Analisis Faktor-faktor Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Dessy

NIM 1112015000105

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

iv

ABSTRAK

Dessy (NIM:1112015000105): Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dalam kaitannya dengan penelitian ini Faktor-faktor yang dimaksud adalah (1) hukum perpajakan, (2) sanksi perpajakan, (3) tarif pajak, (4) manfaat NPWP, (5) pemahaman Wajib Pajak, (6) pengetahuan dasar perpajakan, (7) kesadaran Wajib Pajak, (8) tingkat pendidikan, (9) kualitas pelayanan pajak, (10) reformasi administrasi perpajakan, (11) modernisasi sistem administrasi perpajakan, (12) penerapan E-Filing, (13) pengawasan Account Reprsentative, (14) biaya kepatuhan, (15) sosialisasi pajak, dan (16) tingkat pendapatan. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang prbadi yang terdaftar di KPP Pratama Kalideres. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode system random sampling dalam penentuan sampel dengan jumlah sampel 100 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak. Hasil analisis faktor menunjukan empat faktor yang terbentuk ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, faktor-faktor ini muncul dengan nama baru yang ditentukan dengan nilai tertinggi, yaitu faktor pertama pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai 0,764, faktor kedua penerapan e-filing dengan nilai 0,944, faktor ketiga tingkat pendapatan dengan nilai 0,809 dan faktor keempat tingkat pendidikan dengan nilai 0,753.


(7)

v

The Purpose of the research is to determine factors that affect individual taxpayer compliance. In relation to this research the factors consist of : (1) tax law, (2) tax penalties, (3) tax rate, (4) benefits of TIN, (5) taxpayer understanding, (6) basic knowledge of tax, (7) awareness taxpayer, (8) level of education (9) quality of services, (10) tax administration reform, (11) modernization of tax administration system, (12) e-filing application, (13) supervision of account representative, (14) compliance cost, (15) socialization tax, (16) level of income. This research used primary data with system random sampling method in determining the sample. The research method used is survey method with quantitative approach. The analytical techniq used in this research is factor analysis. The data is collected by using questionnaire related to tax compliance. The result of factor analysis shows there are 4 factors that formed which are all factors infulence of tax compliance. These factors appear with new name determined by the highest value, which are: 1st factor is basic knowledge of tax with score 0,764, 2nd factor is e-filing application with score 0,944, 3rd factor is level of income with score 0,809, and the last, 4th factor is level of education with score0,753.


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris diWilayah KPP Pratama Kalideres)” dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

4. Ibu Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.


(9)

vii

8. Orang tua saya Bapak Sadelih dan Ibu Jumanah yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan saya tiada henti serta memberikan dukungan yang sangat besar. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan hidayat Nya kepada kalian.

9. Untuk Kakak dan Adik tercinta, Linda Riati dam Muhamad Risky Khollid yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya dan membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini.

10.Ana Okta Septiyana, Ichwan Nur Wulan, dan Linda Purnama Sari sahabat-sahabat ku yang selalu ada untuk memberikan semangat, dukungan dan motivasi.

11.Yenni Dien, Maharani Della, Fairuz Azkia sahabat yang seperti keluarga yang selalu memberikan dukungan, terutama Yenni Dien untuk segalanya yang sangat membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

12.Sahabat–sahabat saya yang bertemu semasa kuliah, Sri Setiyowati, Luna, Wulan Permatasari, Laelatul Sa’diyah, dan Dina Khairunnisa yang selalu memebrikan doa, semangat, dan keceriaan.

13.Penghuni Kosan Hijau Aida Sri Rahayu, Sheila Muria, Kak Ami yang mengisi kekosongan hari-hari penulis, selalu memberikan doa, semangat, dan keceriaan.

14.Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2012 yang telah memberikan pengalaman dan warna selama menjalani perkuliahan.

15.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya.


(10)

viii

Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Jakarta, 12 November 2016


(11)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. LandasanTeori ... 12

1. Dasar-dasar Perpajakan ... 12


(12)

x

3. Pemahaman Wajib Pajak ... 20

4. Pengetahuan Dasar Perpajakan ... 22

5. Kesadaran Wajib Pajak ... 22

6. Tingkat Pendidikan ... 23

7. Kualitas Pelayanan ... 24

8. Administrasi Perpajakan ... 27

9. Reformasi Administrasi Perpajakan ... 28

10. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan ... 28

11. Penerapan e-Filing ... 30

12. Pengawasan Account Representative (AR) ... 30

13. Biaya Kepatuhan ... 32

14. Sosialisasi Pajak ... 32

15. Tingkat Pendapatan ... 33

16. Kepatuhan Wajib Pajak ... 33

B. Hasil Penelitian yang Relevam ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48


(13)

xi

B. Statistik Deskriptif Responden ... 68

C. Teknik Analisis Data ... 72

1. Uji Instrumen Angket ... 72

a. Uji Validitas ... 74

b. Uji Reliabilitas ... 75

2. Uji Prasyarat Analisis ... 75

a. Uji Normalitas ... 76

b. Uji Homgenitas... 70

3. Statistik Deskripitf ... 78

4. Analisis Faktor ... 83

D. Pembahasan dan Interpretasi ... 93

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Implikasi ... 97

C. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan... 19

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ... 32

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas... 57

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif ... 58

Tabel 4.10 KMO dan Barlett's Test ... 59

Tabel 4.11 Communalities ... 60

Tabel 4.12 Total Variance Explained ... 60

Tabel 4.13 Component Matrix ... 61

Tabel 4.14 Rotated Component Matrix ... 61

Tabel 4.15 Daftar Faktor Terbentuk 1 ... 61

Tabel 4.16 Daftar Faktor Terbentuk 2 ... 61


(15)

