50
6.3 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia di Kecamatan
Malangbong
Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Malangbong menurut perhitungan metode Nell and Rollinson 1974 berdasarkan
pendekatan potensi lahan sebagai sumber dan penyedia hijauan pakan untuk ternak ruminansia yang terdiri dari sapi, kerbau, domba dan kambing. Satuan
ternak digunakan sebagai parameter populasi ternak yang diperoleh dengan cara mengkonversi populasi ternak dengan koefisien satuan ternak. Perhitungan
potensi lahan sebagai sumber penyedia hijauan makanan ternak ruminansia dilakukan dengan mengkonversi luas lahan kedalam satuan Bobot Kering BK.
Tabel 27 Populasi riil ternak ruminansia di Kecamatan Malangbong Jenis Ternak
Kelompok Satuan
Ternak Populasi Riil
Ternak ST Sapi
Dewasa 1
3167.6 Muda
0.5 2417.4
Anak 0.25
333.4 Kerbau
ekor 0.8
182.4 Domba
ekor 0.14
2339.3 Kambing
ekor 0.14
273.1 Total Satuan Ternak
8713.2
Sumber: Data primer diolah, 2013
Populasi riil ternak ruminansia yang ada di Kecamatan Malangbong mencapai 8 713.2 ST. Populasi riil yang diperoleh digunakan untuk menghitung
nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia KPPTR efektif yang ada di Kecamatan Malangbong. Untuk mengetahui nilai KPPTR efektif, perlu
diketahui juga kapasitas tampung maksimum produksi hijauan dalam mencukupi kebutuhan berat kering ternak per ekor dalam satu hari KPPTR maksimum.
Produksi pakan diperoleh dari sumber hijauan yang tersedia di Kecamatan Malangbong, terdiri dari persawahan, galengan sawah, tegalan, kebun campuran,
perkebunan, semak dan hutan Tabel 28 dan sisa hasil pertanian terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar Tabel 29. Berdasarkan
perhitungan, KPPTR maksimum diproleh sebesar 5 562.17 ST.
51 Tabel 28 Konversi hijauan pakan rumput di Kecamatan Malangbong
No Sumber Hijauan
Luas Sumber Hijauan
Produksi Hijauan ton BKHatahun
1 Sawah Bera Ha
2 157 3 235.50
2 Galengan Sawah Ha
2 157 970.65
3 TegalanKering
semusim Ha
2 717 407.55
4 Kebun
campuran Ha
1 591 1 193.25
5 Perkebunan Ha
0.00
6 Padang, semak Ha
36 540.00
7 Hutan Ha
1 289 966.75
Jumlah 9 947
7 313.70
Sumber: Data primer diolah, 2013
Tabel 29 Konversi pakan jerami di Kecamatan Malangbong No.
Sumber Hijauan Luas Panen Ha
Produksi Hijauan tonHatahun
1 Padi
6 004.00 1 380.92
2 Jagung
2 128.00 1 702.40
3 Kedelai
29.00 31.03
4 Kacang Tanah
1 234.00 1 776.96
5 Ubi Kayu
1 425.00 370.50
6 Ubi Jalar
162.00 194.40
Jumlah 10 982.00
5 456.21
Sumber: Data primer diolah, 2013
Dalam perhitungan, KPPTR efektif diperoleh sebesar -3 150.99 ST. Nilai KPPTR di Kecamatan Malangbong memiliki nilai negatif Tabel 30. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi over population akibat produksi hijauan makanan ternak Kecamatan Malangbong sulit memenuhi kebutuhan ternak yang
ada. Tidak mampunya Kecamatan Malangbong dalam memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternak dapat disebabkan terlalu banyaknya perusahan peternakan
memelihara sapi sehingga kapasitas daya dukung lingkungan semakin sempit. Produktivitas hijauan di Kecamatan Malangbong juga tidak menentu. Sumber
hijauan akan sangat menurun ketika musim kemarau tiba. Selain itu, bentuk topografi Kecamatan Malangbong yang berbentuk lereng berdampak sebagian
besar permukaannya curam dan terjal. Hal tersebut mengakibatkan beberapa ada beberapa lahan yang tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk
menghasilkan hijauan.
52 Tabel 30 Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR
Kecamatan Malangbong Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR
Produksi Hijauan ton BKhath 12 769.91
KPPTR Maksimum ST 5 562.17
Populasi Satuan Ternak ST 8 713.16
KPPTR Efektif ST -3 150.99
Sumber: Data primer diolah, 2013
Untuk mengatasi kekurangan dalam memenuhi hijauan makanan ternak HMT sebanyak 3 150.99 ST para peternak di Kecamatan Malangbong
memanfaatkan hijauan pakan dari kecamatan lain yang masih memiliki sumber hijauan yang cukup dan memiliki intensitas tumbuh yang baik. Selain itu,
beberapa peternak juga memanfaatkan sisa-sisa bahan makanan seperti ampas tahu atau dedak sebagai bahan pakan ternak. Dari kekurangan pakan hijauan
tersebut, maka dapat dilihat wilayah lain di Kabupaten Garut yang masih berpotensi sebagai wilayah pengembangan peternakan rakyat sapi potong.
6.4 Kelompok Wilayah Pengembangan Ternak Sapi Potong Kabupaten Garut
Wilayah pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Garut jika dilihat dari analisis deskripif tentang potensi sumberdaya, hasil perhitungan LQ dan
perhitungan KPPTR dapat diketahui bahwa selain Kecamatan Malangbong, terdapat Kecamatan lain di Kabupaten Garut yang masih memungkinkan untuk
dilakukan pengembangan ternak sapi potong. Walaupun kondisi setiap Kecamatan sangat beragam namun, beberapa Kecamatan mempunyai sumberdaya sangat
potensial yang didukung fasilitas dan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan ternak sapi potong.
Kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan yang dapat dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat KPPTR E dan LQ. Kelompok I dengan kriteria
nilai KPPTR E positif dan nilai LQ 1 ; Kelompok II dengan kriteria nilai KPPTR E positif dan nilai LQ 1 ; Kelompok III dengan nilai KPPTR E
negatif dan nilai LQ 1 ; Kelompok IV dengan kriteria nilai KPPTR E negatif dan nilai LQ 1. Pengelompokan Wilayah Kabupaten Garut dapat dilihat pada
Tabel 31
.
53 Tabel 31 Pengelompokan Wilayah Berdasarkan Nilai KPPTR dan LQ
No Kelompok
Kriteria Kecamatan
1 I
KPPTR E Positif Bungbulang
LQ 1 Cikelet
Caringin Cibalong
Pameungpeuk Sukawening
2 II
KPPTR E Positif Cisompet
LQ 1 Pamulihan
Pakenjeng Talegong
Banjarwangi Banyuresmi
Cisewu Peundeuy
Cihurip Cibiuk
Tarogong Kidul Leles
Samarang Leuwigoong
Karangtengah 3
III KPPTR E Negatif
Selaawi LQ 1
Mekarmukti Kersamanah
Wanaraja Malangbong
4 IV
KPPTR E Negatif Bl. Limbangan
LQ 1 Karangpawitan
Kadungora Cibatu
Pangatikan Tarogong Kaler
Pasirwangi Sukaresmi
Sucinaraja Singajaya
Garut Kota Cilawu
Bayongbong Cikajang
Cisurupan Cigedug
Sumber: Data sekunder diolah 2013
54 Kelompok I merupakan wilayah yang memiliki kriteria KPPTR E positif
dan LQ1. Kecamatan yang termasuk kelompok ini adalah Kecamatan Bungbulang, Cikelet, Caringin, Cibalong, Pemeungpeuk dan Sukawening. Hal
tersebut dapat terjadi karena pada Kecamatan Bungbulang, Cikelet, Caringin, Cibalong dan Pemeungpeuk terletak di dataran rendah wilayah selatan Kabupaten
Garut dan cukup jauh dari pusat Kota, sehingga untuk kegiatan-kegiatan peternakan masih berpotensi untuk dikembangkan. Kecamatan Sukawening
terletak lebih dekat ke pusat Kota, selain cukup tersedia untuk kapasitas tampung ternak, kecamatan Sukawening juga lebih dekat lembaga pelayanan seperti plaza
ternak, balai bibit dan IB, sehingga masyarakat sekitar lebih mudah untuk mendapatakan ternak sapi untuk digemukan. Pada keenam Kecamatan ini dapat
menjadi konsentrasi pemerintah daerah Kabupaten Garut sebagai wilayah yang masih berpotensi untuk dilakukan pengembangan peternakan sapi potong.
Kelompok II merupakan wilayah yang memiliki kriteria KPPTR E positif dan LQ1. Kecamatan yang termasuk kelompok ini yaitu: Kecamatan Cisompet,
Pamulihan, Pekenjeng, Talegong, Banjarwangi, Banyuresmi, Cisewu, Peundeuy, Cihurip, Cibiuk, Tarogong Kidul, Leles, Samarang, Leuwigoong dan
Karangtengah. Kecamatan-kecamatan tersebut masih memiliki kemampuan tersedianya lahan sebagai kapasitas tampung ternak ruminansia. Apabila di
wilayah tersebut ingin melakukan penambahan ternak sapi potong ini masih dimungkinkan. Wilayah ini dapat menjadi wilayah basis apabila setiap kepala
keluarga menambah jumlah kepemilikan ternak ataupun ada kepala keluarga baru yang ingin beternak sebagai pekerjaan sampingan.
Kelompok III merupakan wilayah yang memiliki kriteria KPPTR E negatif dan LQ1. Kecamatan yang termasuk kelompok ini adalah Kecamatan Selaawi,
Mekarmukti, Kersamanah, Wanaraja dan Malangbong. Pada Kecamatan memiliki daya tampung lahan yang negatif artinya tidak dimungkinkan dilakukan
penambahan ternak di kecamatan-kecamatan tersebut. Namun kecamatan- kecamatan tersebut memiliki ternak sapi potong yang termasuk wilayah basis,
untuk mendapatkan hijauan bagi ternaknya para peternak harus mencari rumput ke kecamatan atau wilayah terdekat.
55 Kelompok IV merupakan wilayah yang memiliki kriteria KPPTR E
negatif dan LQ1. Kecamatan yang termasuk kelompok ini adalah Kecamatan Bl Limbangan, Karangpawitan, Kadungora, Cibatu, Pangatikan, Tarogong Kaler,
Pasirwangi, Sukaresmi, Sucinaraja, Singajaya, Garut Kota, Cilawu, Bayongbong, Cikajang, Cisurupan dan Cigedug. Keenam belas kecamatan ini berdasarkan daya
tampung lahan sudah tidak memungkinkan lagi dilakukan penambahan ternak. Kecamatan-kecamatan tersebut berada pada sekitaran pusat Kota yang
kegiatannya lebih mengarah pada kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa sebab wilayah ini bukan merupakan wilayah basis.