PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI ADAPTIF PADA UNIVERSITAS LAMPUNG
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN INFRASTRUKTUR
TEKNOLOGI INFORMASI ADAPTIF
PADA UNIVERSITAS LAMPUNG
KARYA AKHIR
GIGIH FORDA NAMA
1106041975
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
(2)
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN INFRASTRUKTUR
TEKNOLOGI INFORMASI ADAPTIF
PADA UNIVERSITAS LAMPUNG
KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
GIGIH FORDA NAMA
1106041975
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
(3)
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Gigih Forda Nama
NPM : 1106041975
Tanda Tangan :
(4)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Akhir ini diajukan oleh:
Nama : Gigih Forda Nama
NPM : 1106041975
Program Studi : Magister Teknologi Informasi
Judul Karya Akhir : Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif pada Universitas Lampung
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Bob Hardian (...)
Penguji : Wahyu Catur Wibowo, Ph.D. (...)
Penguji : Rizal Fathoni Aji, M.Kom. (...)
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : Januari 2012
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Akhir ini yang berjudul Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif pada Universitas Lampung. Penulisan Karya Akhir ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Magister Teknologi Informasi di Universitas Indonesia.
Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya dalam menyelesaikan penelitian ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Bob Hardian selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan Karya Akhir.
2. Bapak Wahyu Catur Wibowo, Ph.D. , Rizal Fathoni Aji, M.Kom. , selaku dosen penguji.
3. Bapak Dr. Ahmad Nizar Hidayanto selaku Ketua Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia, beserta segenap dosen dan karyawan. 4. DIKTI selaku pemberi beasiswa BPPS.
5. Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung atas segala bantuan dan dukungan selama ini.
6. Bapak M. Komarudin, S.T, M.T. , selaku Ketua UPT Puskom Universitas Lampung atas segala informasi data dan bantuannya.
7. Bapak Dr. Eng. Lukmanul Hakim, Ibu Mardiana, S.T, M.T. dan rekan rekan di Unila atas diskusi dan sharing pengetahuannya.
8. Istri tersayang Nurul Huda, S.T. dan ananda Ahmad Rasya Algifarda atas segala dukungan selama ini.
9. Papa, Mama, Umi, Abi (Alm) atas segenap doa untuk keberhasilan ananda. 10. Rekan-rekan seperjuangan MTI 2011 atas sharing informasinya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan bangsa ini di masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2013
(6)
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gigih Forda Nama
NPM : 1106041975
Program Studi : Magister Teknologi Informasi Departemen : -
Fakultas : Ilmu Komputer Jenis Karya : Karya Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusice Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif pada Universitas Lampung
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Januari 2013
Yang menyatakan
(7)
ABSTRAK
Nama : Gigih Forda Nama
Program Studi : Magister Teknologi Informasi
Judul : Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif pada Universitas Lampung
Perguruan tinggi menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 merupakan sebuah organisasi yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Tridharma) serta memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya. Demi mewujudkan proses Tridharma berkualitas maka perguruan tinggi juga harus merencanakan infrastruktur teknologi informasi guna mendukung keselarasan penerapan Teknologi Informasi (TI) terhadap strategi bisnis organisasi. Universitas Lampung (Unila) sebagai perguruan tinggi negeri di Lampung telah memiliki infrastruktur TI dan dikelola secara mandiri. Hingga saat ini TI di Unila menjadi sesuatu yang kompleks, pola pengelolaan konvensional dan tidak terintegrasi berakibat pada infrastruktur TI yang tidak adaptif dalam menjawab solusi atas perubahan bisnis dan aplikasi. Selain itu dengan adanya inovasi pengembangan layanan TI yang berkesinambungan, berdampak pada tingginya beban kerja pengelola.