(16)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Grafik 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46

Grafik 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48


(17)

xv

Gambar 2.2 Penerimaan Perpajakan dari 2010-2016 ... 46


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Angket

Lampiran 2 Angket

Lampiran 3 Hasil Angket

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Uji Analisis

Lampiran 6 Surat-surat terkait


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Dalam rangka memajukan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan apabila pemerintah menjalankan pemerintahannya dengan baik dan melaksanakan pembangunan disegala bidang. Hal ini tentunya didukung oleh pembiayaan Negara yang mamadai. Suatu Negara akan berjalan dengan baik ketika sumber keuangan Negara stabil ataupun kuat. Sumber penerimaan dana untuk Negara di dominasi oleh pajak. Sebenarnya, sumber penerimaan Negara ada dua jensi yaitu berasal dari internal maupun eksternal, sumber penerimaan Negara yang berasal dari dalam adalah pajak, dan eksternal adalah penerimaan bukan pajak seperti pemanfaatan sumber daya alam, pinjaman luar negeri dan sebagainya. Sumber dana yang berasal dari eksternal bersifat tidak stabil untuk menangani pembiayaan Negara, dan Negara tidak bisa terus bergantung dari sumber eksternal. Maka dari itu pemerintah mengandalkan penerimaan dari faktor internal yaitu yang berasal dari pajak. Pajak merupakan sumber terbesar pembiayaan Negara.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” 1

Pada saat ini pajak memiliki peran yang mendominasi terhadap pendapatan Negara. Salah satu fungsi pajak adalah fungsi penerimaan (budgetair). Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Secara keseluruhan pendapatan Negara di tahun 2016

1

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.


(20)

2

ditargetkan mencapai Rp. 1.822,5T. Pendapatan Negara yang paling mendominasi adalah pendapatan dari hasil pungutan pajak. Hal ini bisa dibuktikan dengan grafik di bawah ini:

sumber : http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016

Gambar 1.1

Pendapatan Negara tahun 2016

Dari gambar di atas pendapatan Negara yang dihasilkan melalui pungutan pajak mencapai 75% atau setara dengan Rp. 1.360,2T perbandingan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan pendapatan dari objek lain. Pemerintah menargetkan Pendapatan Negara naik Rp.60,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T.2 Dapat dilihat dari grafik di atas pajak sangat mendominasi sumber penerimaan Negara. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat gambar di bawah ini.


(21)

Gambar 1.2

Penerimaan Perpajakan dari tahun 2010 - 2016

Jika dilihat dari gambar 1.2 pertumbuhan perpajakan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 itu tiap tahunnya mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan perpajakan dari tahun 2010 sampai dengan 2016 adalah sebesar 13,5%. 3 Pertumbuhan perpajakan terus meningkat di dukung dengan perekonomian Indonesia yang dikatakan terus meningkat juga. Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan suatu Negara. Maka dari itu pengelolaan dana pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat terwujud.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A 4menyebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur oleh undang-undang. Pajak merupakan hal yang paling utama untuk dijadikan perhatian, maka dari itu banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk terus meningkatkan penerimaan Negara. Dalam hal ini diperlukan peran aktif dari Direktorat Pajak ataupun petugas pajak dalam pemungutan pajak, untuk terus meningkatkan penerimaan pajak.

Usaha memaksimalkan penerimaan pajak harus lebih mengarah pada upaya meningkatkan penerimaan dengan berbagai macam program. Upaya

3 http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016 (di akses pada tanggal 25 Februari 2016) 4


(22)

4

memaksimalkan penerimaan pajak juga tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Direktorat Jendral Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri.5 Reformasi sistem perpajakan sudah dilakukan pemerintah, sistem perpajakan dari Official Assessment menjadi Self

Assessment, Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Hal ini menjadi dasar kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dan menjadi faktor yang sangat penting dalam hal untuk mencapai keberhasilan penerimaan pajak.

Menganut Self Assessment System membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem Self Assessment. Secara umum, kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak berdasarkan sistem Self Assessment adalah:

1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2. Membayar dan melaporkan pajak penghasilan dan pajak lainnya.6

Sistem pemungutan pajak sebenarnya ada tiga macam yaitu:

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

5 Harjanti Puspa Arum., “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan

Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan

Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.2

6 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di

Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013,


(23)

memperhitungkan, membayar, dan melaporan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.7

Pada kenyataannya sistem yang telah dianut di Indonesia masih belum bisa dikatakan berjalan dengan baik, meskipun penerimaan pajak terus meningkat tiap tahun tetapi kepatuhan pajak di Indonesia masih dikatakan rendah, karena masih banyak warga Negara Indonesia yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.

Wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif berdasarkan Undang-Undang perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Memiliki NPWP merupakan sebuah kewajiban bagi setiap wajib pajak. Dengan memiliki NPWP, maka segala aktifitas yang dilakukan oleh wajib pajak akan lebih mudah dan tercatat serta terpantau oleh Direktorat Jendral Pajak. Namun dengan memiliki NPWP tidak menjamin wajib pajak melakukan kewajiban sebagai wajib pajak. Karena masih banyak wajib pajak yang memiliki NPWP tidak melaporkan SPT.

