Latar Belakang Analisis Potensi Pengembangan Peternakan Rakyat Sapi Potong di Kabupaten Garut (Studi Kasus: Peternakan Kecamatan Malangbong)

6

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data Sensus Sapi 2011 atau Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau Tahun 2011, terdapat 6.4 juta peternak rakyat dengan populasi sapi nasional sebanyak 15.99 juta ekor. Sesuai data tersebut, stok sapi dirasa masih kurang untuk mencukupi kebutuhan daging karena di pasar domestik harga daging masih tinggi dengan alasan kelangkaan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan wilayah mana yang menjadi basis dari ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di suatu wilayah domestik dalam penelitian ini yaitu di Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut. Penyediaan sapi potong untuk memenuhi permintaan daging sapi salah satunya dapat dipenuhi dari pengembangan usaha peternakan sapi potong domestik. Hal tersebut dinilai dapat menjadi solusi dari permasalahan produksi domestik yang belum mampu memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat yang masih mengandalkan importisasi sapi. Pengembangan peternakan yang berkelanjutan memerlukan pengetahuan besarnya keuntungan dan potensi yang terdapat di wilayah pengembangan serta ketersediaan hijauan makanan ternak yang sangat vital diperlukan dalam usaha ternak. Pemenuhan akan kebutuhan daging sapi perlu pengembangan ternak sapi potong di daerah-daerah agar ketersediaan daging dapat tercukupi. Perlu pemahaman apakah daerah tersebut pantas dilakukan pengembangan atau tidak, maka dibutuhkan informasi dengan menganalisis aktivitas ekonomi peternak dan wilayah mana yang berpotensi. Beberapa permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1 Apakah Kecamatan Malangbong merupakan wilayah basis pengembangan sapi potong di Kabupaten Garut? 2 Berapa besar tingkat biaya dan pendapatan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Malangbong? 3 Berapa nilai kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Malangbong? 7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian dilakukan untuk mengkaji wilayah peternakan sapi potong di Kabupaten Garut, diantaranya : 1 Mengidentifikasi Kecamatan Malangbong terhadap wilayah basis pengembangan sapi potong di Kabupaten Garut 2 Menghitung tingkat biaya dan pendapatan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Garut. 3 Mengidentifikasi nilai kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Malangbong

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitaian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1 Para peneliti ternak sapi potong dalam pengembangan ternak sapi potong, 2 Pihak yang membutuhkan informasi tentang pengembangan ternak sapi potong di Kecamatan Malangbong. 3 Pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan dan keputusan dalam pengembangan ternak sapi potong. 4 Peternak atau investor yang ingin mengembangkan usaha peternakan sapi potong.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada sebagian wilayah di Kabupaten Garut yang dianggap mewakili daerah penelitian. Konsentrasi penelitian ditujukan di Kecamatan Malangbong karena di daerah tersebut memiliki populasi sapi potong terbesar. Selain itu, di Kecamatan Malangbong akan dilihat pendapatan peternak sapi potong serta data-data hijauan yang ada. Data-data hijauan diambil melalui dinas-dinas terkait. 8 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi usaha peternakan

Menurut PP no. 161977 tentang usaha peternakan, di Indonesia terdapat dua macam usaha peternakan, yaitu perusahaan dan peternakan rakyat. Dalam penelitian ini akan lebih membahas peternakan rakyat. Peternakan rakyat adalah usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang jumlah dan maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Dalam sensus pertanian 1993, digunakan batasan jumlah ternak pada peternakan rakyat untuk komoditas sapi dan kerbau sekurang-kurangnya 2 ekor. Peternakan rakyat dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu dari sifatnya berupa usaha sambilan yang bertujuan menambah pendapatan rumah tangga dengan skala kecil berkedudukan individual kemudian di kelola secara tradisional. Peternakan sebagai usaha sambilan di mana peternakan masih merupakan pendukung dari pekerjaan tetap masyarakat dan hanya untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Biasanya pendapatan dari ternak tidak dominan, misalnya kurang dari 30 persen total pendapatan dari pekerjaannya Soekardono 2009.