Penelitian ini bertujuan merancang infrastruktur teknologi informasi yang bersifat adaptif berdasarkan kerangka kerja The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM) dengan studi kasus di Unila. Menggunakan konsep penelitian kualitatif melalui studi literatur dan melakukan wawancara.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) Dari hasil perancangan menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM diperoleh 9 area fungsional bisnis, dan 12 kandidat aplikasi yang diusulkan untuk dikembangkan Unila.(2) Menghasilkan 11 prinsip pengembangan arsitektur teknologi informasi. (3) Mengacu pada portofolio aplikasi masa depan (Mc Farlan Grid) , dihasilkan 6 aplikasi dalam kuadran strategic (SIAKAD-T, E-LIBRARY, SIPADU-T, DSS, SIPPM-T, KMS), 2 aplikasi kuadran operasional (PMS-T, CRM), 4 aplikasi kuadran support (MNC-T, NOPEC-T, EMAIL-SYSTEM, SSO). (4)Hasil perancangan infrastruktur pada penelitian ini menghasilkan rancangan infrastruktur TI yang bersifat adaptif berbasis teknologi cloud computing. (5) Hasil perancangan cloud computing merumuskan 5 cluster private cloud terdiri 104 node Virtual Machine (VM) mengadopsi prinsip failover dan redundancy
layanan. (6)Pemodelan arsitektur enterprise penelitian ini dapat menjadi acuan dalam membuat cetak biru pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi di Universitas Lampung.
Kata kunci: TOGAF ADM, infrastruktur teknologi informasi, adaptive enterprise architecture, cloud computing
(8)
ABSTRACT
Name : Gigih Forda Nama
Study program : Magister of Information Technology
Title : Design anAdaptive Information Technology Infrastructure at University of Lampung
Higher Education according to Laws No.20 2003 is an Organization with core activity consist of academic, research, and community service (Tridharma) and have autonomy to manage their own institution. In order to realize Tridharma, Higher Education should also planning information technology (IT) infrastructure to support alignment process between IT strategy and organization's business strategy. Universitas Lampung (Unila) as a government university in Lampung, was already had IT infrastructure and managed independently. Now IT Unila is more complicated, conventional and disintegrated IT management have consequences that IT infrastructure is not adaptive to response the change of business solutions and applications. In addition of innovative development and sustainable IT service was impacting the high workload for administrator.
This research intend to design adaptive IT infrastructure based on framework The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM) with case study on Unila. Using qualitative research concepts through literature studies and interviews.
The results of this research are as follows: (1) From the design of framework TOGAF ADM acquired 9 functional areas of business, and 12 candidate applications are proposed to be developed Unila. (2) Generate 11 principles of the development of information technology architecture. (3) Refers future applications portofolio (Mc Farlan Grid), produced 6 applications in the strategic quadrant (SIAKAD-T, E-LIBRARY, SIPADU-T, DSS, SIPPM-T, KMS), 2 application quadrant operation (PMS- T, CRM), 4 quadrant application support (MNC-T, T-NOPEC, EMAIL-SYSTEM, SSO). (4) The results of infrastructure design produces an adaptive IT infrastructure based on cloud computing technology. (5) The Cloud Computing design are formulate five private clusters, consist of 104 nodes Virtual Machine (VM) and adopting the principle of failover and redundancy service. (6) The result of enterprise architecture modeling could be a reference in making of a blueprint of information system development and information technology at the University of Lampung.
Key word: TOGAF ADM, information technology infrastructure, adaptive enterprise architecture, cloud computing
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Perumusan masalah ... 3