Self Assessment System menuntut adanya kesadaran dan peran aktif dari

dalam diri masyarakat dalam memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak. Dengan sistem seperti ini yang telah diterapkan di Indonesia berharap wajib pajak yang telah memiliki NPWP akan menjadi wajib pajak yang patuh dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak. Kewajiban perpajakan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu wajib pajak perlu pemahaman yang baik dan benar tentang peraturan

7 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di

Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.14


(24)

6

perpajakan yang ada dalam Undang-Undang perpajakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan.

Pengetahuan dan pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak. Ada kemungkinan rendahnya kepatuhan wajib pajak dikarenakan kurangnya pemahaman tentang tata cara membayar pajak.

Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai Wajib Pajak. Meskipun begitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP) di DKI Jakarta telah mengalami peningkatan di tahun 2015, pada tahun 2014 kepatuhan Wajib Pajak (WP) membayar PPh di DKI mencapai 70 persen, di tahun 2015 angka tersebut naik menjadi 92 persen, angka yang cukup tinggi. Walaupun tingkat kepatuhan Wajib Pajak di DKI Jakarta mengalami peningkatan tetapi itu belum mencapai target pemerintah, pemerintah merencanakan tingkat kepatuhan mencapai 100 persen di tahun 2016 ini.8

8 http://www.pajak.go.id/content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, (di akses pada 23 Mei 2016 pukul 21.11)


(25)

Tabel 1.1

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar sampai Tahun 2015

Wajib Pajak Badan 2.472.632

Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan 22.332.086

Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan 5.239.385

Jumlah 30.044.103

Dengan data di atas tidak dapat dipungkiri masih ada saja perusahaan atau orang pribadi yang tidak mau membayar pajak karena menganggap membayar pajak merupakan sebuah kerugian. Kecenderungan tersebut merupakan persoalan yang cukup serius bagi Direktorat Jenderal Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak sangat berdampak terhadap penerimaan pajak dan juga berdampak terhadap penerimaan Negara. Jika penerimaan Negara dari sektor pajak berkurang hal ini akan sangat mempengaruhi keuangan Negara. Hal tersebut akan menjadi kendala yang besar bagi pemerntah dalam proses pembangunan Negara.

Kajian seperti ini merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mungkin menjadi pengaruh kepatuhan pajak seperti, tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, penerapan e-Filing, pengawasan Account Representative, biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan.

Dalam penelitian Marvina Ramdhan (2015) tentang pengaruh hukum pajak dan sanksi administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan hasil penelitian bahwa hukum perpajakan dan sanksi pajak memberikan pengaruh besar terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian Masruroh (2013) mengenai pengaruh kemanfaatan NPWP, pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan jumlah responden sebanyak 100 wajib pajak dengan hasil penelitian bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan kemanfaatan NPWP, kualitas


(26)

8

pelayanan dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian dari Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriana yang meneliti tentang pengaruh pengetahuan wajib pajak, tarif pajak, dan penyuluhan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di kantor pelayanan pajak madya Palembang. Hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan wajib pajak, tarif pajak, dan penyuluhan wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 36,6% terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di kantor pelayanan pajak madya Palembang.

Penelitian lain oleh Berly Angkoso (2010) adalah pengaruh refromasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan pada 6 kantor pelayanan pajak pratama di wilayah Jakarta Selatan dengan hasil penelitian reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan kesadaran perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dalam penelitian Sandi (2010) pengaruh pelayanan, konsultasi, dan pengawasan Account Representative terhadap kepatuhan wajib pajak yang menyatakan pelayanan dan pengawasan account representative berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan konsultasi tidak berpengaruh secara signifikan. Secara simultan variabel pelayanan, konsultasi dan

pengawasan account representative berpengaruh secara signifikan terh adap kepatuhan wajib pajak.

Ernawati (2014) juga melakukan penelitian dengan judul pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan dan kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor pelayanan pajak pratama Bulukumba dengan hasil tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.


(27)

Agus Nugroho Jatmiko (2013) meneliti pengaruh sanksi denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan menggunakan metode regresi berganda memiliki hasil bahwa sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganilisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Kajian seperti ini merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mungkin menjadi pengaruh kepatuhan pajak seperti, tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, penerapan e-Filing, pengawasan Account Representative, biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan.

Saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peran wajib pajak sangat penting untuk meningkatkan pendapatan Negara dalam penerimaan pajak. Dengan menambah dua variabel penelitian yaitu penerapan

e-filing dan pengawasan Account Representative. Berdasarkan uraian mengenai

hasil dari penelitian-penelitian terdahulu, memberikan motivasi untuk melakukan penelitian kembali mengenai beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK

ORANG PRIBADI (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Adanya kenaikan tingkat kepatuhan pajak, tetapi belum mencapai target pemerintah.


(28)

10

2. Direktorat Jenderal Pajak belum maksimal dalam menerapkan sistem perpajakan yang terbaru.

3. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak membayarkan pajaknya.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik, maka perlu dilakukan pembatasan masalah, Penelitian ini menguji faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, penerapan E-Filing, pengawasan Account Reprsentative, biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, tingkat pendapatan dan pengaruh struktur pengendalian internal.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang terjadi pada saat ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang masih rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Kalideres?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Kalideres.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai perpajakan khususnya dalam kepatuhan pajak.


(29)

2. Secara Praktis

a. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemberian sanksi perpajakan. b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil dalam penelitian ini dapat dijadikan

literature bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

c. Bagi wajib pajak, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. serta sebagai cerminan bagi wajib pajak untuk menjadi wajib pajak yang patuh terhadap ketentuan perpajakan di Indonesia.


(30)

12

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Dasar-dasar Perpajakan

a.

