BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen. Menurut Kotler 2005:10, “Pemasaran adalah proses sosial
yang dengan proses individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”. Assauri 2007:5 Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan
untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pemasaran menurut Miller dan Layton Dalam Tjiptono, 2005:2
adalah sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa, dan
gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses pemasaran bertujuan untuk memuaskan konsumennya. Kunci utama untuk mencapai sasaran
organisasi adalah dengan mengenali kebutuhan needs dan keinginan wants dari pasar sasarannya dan memeberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara yang
efektif dan efisien dibandingkan pesaingnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Experiental Marketing
Definisi experience menurut Schmitt 1999:60 bahwa pengalaman experience adalah peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi sebagai tanggapan
atas beberapa jenis stimulus misalnya yang diberikan oleh upaya-upaya pemasaran sebelum dan sesudah pembelian.
Menurut Wong Dalam Mira, 2009 pengalaman merupakan sebuah alat yang membedakan produk atau jasa. Tidak dapat disangkal bahwa dengan
semakin berkembangnya teknologi produk dan jasa maka penciptaan product differentiation sangatlah sulit, bahkan kadang kala tidak mungkin dilakukan.
Dengan kematangan sebuah produk maka kompetisi menjadi sangat ketat karena para kompetitor menawarkan core product dengan fungsi dan fitur yang sama.
Oleh karena itu hanya ada sedikit perbedaan yang bisa diciptakan. Experiential Marketing merupakan konsep strategis di mana merupakan
era perubahan marketing dengan adanya perpindahan konsep functional kepada konsep experiences dari sebuah produk atau jasa yang hal ini pertama kali
didukung oleh Pine dan Gilmore II 1998 dalam bukunya Experiential Economy yang membahas mengenai special experiences dan unforgettable memories, lalu
Schmitt 1999 dengan bukunya Experiential Marketing Li, 2008. Tahap awal dari experiental marketing terfokus pada tiga kunci pokok
Rini, 2009, yaitu : 4.
Pengalaman Pelanggan; Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati dan pikiran yang dapat menempatkan pembelian produk
atau jasa di antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
5. Pola Konsumsi; Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan
untuk menciptakan sinergi yang lebih besar. Hal yang terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan loyalitas.
6. Keputusan rasional dan emosional; Pengalaman dalam hidup sering
digunakan untuk memenuhi fantasi, perasaan dan kesenangan. Banyak keputusan yang dibuat dengan menuruti kata hati dan tidak rasional.
Experience marketing adalah tentang suatu perusahaan yang membuat pelanggannya bisa lebih loyal, dengan cara memaksimumkan kelima unsur yang
dibuat oleh Schmitt 2003:18, yakni: Unsur sense; menyangkut panca indera seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman yang dapat dilakukan dengan
memberikan pemandangan yang indah, aroma yang enak, sentuhan yang nyaman, musik yang sesuai. Unsur feel merupakan perasaan dan emosi positif yang timbul,
bagaimana menciptakan perasaan enak feel good bagi para konsumen. Unsur Think adalah kreatif yang muncul di benak pelanggan dari sebuah merek, dengan
cara membuat pelanggan berpikir positif terhadap produk tersebut. Unsur act menyangkut tindakan fisik dan interaksi yang muncul, yaitu dengan membuat
pelanggan lebih aktif dengan produk tersebut. Sedangkan Unsur relate adalah upaya menghubungkan merek dengan konsumen itu sendiri, orang lain, atau
budaya. Experiential Marketing merupakan sebuah pendekatan baru untuk
memberikan informasi mengenai merek dan produk. Hal ini terkait erat dengan pengalaman pelanggan dan sangat berbeda dengan sistem pemasaran tradisional
yang berfokus pada fungsi dan keuntungan sebuah produk Andreani, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kotler dan Keller dalam Andreani, 2007, Pengalaman juga dapat disampaikan kepada konsumen melalui experience provider saranaalat
yang menyediakanmemberikan pengalaman bagi pelanggan seperti berikut ini : 1.
Communications : iklan, public relations, laporan tahunan, brosur, newsletter, dan magalogs.
2. Visualverbal identity : nama merek, logo, signage, kendaraan sebagai
transportasi. 3.
Product presense : desain produk, packaging, point-of-sale displays. 4.
Co-Branding :event marketing, sponsorships, alliances partnership kemitraan, licensing hak paten, iklan di TV atau bioskop.
5. Environments : retail and public spaces, trade booths, corporate
buildings, interior kantor dan pabrik. 6.
Web sites and electronic media : situs perusahaan, situs produk dan jasa, CD-ROMs, automated e-mails, online advertising,intranets.
7. People : salespeople, customer service representatives, technical
supportrepair providers layanan perbaikan, company spokepersons, CEOs dan eksekutif terkait.
2.1.3. Kegunaan dari Experiential Marketing