1.3. Tujuan ... 3
1.4. Manfaat ... 3
1.5. Ruang lingkup penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Arsitektur teknologi informasi ... 4
2.1.1. Arsitektur perusahaan ... 4
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Arsitektur Perusahaan ... 4
2.1.3. Definisi Arsitektur Teknologi Informasi ... 5
2.1.4. Kerangka Kerja Arsitektur Teknologi Informasi. ... 7
2.1.4.1. Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) ... 7
2.1.4.2. Zachman framework ... 9
2.1.4.3. The Open Group Architecture Framework (TOGAF). ... 12
2.1.5. Pemilihan framework arsitektur perusahaan ... 15
2.2. Infrastruktur teknologi informasi (TI) adaptif ... 17
2.3. Cloud computing ... 18
2.3.1. Konsep cloud computing ... 18
2.3.2. Karakteristik cloud computing ... 19
2.3.3. Jenis layanan cloud computing ... 20
2.3.4. Model penerapan cloud computing ... 21
2.3.5. Komponen cloud computing ... 23
2.4. Service Oriented Architecture (SOA) ... 23
2.4.1. Definisi Service ... 23
2.4.3. Definisi Service Oriented Architecture (SOA) ... 23
2.5. Value chain ... 26
2.6. Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) ... 27
2.7. Capacity planning ... 28
2.8. Penelitian terdahulu ... 30
2.8.1. Research of Information System Technology Architecture (Minli Jin, Decai Kung, Wuliang Peng, 2010). ... 30
2.8.2. Building and Managing Adaptive e-Business Solution Infrastructure (David L. Cohn, 2003) ... 31
(10)
2.8.3. European Organization for Nuclear Research (CERN) data centre
evolution (Gavin McCance, 2012) ... 32
2.9. Teoritical framework ... 34
BAB 3 ... 36
3.1. Tahapan penelitian ... 36
3.2. Kerangka pikir penelitian ... 38
3.2.1. Fase preliminary: framework and priciples ... 38
3.2.2. Fase requirements management ... 38
3.2.3. TOGAF Architecture Development Method (ADM) ... 38
3.2.3.1. Fase A : Architecture Vision ... 38
3.2.3.2. Fase B : Bussiness architecture ... 39
3.2.3.3. Fase C : Information system architecture ... 39
3.2.3.4. Fase D : Technology architecture ... 39
3.2.3.5. Fase E : Opportunities and solutions ... 40
3.3. Metode pengumpulan data. ... 40
3.4. Metode Analisis Data ... 40
BAB 4 PROFIL ORGANISASI ... 41
4.1. Sejarah Organisasi ... 41
4.2. Visi dan Misi ... 43
4.3. Sasaran Strategis ... 43
4.4. Fasilitas ... 44
4.4.1. Layanan Informasi ... 45
4.4.2. Perpustakaan ... 46
4.5. Organisasi ... 47
4.5.1. Bagan struktur organisasi Universitas Lampung. ... 47
4.5.2. Tugas dan Fungsi ... 48
4.6. Statistik Mahasiswa ... 50
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
5.1. Fase preliminary: framework and principles ... 51
5.1.1. Menentukan framework dan metodologi ... 52
5.1.2. Komitmen manajemen ... 52
5.2. Fase requirements managements ... 52
5.2.1. Architecture vision ... 53
5.2.2. Business architecture ... 54
5.2.3. Information system architecture ... 54
5.2.4. Architecture technology ... 55
5.2.5. Opportunities and solutions ... 55
5.3. Fase architecture vision ... 55
5.3.1. Visi dan Misi Unila ... 55
5.3.2. Tujuan bisnis (business goals) ... 56
5.3.3. Sasaran bisnis (business objective) ... 58
5.3.4. Ruang lingkup (scope) ... 59
5.3.5. Struktur Organisasi ... 59
5.3.6. Stakeholder ... 59
5.4. Fase business architecture ... 60
5.4.1. Analisis lingkungan bisnis Universitas Lampung ... 60
5.4.1.1. Analisis bisnis internal Unila ... 60
(11)
5.4.2. Alternatif strategi bisnis ... 68
5.5. Fase information system architecture ... 69
5.5.1. Arsitektur aplikasi ... 69
5.5.1.1. Arsitektur aplikasi saat ini ... 69
5.5.1.2. Arsitektur aplikasi yang diharapkan ... 72
5.5.2. Arsitektur data ... 78
5.5.2.1. Arsitektur data saat ini ... 78
5.5.2.2. Arsitektur data usulan ... 82
5.6. Fase technology architecture ... 88
5.6.1. Kondisi technologyarchitecture saat ini ... 89
5.6.1.1. Datacenter ... 89
5.6.1.2. Jaringan Data ... 93
5.6.1.3. Keamanan ... 94
5.6.1.4. Fasilitas pendukung infrastruktur TIK ... 95
5.6.1.5. Disaster recovery ... 95
5.6.1.6. Hasil pemetaaan kondisi infrastruktur berdasar subdimensi infrastruktur PeGI ... 95