Pengertian Pajak

Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.9 Pajak dalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.10

Pajak dari persepektif ekonomi dapat dipahami sebagai beralihnya sumber dari kepada sektor publik. Pemahaman ini memberi gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.11 Dapat disimpulkan pengertian pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan yang dimiliki Wajib Pajak ke kas Negara yang sifatnya memaksa.

9 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 4.

10 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011), h.1.

11 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 4.


(31)

b.

Fungsi Pajak

Pajak memiliki peranan penting dalam sebuah negara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Fungsi Penerima (Budgetair)

Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas negara, yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

2) Fungsi Pengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan ditengah masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku ekonomi. Fungsi ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam bidanng ekonomi dan sosial.12

c.

Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi :

1) Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang.

2) Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

12 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 11.


(32)

14

3) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.13

d.

Hukum Perpajakan

Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai penerima pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.14 Jika memperhatikan materinya, Hukum Pajak dibedakan menjadi hukum pajak materiil dan hukum pajak formil, yaitu :

1) Hukum pajak materill, memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu yang timbul dan dihapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah da wajib pajak.

2) Hukum pajak formil, memuat bentuk tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formil ini memuat, antara lain :

a) Tata cara penetapan pajak

b) Hak-hak aparat pajak untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak

c) Kewajiban wajib pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan, pencatatan, dan hak-hak wajib pajak mengajukan keberatan dan banding.15

e.

Sanksi Perpajakan

Menurut Mardiasmo, "Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan Undang-Undang perpajakan dipatuhi atau bisa dengan kata

13 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 14.

14 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 4 15 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 5.


(33)

lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan."16

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam sanksi, yaitu :

1) Sanksi administrasi yang terdiri dari : a) Sanksi administrasi berupa denda. b) Sanksi administrasi berupa bunga. c) Sanksi administrasi berupa kenaikan. 2) Sanksi pidana yang terdiri dari :

a) Pidana kurungan. b) Pidana penjara.17

Terdapat empat hal yang diharapkan atau dituntut dari wajib pajak apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu:

1. Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh.

2. Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam menyampaikan atau memasukan Surat Pemberitahuan tepat waktu sesuai Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. 3. Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat

Pemberitahuan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

4. Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan yang berlaku.18

Pemberian sanksi (law enforcement) tanpa memandang golongan

16 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 57. 17 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 57., 18 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas

(Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas


(34)

16

dan dilaksanakan secara konsekuen merupakan cara yang paling efektif dari keempat hal di atas.19 Wajib pajak akan patuh membayar pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya.20 Namun, pada saat ini tidak sedikit wajib pajak yang menganggap remeh dan menyepelekan sanksi perpajakan.

Wajib pajak berpikir bahwa sanksi perpajakan yang diberlakukan tidak menakutkan. Di masa sekarang ini bahkan wajib pajak tidak segan untuk menyuap aparat pajak agar dapat terbebas dari sanksi. Padahal pengenaan sanksi perpajakan bertujuan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

f.

Pengertian Wajib Pajak

Wajib pajak atau disebut juga subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.21

Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wajib pajak dapat terbagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan.22

g.

Pengertian Objek Pajak

19 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas

(Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas

Diponegoro, 2012, h.23.

20 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan

Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,

Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 20.

21 Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011), h.75.

22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.


(35)

Objek pajak adalah segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan atau keadaan) yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.23

h.

Tarif Pajak

Tarif pajak adalah ketentuan persentase (%) atau jumlah (rupiah) pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sesuai dengan dasar pajak atau objek pajak. Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang dengan kata lain tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persen. Berdasarkan pola persen pajak, tarif pajak dibagi menjadi 4 macam, antara lain:

1) Tarif pajak proporsional atau sebanding

Tarif pajak proporsional adalah presentase penggunaan pajak yang tetap atas berapapun dasar pengenaan pajaknya.

2) Tarif pajak tetap

Tarif pajak tetap adalah jumah nominal pajak yang tetap terhadap berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya, tarif atas bea materai.

3) Tarif pajak degresif

Tarif pajak degresif adalah presentase pajak yang menurun seiring dengan peningkatan dasar pengenaan pajaknya.

4) Tarif pajak progresif

Tarif pajak progresif adalah presentase pajak yang bertambah seirinng dengan peninngkatan dasar pengenaan pajaknya.24

2. Manfaat NPWP

23 Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011), h.78.

24Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2010), h.7.


(36)

18

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum

Dan Tata Cara Perpajakan dalam Pasal 1 menyatakan bahwa, “Nomor Pokok

Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”25

Pasal 2 menyatakan bahwa, “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.”

Sesuai dengan ketentuan UU No. 18 Tahun 2000, sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment System. Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri ke kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.26

Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Direktorat Jenderal Pajak diberikan kewenangan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan kepada wajib pajak. 27 Hal ini menunjukan bahwa wajib pajak harus memilik NPWP, kesadaran kepemilikan NPWP bukan hanya dari wajib pajak yang sukarela mendaftarkan diri tetapi juga dapat dipaksakan oleh pemerintah yang diberikan wewenang untuk mengurus masalah pajak atas dasar peraturan perunsang-undangan. NPWP

25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

26 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000.

27 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.


(37)

bisa diberikan secara jabatan apabila data yang diperoleh atau dimiliki Direktorat Jenderal Pajak menunjukan bahwa wajib pajak tersebut telah memenuhi syarat untuk memiliki NPWP.