2.1.1 Sumberdaya Peternakan

Jenis-jenis dan jumlah ternak yang dapat dikembangkan tergantung pada potensi alam yang ada di suatu daerah. Potensi alam tersebut ditentukan oleh tersedianya tanah pertanian dan peternakan, kesuburan tanah, topografi, iklim, tersedianya air sepanjang tahun. Apabila suatu daerah menghasilkan makanan bagi ternak maka biasanya akan terdapat peternakan yang baik Irfan 1992 dalam Elburdah 2008. Dalam usahatani terdapat beberapa unsur yaitu lahan, tenaga kerja dan modal. Lahan merupakan basis untuk usaha peternakan atau merupakan faktor produksi sumber makanan ternak pokok berupa rumput, limbah ataupun produk utama pertanian Suparini 2000 dalam Elburdah 2008. 9

2.1.2 Sapi Potong

Ada 3 bangsa sapi potong utama di Indonesia, yaitu sapi Ongole, sapi Bali, dan sapi Madura serta hasil-hasil persilangannya baik yang sudah diakui sebagai suatu bangsa atau galur, maupun yang belum. Sapi potong yang paling tinggi populasinya diantara ketiga bangsa tersebut adalah Ongole, khususnya Peranakan Ongole PO, yang merupakan hasil grading up dari sapi Jawa Pane 2003. Sapi PO dan Ongole yang mempunyai tanda-tanda punuk besar dengan lipatan-lipatan kulit yang terdapat dibawah leher dan perut, telinga panjang menggantung, tanduk pendek, namun yang betina lebih panjang dari yang jantan, warna bulu putih atau putih kehitaman dengan warna kulit kuning. Penyebaran sapi PO hampir masuk ke seluruh Jawa, dan berbagai wilayah di Sumatera dan Sulawesi Talib dan Siregar 1998. Menurut Sugeng 2000 bahwa sapi Ongole yang ada pada saat ini populasinya terbanyak diantara bangsa-bangsa sapi Indonesia. Sapi Ongole pertama kali didatangkan dari India ke Pulau Sumba oleh pemerintah Belanda pada tahun 1897. Sapi potong merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Sapi potong adalah hewan sapi ternak yang dipelihara atau dikembangkan bertujuan untuk memproduksi daging. Sapi tipe pedaging bercirikan laju pertumbuhannya cepat hingga mencapai dewasa dan efisiensi pakannya tinggi Santosa 2004.

