Kapasitas Tukar Kation KTK

Gambar 9 Persentase kandungan C-Organik Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk C-Organik diperoleh hasil F- hitung sebesar 37,52 dengan nilai peluang nyata 0,008. Sehingga dapat disimpulkan dalam taraf nyata 5 kegiatan penambangan granit berpengaruh terhadap perubahan kandungan C-Organik atau minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap C-Organik. Kemudian untuk mengetahui lokasi dengan nilai C-Organik yang berbeda nyata, dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey, dan diketahui bahwa nilai C-Organik pada hutan alam berbeda nyata dengan nilai C-Organik pada tanah galian dan tanah tererosi. Sedangkan nilai C-Organik pada tanah galian dan tanah tererosi tidak berbeda nyata. Tabel 12 Hasil analisis ragam C-Organik Source DF SS MS F P Lokasi 2 155,98 77,989 37,52 0,008 Error 3 6,235 2,078 Total 5 162,21

5.2.3 Kapasitas Tukar Kation KTK

Kapasitas tukar kation KTK didefinisikan sebagai jumlah total kation yang dapat ditukar, yang dinyatakan dalam milliekuivalen per 100 gram tanah kering oven me100g. Pada sebagian besar tanah bahan organik merupakan komponen dengan kapasitas tukar kation paling besar, sehingga dapat dikatakan bahwa kapasitas tukar kation dipengaruhi oleh jumlah dan bahan organik serta liat Foth 1988. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai KTK yang tinggi pada hutan alam yaitu 20,91 me100g. Nilai KTK yang tinggi pada hutan alam disebabkan karena pada hutan alam masih banyak terdapat bahan organik seperti yang terlihat pada pembahasan sebelumnya. Sebaliknya pada tanah galian dan tanah tererosi kandungan bahan organiknya rendah sehingga nilai KTK pada lokasi tersebut pun rendah. Berdasarkan pada Tabel 3 nilai KTK pada hutan alam termasuk ke dalam kategori sedang yaitu berkisar 17-25 me100g, sedangkan tanah galian dan tanah tererosi termasuk ke dalam kriteria sangat rendah dengan nilai KTK kurang dari 5 me100g. Perbandingan nilai KTK pada ketiga lokasi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Perbandingan nilai KTK tanah Nilai KTK tanah pada tanah galian mengalami penurunan sebesar 18,14 me100g dan sebesar 17,32 me100g pada tanah tererosi. Penurunan KTK juga terjadi pada pembukaan lahan hutan di TWA Sibolangit yaitu sebesar 15,92 me100g Rahmawati 2007. Selain itu, penurunan sebesar 9,83 me100g terjadi paha lahan hutan alam yang dijadikan pertambangan pasir Maryani 2007. Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh nilai F-hitung sebesar 77,96 dengan nilai peluang nyata 0,003 maka dapat dikatakan bahwa penambangan granit berpengaruh terhadap perubahan nilai KTK tanah minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap KTK. Kemudian berdasarkan uji lanjut Tukey dengan taraf nyata 5 dapat diketahui bahwa nilai KTK pada hutan alam berbeda nyata dengan nilai KTK pada tanah galian dan tanah tererosi. Sedangkan tanah galian dan tanah tererosi memiliki nilai KTK yang tidak berbeda nyata. Tabel 13 Hasil analisis ragam KTK Source DF SS MS F P Lokasi 2 419,57 209,79 77,96 0,003 Error 3 8,07 2,69 Total 5 427,65

5.2.4 N-Total