Fungsi NPWP adalah sebagai tanda pengenal diri dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh Wajib Pajak jika memiliki NPWP yaitu :

a. Wajib pajak dapat menghitung sendiri pajak yang wajib dibayarkan dan wajib pajak dapat meminta restitusi atau pembayaran kembali jika wajib pajak kelebihan dalam membayar pajak.

b. Tarif pajak PPh pasal 21 lebih tinggi 20% dan tarif PPh pasal 23 lebih tinggi 100% dapat dihindari.

c. Wajib pajak dapat menjalankan transaksi yang mensyaratkan kepemilikan NPWP, misalnya dalam mengajukan kredit, penjualan tanah dan sebagainya.

d. Bebas fiskal luar negeri jika bepergian keluar negeri

e. Jika terjadi kekeliruan atau penetapan sepihak, wajib pajak dapat menggunakan hak untuk mengajukan keberatan, banding, pembatalan ketetapan, pengurangan sanksi, dan sebagainya.

f. Berhak mendapatkan pelayanan dari petugas pajak, baik yang bersifat informatif maupun teknis seperti ketika akan melakukan impor barang, pengajuan syarat ikut lelang pemerintah dan sebagainya.28

Fungsi NPWP yang disebutkan dalam UU KUP antara lain :

a. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan. b. Sebagai identitas wajib pajak.

c. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.

28 Yustinus Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2009), h.18.


(38)

20

d. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.29

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam Pasal 39, setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara maka akan dikenai sanksi. Sanksi tersebut yaitu sanksi pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.30

3. Pemahaman Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan Undang-Undang. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.31

Pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak.

Sesuai dengan sistem yang telah diterapkan di Indonesia yaitu Self

Assessment System yang telah diberi kepercayaan untuk menghitung,

membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan. Sistem tersebut mengharuskan peran aktif dari wajib pajak itu sendiri untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pajak. Kewajiban perpajakan tersebut

29 Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2009), h.18. 30 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

31Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di

Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.


(39)

harus dilaksanakan sesuai aturan undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini wajib pajak harus mempunyai pemahaman yang baik tentang aturan perpajakan yang berlaku untuk memenuhi kewajiban perpajakan.

Kesadaran dan kedisiplinan dari masyarakat sangat diperlukan untuk memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan. Semua ketentuan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh wajib pajak apabila wajib pajak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keempat hal berikut:

a. Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai pengisian SPT.

b. Penghitungan pajak sesuai dengan pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman yang cukup dalam menghitung pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak.

c. Penyetoran pajak (pembayaran) secara tepat waktu sesuai yang ditentukan, sehingga wajib pajak harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyetoran pajak.

d. Pelaporan atas pajaknya ke kantor pajak setempat oleh wajib pajak. Pemenuhan kewajiban perpajakan akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan pemahaman wajib pajak yang baik mengenai peraturan perpajakan.32

Pemahaman tersebut akan memudahkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin wajib pajak paham mengenai

32 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten


(40)

22

peraturan perpajakan, maka wajib pajak akan cenderung menjadi wajib pajak yang patuh. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat dijadikan dugaan sebagai pengaruh dalam kepatuhan wajib pajak.

4. Pengetahuan Dasar Perpajakan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Perilaku yang didasari pengetahuan bersifat lama.33

Pengetahuan Pajak yaitu langkah pendewasaan pemikiran seorang wajib pajak melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui pendidikan formal dan non formal dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak, karena pengetahuan perpajakan merupakan hal yang paling mendasar harus dimiliki wajib pajak.34

Pengetahuan dasar perpajakan adalah pemahaman wajib pajak mengenai hukum Undang-undang, tata cara perpajakan yang benar. Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.35

5. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Suyatmin dalam tesis Jatmiko, kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaranperpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan

33 Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002), h.5.

34 Evi Susilawati dan Ketut Budiarthi, “Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013), h.349.

35 Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang, h.3.


(41)

masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak.36 Indonesia telah menerapkan Self Assessment System, yang mana dalam sistem tersebut wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Dengan telah diterapkannya seperti itu diharapkan adanya kesadaran sendiri dari wajib pajak untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara penuh.

Kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak tidak dapat dijaring.37 Artinya jika kesadaran masyarakat masih rendah, maka tingkat kepatuhan wajib pajak juga masih dikatakan rendah.

Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangat diperlukan dengan tujuan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.38

6. Tingkat Pendidikan

Tujuan pendidikan nasional menurut GBHN adalah pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar serta jumlah dan kualitas kejuruan. Pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas manusia dan menumbutuhkan kesadaran, serta sikap budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah pengetahuan dan keterampilan, serta mengamalkannya sehingga terwujud manusia-manusia masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa

36 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 21.

37 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.

38 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.


(42)

24

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih maju, mandiri, berkualitas dan menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat filsafah Pancasila.39

Tingkat Pendidikan yang semakin tinggi akan meyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat Pendidikan yang rendah akan berpeluang wajib pajak malas melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang telah diterapkan.40 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan menjadikan seseorang tersebut lebih mudah untuk memahami dan mengerti segala hal, dalam hal perpajakan seseorang akan mampu memahami tata cara ketentuan perpajakan dan Undang-Undang yang berlaku. Sedangkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang kemungkinan besar akan mempersulit orang tersebut memahami sesuatu dan memungkinkan wajib pajak tidak melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak karena kurangnya pemahaman terhadap sistem perpajakan yang diterapkan, dan kurangnya pemahaman cara membayar pajak.

7. Kualitas Pelayanan Pajak

Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan.41 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1, “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

39 Ernawati, "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhdapa Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, h.17.

40 Rolalita Lukmana Putri, "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, h.20.

41 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten


(43)

dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.” 42 Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya.43

Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya.44

Dengan demikian, kualitas yang dimaksud di sini adalah kondisi dinamis yang dapat menghasilkan:

a. Produk yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak. b. Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.

c. Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak. d. Lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima menjelaskan bahwa, “Pelayanan yang baik adalah sentra dan indikator utama dalam membangun citra Direktorat Jenderal Pajak, sehingga kualitas pelayanan harus terus menerus ditingkatkan dalam rangka mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan seluruh stakeholder

perpajakan terhadap Direktorat Jenderal Pajak.”45

Strategi Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka mewujudkan tingkat kepercayaan masyarakat dan upaya untuk mencapai tingkat kepuasan yang

42 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1

43 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten

Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25.

44 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten

Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h. 25. 45 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima


(44)

26

tinggi adalah dengan meningkatkan kualitas pelayananpajak kepada wajib pajak. Hal ini diwujudkan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima yang menjadi pedoman bagi aparat pajak dalam melaksanakan pelayanan kepada wajib pajak.

Pelayanan Prima yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak secara tidak langsung akan dapat menamankan citra positif. Konsep pelayanan prima merupakan pelayanan ideal, yang mengadopsi pelayanan terbaik dan universal yang telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Disadari sepenuhnya bahwa proses tersebut tidak memberikan hasil dalam waktu singkat, namun demikian diharapkan kepatuhan sukarela akan terbentuk, dengan sinergi dalam pelayanan dan kehumasan dan ditambah komunikasi internal dan eksternal, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Direktorat Jenderal Pajak.46

Ada lima dimensi yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu: 1. Kehandalan (Reliability)

Kehandalan berkaitan dengan kemampuan aparat pajak untuk memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan pelayanan sesuai dengan waktu yang disepakati.

2. Daya Tanggap (Responsiveness)

Daya tanggap berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan aparat pajak untuk membantu wajib pajak dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan pelayanan akan diberikan dan kemudian memberikan pelayanan secara cepat.

3. Jaminan (Assurance)

Jaminan yaitu perilaku aparat pajak mampu menumbuhkan kepercayaan dan menciptakan rasa aman bagi wajib pajak. Jaminan juga berarti bahwa aparat pajak selalu bersikap sopan dan menguasai

46 http://www.pajak.go.id/blog-entry/kp2kpngabang/pelayanan-prima-salah-satu-kunci- sukses-penerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 25 Februari 2016).


(45)

pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah wajib pajak.

4. Empati (Emphaty)

Empati berarti aparat pajak memahami masalah wajib pajak dan bertindak demi kepentingan wajib pajak, serta memberikan perhatian personal kepada wajib pajak dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti Fisik (Tangibles)

Bukti fisik berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan aparat pajak, serta penampilan aparat pajak.47

Kualitas pelayanan pajak berhubungan erat dengan kepatuhan wajib pajak. Jika pelayanan yang dilakukan aparat pajak baik dan memberikan kesan baik terhadap wajib pajak ada kemungkinan wajib pajak akan rajin dalam melaporkan SPT dan membayar pajak, begitu pun sebaliknya jika pelayanan tidak baik akan ada kemungkinan hal tersebut yang dapat membuat wajib pajak malas untuk melaporkan atau membayar pajak. Dengan demikian kualitas pelayanan pajak diprediksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

9. Administrasi Perpajakan (Tax Compliance)

Administrasi pajak dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, atau lembaga. Sebagai fungsi, administrasi pajak meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. 48 Administrasi pajak sebagai sistem adalah seperangkat unsur yang saling berkaitan yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan suatu tugas tertentu. Sebagai lembaga administrasi pajak merupakan salah satu Direktorat pada Departemen Keuangan.49

10. Reformasi Administrasi Perpajakan

47 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten

Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25. 48 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h.88.


(46)

28

Reformasi administrasi perpajakan bertujuan untuk mencapai administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Pembaharuan perpajakan memerlukan pembenahan administrasi perpajakan secara menyeluruhh, baik menyangkut prosedur maupun tata kerja dan peralatan yang memadai. Administrasi perpajakan harus berfungsi secara efisien dan efektif, segera tanggap atas perkembangan dalam masyarakat.50

11. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Modernisasi perpajakan adalah bagian dari reformasi perpajakan. Ada nuansa tersendiri yang membuatnya menjadi lebih teknis, fokus, dan dinamis sejalan dengan reformasi perpajakan itu sendiri. Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi tiga unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain :

a. Restrukturisasi organisasi

b. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi

c. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia51

Dalam rangka modernisasi administrasi perpajakan, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengupayakan perbaikan administrasi, diantaranya perbaikan mutu aparatur pajak dan perbaikan peralatan.52

Tujuan dari modernisasi perpajakan, antara lain:

a. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi b. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi

c. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi53

Direktorat Jenderal Pajak memberikan usaha yang maksimal agar organisasi perpajakan semakin memenuhi tuntutan kebutuhan sejalan dengan

50 Intan Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2009, h.21

51 Liberti Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.7.

52 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2009, h.23.

53 Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.8.


(47)

pelaksanaan pembaharuan perpajakan.54 Dalam membangun administrasi perpajakan yang baik, akurat dan cepat, tidak satupun data dari informasi perpajakan yang tidak termanfaatkan yang digunakan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.55

Kebijakan pemerintah mengenai perpajakan sering kali berubah, namun perubahan kebijakan perpajakan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik apabila sistem administrasi perpajakan nya juga belum baik.