2.1.3 Sistem Pemeliharaan Sapi Potong

Menurut Rahardi 2003 secara umum tipologi usaha peternakan yang dapat dipilih jika ingin terjun dalam usaha tersebut antara lain: 1 sebagai usaha sambilan dimana dikelola secara sambilan, tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha sambilan ini dibawah 30 persen dari total pendapatan keluarga; 2 Usaha peternakan sebagai cabang usaha, tingkat pendapatan yang biasa diperoleh dari usaha ternak sebagai cabang usaha sekitar 30 –70 persen; 3 Usaha peternakan sebagai usaha pokok, tingkat pendapatan yang biasa diperoleh dari usaha ternak sebagai usaha pokok berkisar 70 –100 persen; dan 4 Usaha peternakan sebagai usaha industri, usaha peternakan dikelola secara industri, tingkat pendapatan yang 10 diperoleh dari usaha ini mencapai 100 persen. Pemeliharaan ternak sapi oleh peternak dapat dikategorikan dalam tiga cara, yaitu: 1. Pemeliharaan intensif, dalam cara ini ternak dipelihara dalam kandang dan biasanya disebut kereman; 2. Pemeliharaan semi intensif, dalam cara ini ternak dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari; dan 3. Pemeliharaan ekstensif, dalam cara ini sapi dipelihara dengan dilepas pada lahan atau padang rumput yang luas. 2.1.4 Budidaya Ternak Sapi Potong 2.1.4.1 Perkandangan Kandang berfungsi sebagai tempat berteduh atau berlindung dari hujan serta sebagai tempat istirahat yang nyaman. Kandang untuk sapi potong biasa dibuat dari bahan –bahan sederhana dan murah, tetapi harus dibuat dengan konstruksi yang cukup kuat Murtidjo 1990. Secara umum, terdapat dua tipe kandang yaitu: kandang individual dan kandang koloni. Tujuan kandang individu adalah memacu pertumbuhan sapi potong lebih pesat karena ruang gerak sapi terbatas. Ukuran kandang individu 2.5x1.5m. Kandang koloni dipergunakan bagi sapi bakalan dalam 1 periode penggemukan yang ditempatkan dalam satu kandang dengan luas minimum 6 m 2 . Kandang memiliki banyak fungsi yang mendukung suksesnya usaha sapi potong yaitu : 1 melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, 2 tempat sapi beristirahat yang nyaman sekaligus aman dari gangguan hewan pengganggu atau predator, 3 sarana yang memudahkan penanganan ternak, terutama dalam pemberian pakan, minum, perawatan kesehatan, 4 penampung kotoran dan sisa-sisa pakan, 5 mengontrol ternak agar tidak merusak berbagai fasilitas yang tersebar di seluruh area peternakan Soeprapto dan Abidin 2006. Pemilihan lokasi kandang yang sesuai diantaranya dengan mempertimbangkan letak yang strategis, kondisi tanah dan kesesuaian iklim untuk ternak sapi. Peternakan sapi akan ideal jika dibangun tidak jauh dari areal persawahan, perladangan, perkebunan dan di lokasi tersebut kegiatan pertanian dan peternakan dapat saling menunjang. Ternak memanfaatkan sisa hasil 11 pertanian, sedangkan pertanian akan memanfaatkan limbah kandang seperti kotoran dan air urin ternak sebagai pupuk. Lokasi kandang sebaiknya cukup jauh dari tempat pemukiman agar bau dan limbah peternakan tidak mengganggu penghuni pemukiman. Jarak kandang dari tempat pemukiman minimum 50 m atau dengan membangun tembok atau pagar tanaman setinggi 3 m untuk meredam angin. Lokasi peternakan juga harus memiliki sumber air bersih yang akan digunakan sebagai sumber air minum, pembuatan pakan, membantu proses pengampasan dan membersihkan areal kandang Sarwono 2001.

2.1.4.2 Pakan

Secara tradisional, sapi potong hanya membutuhkan hijauan makanan ternak sebagai pakan. Berbeda dengan tradisional, usaha penggemukan yang orientasi terhadap keuntungan harus memperhatikan penggunaan pakan konsentrat. Hal ini agar dapat dicapai keuntungan yang diperoleh dalam waktu yang relatif singkat Abidin 2000. Sugeng 2006 menyatakan bahan pakan ternak sapi pada pokoknya bisa digolongkan menjadi 3, yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. Idealnya makanan harus tersedia untuk sapi secara tidak terbatas. Bahan pakan hijauan secara umum diberikan sebanyak 10 persen dari berat badan dan pakan penguat cukup 1 persen dari berat badan. Menurut Smith 1988 dalam Hermansyah 2006 bahwa idealnya, makanan harus tersedia untuk sapi secara tidak terbatas. Sebagai ancar –ancar kasar, seekor hewan dengan berat kira –kira 500 kg makan 20–24 kg rumput gajah segar tiap hari, atau jika hijauan kering diperlukan 4 –5 kg tiap hari. Banyaknya makanan tiap ekor harus diperhatikan sehingga keperluannya tiap hari dapat ditambah atau dikurangi. Menurut Santosa 2003 bahwa ada beberapa cara yang dapat dilaksanakan untuk menata padang penggembalaan berdasarkan lamanya lahan dipergunakan sebagai sumber pakan ternak. Secara garis besar, penataan tersebut dapat dikelompokan menjadi 2 terus –menerus dipergunakan sebagai penghasil pakan ternak dan dipergunakan secara bergiliran dengan tanaman lain. Beberapa cara tata laksana padang rumput tersebut adalah sebagai berikut: