Pemilihan framework arsitektur perusahaan

Universitas Indonesia

2.1.5. Pemilihan framework arsitektur perusahaan

Untuk memilih sebuah arsitektur perusahaan terdapat kriteria yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai acuan Setiawan. 2009, yaitu:  Tujuan dari arsitektur perusahaan dengan melihat bagaimana definisi arsitektur dan pemahamannya, proses arsitektur yang telah ditentukan sehingga mudah untuk diikuti, serta dukungan terhadap evolusi arsitektur.  Input untuk aktivitas arsitektur perusahaan seperti pendorong bisnis dan input teknologi.  Output dari aktivitas arsitektur perusahaan seperti model bisnis dan desain transisional untuk evolusi dan perubahan.  Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan arsitektur enterprise yang seharusnya memiliki kriteria: a Reasoned. Framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dan tetap menjaga integritasnya walaupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga. b Cohesive. Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang dalam cara pandang dan ruang lingkupnya. c Adaptable framework Haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin sangat sering terjadi dalam organisasi. d Vendor-independent. Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk benar- benarmemaksimalkan benefit bagi organisasi. e Technology-independent. Framework haruslah tidak tergantung pada teknologi yang ada saat ini, tapi dapat menyesuaikan dengan teknologi baru. f Domain-neutral. Adalah atribut penting bagi framework agar memiliki peranan dalam pemeliharaan tujuan organisasi. Universitas Indonesia g Scalable. Framework haruslah beroperasi secara efektif pada level departemen, unit bisnis, pemerintahan dan level korporat tanpa kehilangan fokus dan kemampuan untuk dapat diaplikasikan. Perbandingan ketiga framework yang banyak digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 . 1. Dalam prakteknya EA Framework yang ada tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan penggunaan EA framework di masing-masing enterprise bisa menjadi berbeda. Hal ini tergantung dengan karakteristik dari enterprise itu sendiri, fokus yang ingin dicapai dan lain lain. Tabel 2.1 Perbandingan framework arsitektur perusahaan Setiawan, 2009 FEAF Zachman TOGAF Definisiarsitekturdan Pemahamannya ada parsial Pada fase preliminary Proses arsitektur yang detail tidak ada Delapan fase detail pada ADM Supportterhadapevolusi Arsitektur ada tidak Pada fase migration planning Standardisasi tidak tidak Ada ArchitectureKnowledge Base ada Tidak ada Pendorongbisnis ada parsial Ada Inputteknologi ada tidak Ada Desaintradisional ada tidak Pada fase migration planning Modelbisnis ada ada Ada Menyediakanprinsip arsitektur Hanya untuk Karakteristik FEAF tidak ada Dari hasil pemetaan kriteria pada table 2.1 tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan untuk studi kasus enterprise dimana masih belum terdapat arsitektur enterprise dan memiliki keperluan untuk pengembangan arsitektur enterprise yang mudah dan jelas serta sesuai maka arsitektur enterprise framework yang cocok digunakan adalahTOGAF. Universitas Indonesia

2.2. Infrastruktur teknologi informasi TI adaptif

Infrastruktur teknologi informasi berasal dari kata infra berarti bawah, struktur berarti sesuatu yang disusun dengan pola tertentu, teknologi berarti ilmu pengetahuan terapan , informasi berarti pemberitahuan tentang sesuatu, adaptif berarti mudah menyesuaikan diri dengan keadaan kamus KBBI. Secara lengkap infrastruktur TI adaptif merupakan sesuatu yang disusun menggunakan pola tertentu untuk mendukung penerapan informasi dan bersifat mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Kebutuhan infrastruktur TI adaptif yaitu bagaimana infrastruktur dapat mengikuti setiap perubahan dalam lingkungan bisnis. Manifestasi dari infrastruktur TI adaptif menurut buku The Adaptive Enterprise: IT Infrastructure Strategies to Manage Change and Enable Growth, Bruce Robertson and Val Sribar adalah: 1. Efficiency,dengan tersedianya komponen-komponen yang dapat dimanfaatkan bersama oleh berbagai sistem aplikasi lama dan baru 2. Effectiveness, menggunakan komponen-komponen yang mudah dipadukan interoperable dan diintegrasikan. 3. Agility, dengan komponen-komponen yang mudah dirombak, diupgrade, atau diganti. Sedangkan tolak ukur dari adaptiveness infrastruktur adalah 1. Time to market, kecepatan dalam implementasi layanan baru. 2. Scalibility, mampu mengakomodasi peningkatan penggunaanbeban 3. Extensibility, kemudahan menambah komponen baru. 4. Complexity partitioning, partisi arsitektur aplikasi kedalam komponen- komponen yang dapat dikelola secara terpisah modular 5. Reusability, pemanfaatan ulangsilang komponen-komponen infrastruktur oleh berbagai layanan TI organisasi. 6. Integration, pemanfaatan teknologi openstandard yang memungkinkan integrasi antar komponen infrastruktur.