5.6.2. Usulan technology architecture ... 96
5.6.2.1. Mengidentifikasi prinsip teknologi ... 96
5.6.2.2. Mengadopsi tren teknologi ... 97
5.6.2.3. Mendefinisikan platform teknologi ... 102
5.7. Fase Opportunities and Solutions ... 106
5.7.1. Pola solusi pengembangan aplikasi ... 106
5.7.2. Pola solusi pengembangan teknologi ... 109
5.7.3. Migration planning ... 126
5.7.4. Rancangan arsitektur teknologi informasi Unila ... 127
5.7.5. Perancanganteknologi cloud computing ... 128
5.7.5.1. Rancangan private cloud Unila ... 128
5.7.5.2. Summary report node megatron ... 134
5.7.5.3. Summary report VM eng.unila.ac.id ... 137
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 140
6.1. Kesimpulan ... 140
6.2. Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... xix
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan framework arsitektur perusahaan ... 16
Tabel 2.2 Penilaian subdimensi infrastruktur PeGI (KOMINFO) ... 28
Tabel 4.1 Sasaran strategis Universitas Lampung ... 43
Tabel 4.2 Daftar fasilitas ... 45
Tabel 4.3 Data statistik Mahasiswa ... 50
Tabel 5.1 Prinsip arsitektur TI Universitas Lampung ... 51
Tabel 5.2 Tujuan strategis Universitas Lampung ... 56
Tabel 5.3 Sasaran strategis Universitas Lampung ... 58
Tabel 5.4 Stakeholders Universitas Lampung ... 59
Tabel 5.5 Portofolio aplikasi Universitas Lampung ... 69
Tabel 5.6 McFarlan grid as is aplikasi Universitas Lampung ... 71
Tabel 5.7 Pemetaan critical success factor (CSF) SI Universitas Lampung ... 72
Tabel 5.8 Portofolio aplikasi yang akan datang ... 75
Tabel 5.9 McFarlan grid portofolio aplikasi masa depan ... 76
Tabel 5.10 Data penyelenggaraan pendidikan ... 78
Tabel 5.11 Data penelitian ... 79
Tabel 5.12 Data Pengabdian ... 80
Tabel 5.13 Data Administrasi akademik ... 80
Tabel 5.14 Data pengembangan SDM ... 80
Tabel 5.15 Data Keuangan ... 81
Tabel 5.16 Data Aset ... 81
Tabel 5.17 Data kerjasama ... 81
Tabel 5.18 Data sumber daya TI ... 81
Tabel 5.19 Prinsip pengembangan SI/TI ... 96
Tabel 5.20 Perbandingan sistem cloud computing ... 105
Tabel 5.21 Landscape aplikasi as is dan to be ... 107
Tabel 5.22 Daily hits, bulan Agustus 2012 ... 113
Tabel 5.23 Hourly statistik detail web unila ... 115
Tabel 5.24 Tabel Estimasi kapasitas per aplikasi per tahun ... 118
Tabel 5.25 Pola solusi teknologi, mengacu kerangka subdimensi infrastruktur PeGI ... 120
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Enam disiplin arsitektur ... 7
Gambar 2.2 Struktur komponen FEAF ... 8
Gambar 2.3 Matriks arsitektur FEAF ... 9
Gambar 2.4 Kerangka kerja arsitektur perusahaan Zachman ... 10
Gambar 2.5 TOGAF Arsitecture Development Method (ADM) ... 13
Gambar 2.6 Model TOGAF ADM ... 14
Gambar 2.7 Jenis layanan cloud computing ... 20
Gambar 2.8 Cloud computing Model ... 22
Gambar 2.9 Perbedaan arsitektur 3-tier dengan SOA ... 24
Gambar 2.10 Aplikasi-aplikasi yang berdiri sendiri ... 25
Gambar 2.11 Service dari aplikasi dan digunakan dalam proses bisnis ... 25
Gambar 2.12 Value Chain Diagram ... 26
Gambar 2.13 Proses dalam merencanakan kapasitas ... 29
Gambar 2.14 TOGAF ADM Iteration ... 30
Gambar 2.15 Reference Model of a Coal-dressing Plant ... 31
Gambar 2.16 Data centre by number CERN ... 32
Gambar 2.17 New Building Block, arsitektur cloud CERN ... 33
Gambar 2.18 Teoritical framework penelitian ... 34
Gambar 3.1 Tahapan penelitian ... 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 47
Gambar 5.1 Internal value chain Universitas Lampung ... 61
Gambar 5.2 Eksternal value chain Universitas Lampung ... 65
Gambar 5.3 Arsitektur sistem informasi mendatang ... 77
Gambar 5.4 Use case pendidikan ... 82
Gambar 5.5 Class diagram pendidikan ... 83
Gambar 5.6 Use case penelitian ... 84
Gambar 5.7 Class diagram penelitian ... 84
Gambar 5.8 Use case pengabdian ... 85
Gambar 5.9 Class diagram pengabdian ... 85
Gambar 5.10 Use case penyelenggaraan akademik ... 86
Gambar 5.11 Class diagram penyelenggaraan akademik ... 87
