3. Analisis Faktor
Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.Analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen untuk memecahkan
masalah psikologi, mengenai penetapan dan pengukuran intelektual. Analisis faktor pada dasarnya digunakan untuk mereduksi data. Mereduksi data
merupakan proses untuk meringkas faktor menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor.
115
Tujuan utama dari analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisis struktur saling berhubungan korelasi antara
sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan satu kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut dengan faktor atau komponen.
116
Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor.Jika berdasarkan data visual
tidak ada nilai korelasi yang diatas 0.30, maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Korelasi antar variabel dapat juga dianalisis dengan menghitung
partial correlation antar variabel yaitu korelasi antar variabel dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
117
Cara lain dalam menentukan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah melihat korelasi secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan
sejumlah variabel. Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor digunakan adalah Measure of
115
Paisal Amir Zaini, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010, h. 37
116
Zaini, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.
376.
117
Zaini, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.
378.
Sampling Adequacy MSA. Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai MSA 0.50 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan.
118
Proses Dasar Analisis Faktor a. Menentukan Variabel apa saja yang akan dianalisis
b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan metode Barlett’s test of sphecirity serta pengukuran MSA Measure of Sampling
Adequacy. c. Setelah sejumlah variabel memenuhi syarat didapat, selanjutnya menuju
proses inti pada analisis faktor, yaitu proses factoring, proses ini akan mengekestrak satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah
lolos pada uji variabel sebelumnya. d. Interprestasi atau faktor yang telah terbentuk, khususnya pemberian
nama pada faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
e. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid.
119
Uji KMO memiliki nilai harus diatas 0,5 dan signifikan harus dibawah 0,05. Sedangkan uji MSA memiliki nilai harus berada pada 0 sampai 1 dengan
kriteria : a. MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain. b. MSA 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
c. MSA 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
120
118
Zaini, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.
378.
119
Santoso, Statistik Multivariat, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014, h.59
120
Santoso, Statistik Multivariat, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014, h. 66