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek perpajakan yang mencakup modernisasi perpajakan jangka menengah dengan tujuan tercapainya:

a. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi

b. Kepercayaan terhadapa administrasi perpajakan yang tinggi c. Produktivitas aparat perpajakan yang tinggi56

Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak adalah dengan adanya sistem administrasi perpajakan yang lebih modern. Direktorat Jenderal Pajak memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, dan akan terus mengembangkannya sejalan dengan teknologi yang terus maju.

Penerapan teknologi komunikasi dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak menggunakan sistem komputerisasi yang dapat memproses informasi dengan efisien dan efektif sehingga dapat mendukung modernisasi adminsitrasi perpajakan.57

54 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.23.

55 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.23.

56 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22.

57 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22.


(48)

30

12. Penerapan e-Filing

E-Filing adalah penyampaian SPT Tahunan melalui internet, setelah

sebelumnya Wajib Pajak mendapatkan nomor e-FIN. Nomor e-FIN sendiri dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan ke Kantor Pelayananan Pajak terdekat atau langsung melalui website. Manfaat e-Filing bagi Wajib Pajak yang telah memiliki e-FIN tidak perlu lagi bersusah payah antri berjam-jam di Kantor Pelayanan Pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan-nya. Bisa dilakukan secara online melalui website resmi www.pajak.go.id.58

Alasan dibalik diadakannya e-Filing ini karena dilihat masih rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dibandingkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Namun, pemerintah optimis rendahnya cost of compliance e-Filing

ini ditargetkan akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Karena jika dilihat dari segi waktu jauh lebih efisien jika menggunakan e-Filing, Wajib Pajak pun dapat melaporkan SPT kapan saja dan di mana saja, tidak harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak seperti yang selama ini dilakukan. Lalu, tidak perlu datang jauh-jauh ke Kantor Pelayanan Pajak dan tidak memerlukan ongkos untuk melaporkan SPT, baik ongkos yang dikeluarkan untuk mencetak SPT Tahunan ataupun untuk transportasi yang harus dikeluarkan ketika melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat.

13. Pengawasan Account Representative

Account Representative (AR) pajak adalah aparat pajak yang berada di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan sistem administrasi modern dan bertugas untuk memberikan pelayanan, pengawasan dan pengarahan secara langsung kepada sejumlah wajib pajak tertentu yang telah ditugaskan kepada Account Representative (AR) tersebut.59 Setiap Account

Representative (AR) pajak melayani beberapa wajib pajak yang harus diawasi

58 Dewi Damiyanti, "Biaya Kepatuhan E-Filing Rendah, Benarkah?",

http://www.pajak.go.id/content/article/biaya-kepatuhan-e-filing-rendah-benarkah, (di akses pada tanggal 12 Juli 2016 pukul 20.15).

59 Delia Davina, "Kinerja Account Representative",

http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-representative-dengan-pe nerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10).


(49)

dan diarahkan. Penugasan Account Representative (AR) pajak dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja serta profesionalisme karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015 Account Representative terdiri dari:

a. Account Representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan

konsultasi Wajib Pajak

b. Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan

penggalian potensi Wajib Pajak.

Account Representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan

konsultasi Wajib Pajak mempunyai tugas:

a. Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak.

b. Melakukan proses penyelesaian usulan pembetulan ketetapan pajak. c. Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada

Wajib Pajak.

d. Melakukan proses penyelesaian usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan

penggalian potensi Wajib Pajak mempunyai tugas:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

b. Menyusun profil Wajib Pajak. c. Analisis kinerja Wajib Pajak.

d. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

Salah satu ciri khas Kantor Pelayanan Pajak modern adalah adanya Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak dan melayani penyelesaian hak wajib pajak. Juga untuk konsultasi, jika wajib pajak memerlukan informasi atau hal lainnya terkait pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Sehingga


(50)

32

Account Representative berfungsi sebagai jembatan atau mediator antara

wajib pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak.60

14. Biaya Kepatuhan (Compliance cost)

Sasaran perencanaan pajak bukan hanya meminimalisasi beban pajak, tetapi juga menekan biaya perpajakan secara umum. Karena itu, kita perlu memahami arti dari biaya perpajakan.61 Besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam berbagai literatur disebut compliance cost.62

Compliance Cost yang akan timbul dalam memenuhi kewajiban

perpajakan antara lain :

a. Direct Money Cost, yaitu seluruh biaya yang dapat diukur dengan

nilai uang yang dikorbankan wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban pepajakan. Misalnya, gaji pegawai bagian pajak, honor konsultan jika menggunakan jasa konsultan, biaya transportasi ke kantor pajak, biaya pengadaan dokumen perpajakan.

b. Time Cost, yaitu biaya berupa waktu yang dikorbankan untuk

menuntaskan hak dan kewajiban perpajakan. Misalanya, waktu mengisi formulir perpajakan, waktu menyiapkan surat pemberitahuan, waktu untuk memenuhi panggilan kantor pajak.63

c. Psychological Cost, yaitu rasa stres dan berbagai rasa takut dan

cemas karena melakukan tax evasion.64

15. Sosialisasi Pajak

Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan informasi, pengertian, dan pembinaan kepada masyarakat khususnya wajib pajak mengenai perpajakan dan

60 Pandiangan, "Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru", (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 27.

61 Gatot SM Faisal, "How To Be Smarter Taxpayer", (Jakarta : Grasindo, 2009), h. 286. 62 Anissa Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2015, h. 19.

63 Faisal, "How To Be Smarter Taxpayer", (Jakarta : Grasindo, 2009), h. 286.

64Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas WIdyatama, 2015, h.21.