Gambar 5.12 Use case operasional SI/TI ... 87
Gambar 5.13 Class diagram operasional SI/TI ... 88
Gambar 5.14 Sebaran perangkat switching Unila ... 90
Gambar 5.15 Sebaran sistem operasi data center ... 91
Gambar 5.16 Sebaran alokasi storage data center ... 92
Gambar 5.17 Rack server diagram data center Unila ... 93
Gambar 5.18 Hasil self assesment subdimensi infrastruktur PeGI ... 95
Gambar 5.19 Social media strategy ... 101
Gambar 5.20 Katalog layanan bisnis Unila ... 106
Gambar 5.21 Kondisi penyimpanan web server Unila ... 109
Gambar 5.22 Query top pada web server Unila ... 110
Gambar 5.23 Statistik web server Website Unila ... 111
Gambar 5.24 Daily usage web server Unila bulan Agustus ... 112
(14)
Gambar 5.26 Virtual server running on bare-metal hardware ... 116
Gambar 5.27 Basic cloud infrastructure ... 117
Gambar 5.28 Rancangan Arsitektur Teknologi Informasi Unila ... 127
Gambar 5.29 Perancangan infrastruktur private cloud Unila………. ……….128
Gambar 5.30 Megatron nodereport ... 134
Gambar 5.31 Summary megatron ... 134
Gambar 5.32 Cpu utilization megatron ... 135
Gambar 5.33 Server load megatron ... 135
Gambar 5.34 Memory usage megatron ... 136
Gambar 5.35 Network traffic megatron ... 136
Gambar 5.36 Service megatron ... 137
Gambar 5.37 Node eng.unila.ac.id ... 137
Gambar 5.38 Cpu usage eng ... 138
Gambar 5.39 Memory usage eng ... 138
Gambar 5.40 Network traffic eng ... 139
(15)
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, permasalahan yang ingin diselesaikan serta tujuan dan manfaat penelitian
1.1. Latar belakang
Perguruan tinggi menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 merupakan sebuah organisasi yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Tridharma) serta memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya. Demi mewujudkan proses Tridharma berkualitas maka perguruan tinggi juga harus merencanakan infrastruktur teknologi informasi guna menjaga menunjang keselarasan penerapan Teknologi Informasi (TI) terhadap strategi bisnis organisasi.
Komponen penting dan menentukan handalnya layanan TI pada sebuah organisasi adalah infrastruktur teknologi informasi yang digunakan, namun untuk memiliki infrastruktur teknologi yang handal, organisasi harus mengeluarkan biaya cukup besar, sehingga banyak organisasi tidak mampu untuk mengadakan infrastruktur TI secara mandiri karena keterbatasan anggaran dan sumber daya.
Universitas Lampung (Unila) sebagai perguruan tinggi negeri di Lampung telah memiliki infrastruktur TI dan dikelola secara mandiri. Hingga saat ini TI di Unila menjadi hal yang kompleks, dari hasil identifikasi terdapat 32 server utama, 6 perangkat SAN, 102 switching distribusi, akses point, dan perangkat pendukung lainnya tersebar pada seluruh unit kerja, setiap tahunnya sering terjadi kerusakan fisik dan nonfisik pada perangkat, beragamnya jenis/merk perangkat membutuhkan penanganan khusus dari pengelola terutama untuk mempelajari karakteristik dari masing-masing perangkat.
Pola pengelolaan konvensional masih diberlakukan pada sebagian besar perangkat server, dimana masing-masing server menjalankan satu sistem operasi, selanjutnya diatas sistem operasi tersebut berjalan aplikasi tertentu (tidak dilakukan pemisahan proses komputasi dan penyimpanan data), sehingga ketika
(16)
terjadi masalah seperti kerusakan memory/processor/hardisk pada server aplikasi, membutuhkan waktu cukup lama untuk mengaktifkan kembali layanan tersebut. Selain itu aktifitas penetrasi test (pentest) dari cracker terhadap aset informasi unila, menyulitkan pengelola dalam proses investigasi dan langkah penyelamatan data, beberapa kali terjadi peristiwa cracker melakukan deface pada beberapa
website fakultas, butuh waktu cukup lama untuk menormalkannya kembali pada kondisi semula, selain itu seringnya dilakukan pemadaman listrik oleh pihak PLN secara tiba tiba dan dalam waktu cukup lama, berakibat pada sering terjadinya kerusakan hardware pada data centre dan mengganggu layanan TI.
