45
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Menurut Ghozali
2006:56 ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
“dengan analisis grafik dan uji statistik”. Sedangkan syarat dalam analisis parametrik menurut
Priyatno 2009: 56 yait u “distribusi data harus normal”.
2. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali 2006: 91 uji multikolinieritas bertujuan “untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen”. Menurut lubis, dkk 2007
menyatakan bahwa : ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
yaitu jika nilai variance inflation factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 110 = 0,1.
Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. Jika nilai koefisien kolerasi antara masing-masing variabel
independen kurang dari 0,70, maka model sdapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika
lebih dari 0,70 maka diasumsikan terjadi kolerasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi
multikolinieritas.
Universitas Sumatera Utara
46
Sedangkan menurut Ghozali 2006 menyata kan bahwa “ketentuan
dalam melihat multikolinieritas adalah jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi yaitu diatas 0,90”
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali 2006: 105 uji heteroskedastisitas bertujuan “menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap,
maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas
”. Menurut lubis, dkk 2007 menyatakan bahwa :
Cara memprediksi heteroskedastisitas adalah jika pola gambar scatterplot model tersebut adalah titik-titik data
menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di
bawah saja. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar kemudian
menyempit dan melebar kembali. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali 2006: 95 uji autokorelasi bertujuan “menguji
apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 sebelumnya, jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi
”. Menurut Priyatno 2009 “dampak yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian sampel
Universitas Sumatera Utara
47
tidak dapat menggambarkan varian populasinya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan dilakukan uji Durbin-Watson.
Jika nilai Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokore
lasi”.
5.7.3 Model Regresi Linear Berganda