Hubungan Umur Responden terhadap Kejadian Filariasis

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Karakteristik Responden terhadap Kejadian Filariasis

Pengukuran karakteristik responden terhadap kejadian filariasis diukur berdasarkan umur, pendidikan dan kebiasaan keluar rumah.

5.1.1. Hubungan Umur Responden terhadap Kejadian Filariasis

Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, yang artinya semakin meningkat umur seseorang akan meningkat pula kedewasaan secara teknis dan psikologis serta semakin mampu melaksanakan tugasnya Siagian, 1999. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus lebih banyak responden berumur dewasa 26 – 55 tahun sebanyak 78,6, sedangkan kelompok kontrol lebih banyak responden berumur tua 56 tahun sebanyak 55,7. Berdasarkan hasil analisis hubungan umur responden dengan kejadian filariasis menggunakan uji chi- square diperoleh nilai p = 0,000 p 0,25 dengan OR sebesar 4,613 95 CI= 2,200 – 9,673 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur responden dengan kejadian filariasis. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang berumur dewasa memiliki risiko 4,613 kali lebih besar untuk terjadinya filariasis dari responden yang berumur tua. Pendapat Robbin 1996 dikutip dari Sunaryo 2004 bahwa kemampuan seseorang akan merosot dengan meningkatnya usia, sehingga usia muda merupakan usia yang paling optimal untuk pengembangan kemampuan dalam hal pencegahan Universitas Sumatera Utara suatu penyakit. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu 2008 di Puskesmas Lasung Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan, dimana hasil penelitiannya menyatakan ada hubungan umur dengan kejadian filariasis. Kondisi umur reponden kasus di Kabupaten Pidie sebanyak 78,6 yang berada pada umur Dewasa 26 – 55 tahun, umur tersebut merupakan usia kerja dimana semua responden telah bekerja. Lokasi kerja hampir semua reponden berada pada area kerja yang berisiko terjadinya filariasis seperti bekerja sebagai petani 34,3 dan nelayan 7,1. Walaupun umur individu yang satu dengan yang lain sama, tetapi bila berbeda kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi maka akan memberikan perilaku yang berbeda pula.

5.1.2. Hubungan Pendidikan Responden terhadap Kejadian Filariasis

Dokumen yang terkait

Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Higiene Perorangan Dengan Kejadian penyakit Cacing Pita (Taenia Solium) Pada Siswa SD Negeri 173545 di Desa Tambunan Kecamatan Balige Tahun 2014

5 87 152

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012

1 56 140

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Hubungan Karakteristik Penderita, Lingkungan Fisik Rumah Dan Wilayah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2009

1 37 101

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 20

PENDAHULUAN Hubungan antara Lingkungan Rumah dan Sanitasi akanan dengan Keberadaan Tikus di Kabupaten Boyolali.

0 2 4

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI INDONESIA Physical Environtment Faktor Relation with Filariasis in Indonesia

0 0 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2012

0 0 14