(51)

Undang-Undang Perpajakan.65 Penyuluhan merupakan salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak. Terkadang dilakukan langsung ke daerah, daerah yang potensi pajaknya besar dan membutuhkan banyak informasi mengenai perpajakan.66

16. Tingkat Pendapatan

Menurut pengertian akuntansi keuangan, pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva dari penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode tertentu.67

Soemitro dalam Ernawati menyatakan bahwa masyarakat tidak akan menemukan kesulitan dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih di bawah penghasilan yang sebenarnya merekaperoleh secara rutin. Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya, tingkat pendapatan seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.68

Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya), pendapatan adalah penghasilan seseorang yang didapatkan dengan cara melakukan pekerjaan, dan pendapatan tersebut berupa uang.

17. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan

65Arya Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 26.

66 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 27

67 M Fuad dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 168. 68 Ernawati, "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhdapa Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, h. 18-19.


(52)

34

aturan yang ditetapkan.69 Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undang-Undang Perpajakan. Jadi, kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan atau Undang-Undang Perpajakan. "Kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi".70

Kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.71

Dalam masalah pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan yang ada dalam Undang-Undang perpajakan. Jadi pengertian kepatuhan pajak adalah suatu hal yang berhubungan dengan ketaatan, ketaatan dalam melakukan sesuatu dengan ketentuaan-ketentuan atau aturan-aturan pajak yang berlaku dan wajib dilaksanakan. Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.72

69 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan

Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,

Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.16.

70 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h.27.

71 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas

(Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas

Diponegoro, 2012, h.6.

72 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas

(Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas


(53)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang dijalaskan dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1

Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Penelitian Temuan

Persamaan dengan Penelitian Terdahulu Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Jatmiko (2013)73 Pengaruh Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

1.Sanksi Denda (X1) 2.Pelayanan Fiskus (X2) 3.Kesadaran Perpajakan Metode Regresi Berganda

Sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi

denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus

dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Variabel independen yang digunakan sama Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.

73 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi


(54)

36 Masruroh (2013)74 Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 1.Kemanfaatan NPWP 2.Pemahaman Wajib Pajak 3.Kualitas Pelayanan 4.Sanksi Perpajakan Metode Regresi Logistik Pemahaman wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Variabel independen yang digunakan sama Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Arum (2012)75 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan 1. Kesadaran Wajib Pajak 2. Pelayanan Fiskus 3. Sanksi Pajak

Metode Regresi Ganda

Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi

pajak memiliki pengaruh yang positif dan Variabel independen yang digunakan sama Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam

penelitian ini

74 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013

75 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan


(55)

Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. menggunakan analisis faktor. Cindy dan Yenni (2013)76 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya 1.Kesadaran Wajib Pajak 2.Kualitas Pelayanan Fiskus 3.Sanksi Perpajakan 4.Lingkungan Wajib Pajak Metode Regresi Linear Berganda Kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Ketiga Variabel independen yang digunakan sama, yaitu variabel kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.

76 Cindy dan Yenni, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan


(56)

38 Sri Rahayu dan Ita Salsalina Lingga (2009)77 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. 1. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Analisis Regresi dan t-test Modernisasi sistem administrasi perpajakan modern tidak memiliki pengaruh yang dignifikan terhadapa kepatuhan wajib pajak. Variabel independen yang digunakan sama, Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Sandi (2010)78 Pengaruh Pelayanan, Konsultasi,da n Pengawasan Account Representativ eterhadap Kepatuhan Wajib Pajak

1. Pelayanan 2. Konsultasi 3. Pengawasan Account Representative Metode Regresi Linear Berganda Variabel pelayanan dan

pengawasan berpengaruh secara signifikan

terhadap kepatuhan wajib

pajak, sedangkan variabel konsultasi tidakberpengaruh Variabel independen yang digunakan sama Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.

77 Sri dan Ita, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi, Universitas Kristen Maranatha, Vol. 1 No. 2, 2009.

78 Nofri Boy Sandi, “Analisis Pengaruh Pelayanan, Konsultasi, dan Pengawasan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, 2010.


(57)

secara signifikan. Secara simultan variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan account representative berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriani (2014)79 Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak 1. Pengetahuan Wajib Pajak 2. Tarif Pajak 3. Penyuluhan Pajak Metode Regresi Linear Berganda Pengetahuan Wajib Pajak, tarif pajak,

dan penyuluhan pajak memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 36,6% terhadap tingkat kepatuhan Wajib

Pajak. Secara Variabel independen yang digunakan sama Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. 79

Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang.


(58)

40 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang parsial, pengetahuan Wajib Pajak dan tarif pajak

berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan, sedangkan penyuluhan pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan. Stefani Galuh Widorini dan Joko Purwanto Nugroho (2014)80 Pengaruh Pengetahuan, Persepsi tentang Tarif Pajak dan Penegakkan Hukum Perpajakan 1. Pengetahuan 2. Persepsi Tarif

Pajak 3. Penegakkan Hukum Perpajakan Metode Regresi Linear Berganda Pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, persepsi Variabel independen yang digunakan sama Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data

yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini

80 Stefani dan Joko, “Pengaruh Pengetahuan, Persepsi tentang Tarif Pajak dan Penegakkan Hukum Perpajakan, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Yogyakarta”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Universitas Janabadra, Vol. 5 No. 1, 2014.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

8 28 114

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

0 2 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta

0 4 7

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Tentang Kepatuhan Membayar Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta).

0 1 8

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Suraka.

0 0 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Suraka.

0 1 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PELAKU UKM Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UKM (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Bo

0 1 14

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UKM (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali)).

0 2 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PELAKU UKM Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UKM (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Bo

0 3 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA BLITAR) SKRIPSI

0 0 200