Analisis Multivariat Kriteria Kasus dan Kontrol

diperoleh nilai p = 0,002 p 0,25 dengan OR sebesar 0,087 95 CI= 0,011 – 0,699 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebersihan lingkungan dengan kejadian filariasis. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang lingkungan sekitar rumah terdapat banyak genangan air dipekarangan rumah, sampah yang berserekan dan sampah yang menumpuk seperti kaleng maupun wadah yang dapat menampung air tempat berkembangbiak vektor memiliki risiko 0,087 kali lebih besar untuk terjadinya filariasis dari responden yang lingkungan sekitar rumah dalam kondisi bersih yang tidak bisa dijadikan tempat berkembangbiak vektor. Hasil analisis hubungan keberadaan kandang ternak dengan kejadian filariasis menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,024 p 0,25 dengan OR sebesar 2,571 95 CI= 1,108 – 5,970 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian filariasis. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang kandang ternak berada dekat dengan tempat tinggal yang jaraknya 100 m memiliki risiko 2,571 kali lebih besar untuk terjadinya filariasis dari responden yang kandang ternak berada ≥ 100 m dengan tempat tinggal.

4.5. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen umur, pendidikan, kebiasaan keluar rumah, dinding rumah, pemakaian kawat kasa, gantungan baju di dalam rumah, langit-langit rumah, pemakaian kelambu, habitat tempat berkembang biak, kebersihan lingkungan dan kandang ternak terhadap variabel dependen kejadian filariasis serta untuk mengetahui variabel independen yang paling dominan yang mempengaruhi variabel dependen. Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol, maka Analisis Multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik dengan metode forward backward conditional. Berdasarkan hasil seleksi multivariat degan menggunakan uji chi-square diketahui bahwa semua variabel yaitu umur, pendidikan, kebiasaan keluar rumah, dinding rumah, pemakaian kawat kasa, gantungan baju, langit-langit rumah, pemakaian kelambu, habitat, kebersihan lingkungan dan kandang ternak dapat masuk menjadi pemodelan multivariat. Berdasarkan pemodelan multivariat tersebut, maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan variabel sehingga dimasukkan sebagai kandidat analisis multivariat seperti pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Multivariat Regresi Logistik Antara Umur, Pendidikan, Kebiasaan Keluar Rumah, Dinding Rumah, Pemakaian Kawat Kasa, Gantungan Baju, Langit-Langit Rumah, Pemakaian Kelambu, Habitat, Kebersihan Lingkungan dan Kandang Ternak dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Pidie Tahun 2013 Variabel Independen Nilai B Nilai p Exp B 95 C.l.for Exp B Lower Upper Umur 1.410 .008 4.097 1.441 11.647 Pendidikan 20.214 .999 6E+008 .000 . Kebiasaan Keluar Rumah 1.960 .013 7.102 1.522 33.136 Dinding Rumah -20.032 1.000 .000 .000 . Pemakaian Kawat Kasa 20.910 .999 1E+009 .000 . Gantungan Baju .100 1.000 1.106 .000 . Langit-Langit Rumah .815 1.000 2.259 .000 . Pemakaian Kelambu .000 1.000 1.000 .000 . Habitat -.879 1.000 .415 .000 . Kebersihan Lingkungan -40.712 .998 .000 .000 . Kandang Ternak 19.114 .999 2E+008 .000 . Constant -28.603 .999 .000 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis regresi logistik tersebut terlihat hanya ada dua 2 variabel yang P Value nya 0,05 yaitu variabel Umur P = 0,008 dan variabel Kebiasan Keluar Rumah P = 0,013, sedangkan variabel yang lainnya nilai P Value 0,05. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa variabel umur merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian filariasis di Kabupaten Pidie diikuti dengan variabel kebiasaan keluar rumah dengan nilai overall percentage = 73,6 artinya variabel umur berperan terhadap terjadinya filariasis di Kabupaten Pidie sebesar 73,6. Hal ini disebabkan responden yang berumur dewasa berpeluang menderita filariasis sebesar 73,6 dibandingkan dengan responden yang berumur tua, hal ini terjadi karena pada usia dewasa merupakan usia produkif dalam bekerja dan berinteraksi sosial dimasyarakat seperti duduk-duduk diwarung kopi pada malam hari dan mengikuti pengajian malam hari. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Karakteristik Responden terhadap Kejadian Filariasis

Dokumen yang terkait

Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian penyakit Cacing Pita (Taenia Solium) Pada Siswa SD Negeri 173545 di Desa Tambunan Kecamatan Balige Tahun 2014

5 87 152

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012

1 56 140

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Hubungan Karakteristik Penderita, Lingkungan Fisik Rumah Dan Wilayah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2009

1 37 101

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 20

PENDAHULUAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 4

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI INDONESIA Physical Environtment Faktor Relation with Filariasis in Indonesia

0 0 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2012

0 0 14