2. Oksigen zat asam 20,7 . 3. Karbondioksida Gas asam arang 0,04 . 4 Uap air 0,46 .c.5. Ozon 0.3, Amoniak NH3, Gas cair H2 dan lain-lain. Unsur yang bermanfaat bagi kesehatan yaitu Oksigen O2. b. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain : - Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Kepadatan hunian. Kepadatan hunia di dalam rumah dapat menimbulkan efek negatif terhadap fisik, mental maupun moril bagi penghuninya. kepadatan memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama melalui saluran pernafasan. Universitas Sumatera Utara - WC dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah. Suatu rumah harus mempunyai WC dan kamar mandi sendiri dan terpelihara kebersihannya. Bila tidak mempunyai WC sendiri, maka buang air besar dilakukan di sembarang tempat sungai, kebun, empang, dan lain-lain yang sebenarnya tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan dan memudahkan penyakit- penyakit tertentu dapat ditularkan melalui pembuangan kotoran yang tidak sehat. c. Mencegah penularan penyakit, antara lain : Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit bagi penghuninya, antara lain : 1. Bebas dari serangga dan tikus.Menghindari adanya kehidupan serangga lalat, tikus dan kecoa, dengan cara atau usaha kebersihan dan kesehatan lingkungan di dalam dan di luar rumah. 2. Pembuangan sampah.Sampah dibedakan menjadi : sampah basah, sampah kering dan sampah sukar busuk kaleng, kaca, paku dan lain-lain. Sampah jangan dibuang di tempat terbuka lebih dari 24 jam karena akan menyebabkan lalat dan tikus untuk bersarang. 3. Pembuangan tinja.Usahakan setiap rumah mempunyai jamban sendiri, selalu bersih dan tidak berbau konstruksi leher angsa. Jarak cukup jauh dari sumber air dan letaknya di bagian hilir air tanah. Universitas Sumatera Utara 4. WC harus selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi

2.8.3. Lingkungan

Dokumen yang terkait

Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian penyakit Cacing Pita (Taenia Solium) Pada Siswa SD Negeri 173545 di Desa Tambunan Kecamatan Balige Tahun 2014

5 87 152

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012

1 56 140

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Hubungan Karakteristik Penderita, Lingkungan Fisik Rumah Dan Wilayah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2009

1 37 101

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 20

PENDAHULUAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 4

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI INDONESIA Physical Environtment Faktor Relation with Filariasis in Indonesia

0 0 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2012

0 0 14