Saat ini sistem informasi yang digunakan masih berdiri sendiri dan belum saling terintegrasi, aplikasi Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) yang telah dibangun sejak tahun 2000 berbasis php dan oracle belum tergabung dengan aplikasi keuangan, kepegawaian, perencanaan sehingga berakibat pada lamanya proses tabulasi data ketika pimpinan ataupun stakeholder meminta laporan secara menyeluruh atas unit kerja (contoh:EPSBED, akreditasi).
Infrastruktur TI saat ini dirasakan tidak cukup adaptif dalam menjawab solusi atas perubahan bisnis dan aplikasi secara cepat dan tepat. Terlihat pada saat munculnya beberapa aplikasi baru, membutuhkan waktu ekstra bagi pengelola untuk mengaktifkannya, mulai dari instalasi server, sistem operasi, instalasi database, dsb, berdampak juga kepada bertambahnya tanggung jawab pengelolaan server fisik bagi pengelola.
Karya Akhir ini membahas perancangan infrastruktur teknologi informasi adaptif pada Universitas Lampung menggunakan kerangka kerja The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Perancangan infrastruktur dilakukan dengan membatasi ruang lingkup yang terdiri atas enam fase awal dari TOGAF ADM yang mencakup: preliminary, architecture vision, business architecture, information systems architectures, technology architecture, opportunities and solutions.
(17)
1.2. Perumusan masalah
Pada penelitian ini dirumuskan permasalahan yang akan dicapai, y a i t u sebagai berikut:
“Bagaimana rancangan infrastruktur teknologi informasi adaptif yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Universitas Lampung?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang infrastruktur teknologi informasi adaptif pada Universitas Lampung, sebagai solusi menjawab permasalahan yang dideskripsikan pada latar belakang.
1.4. Manfaat
1. Memberikan gambaran mengenai arsitektur teknologi informasi dan sistem informasi yang dimiliki Unila saat ini.
2. Membantu dan menganalisa permasalahan-permasalahan yang ada pada infrastruktur TI saat ini.
3. Rekomendasi dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan infrastruktur Unila yang lebih fleksibel dan efektif (adaptif).
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan ide pengembangan sistem informasi baru untuk mendukung proses bisnis Unila.
1.5. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Universitas Lampung, pengambilan data dilakukan secara langsung di Unila, serta melakukan studi literatur terkait dengan topik bahasan karya akhir. Perancangan yang dihasilkan bersifat spesifik sesuai dengan proses bisnis di Unila dan tidak berlaku general untuk organisasi ataupun Perguruan Tinggi lain. Peneliti menggunakan kerangka kerja TOGAF untuk menyelaraskan arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi dan arsitektur teknologi pada Unila. Perancangan infrastruktur dilakukan dengan membatasi ruang lingkup yang terdiri atas enam fase awal dari TOGAF ADM yang mencakup: preliminary, architecture vision, business architecture, information systems architectures, technology architecture, opportunities and solutions.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arsitektur teknologi informasi 2.1.1. Arsitektur perusahaan
Menurut Zachman (1997), Arsitektur perusahaan merupakan sekumpulan representasi yang diperlukan untuk menggambarkan sebuah sistem atau perusahaan berkenaan dengan konstruksi, pemeliharaan, dan perkembangannya.
Dijelaskan juga oleh Federal Enterprise Architecture Program Management Office (FEAPMO, 2003), Arsitektur perusahaan merupakan pusat aset informasi strategis yang mendefinisikan misi bisnis, informasi yang diperlukan untuk menjalankan misi, teknologi yang diperlukan untuk melakukan misi, dan proses-proses transisional untuk mengimplementasikan teknologi baru sebagai respon terhadap perubahan kebutuhan-kebutuhan misi.
Sedangkan menurut Schekkerman (2004) bahwa arsitektur perusahaan merupakan pernyataan lengkap dari perusahaan, sebuah master plan yang
”bertindak sebagai kekuatan kolaborasi” di antara aspek-aspek dari perencanaan bisnis seperti tujuan, visi, strategi, dan prinsip-prinsip tata kelola, aspek-aspek dari kegiatan bisnis seperti syarat-syarat bisnis, struktur organisasi, proses, dan data, aspek-aspek otomasi seperti sistem informasi dan basis data, serta infrastruktur berbasis teknologi dari bisnis seperti komputer, sistem operasi, dan jaringan.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Arsitektur Perusahaan
Menurut Joachim Schelp dan Matthias Stutz apabila dilakukan prinsip tata kelola untuk mengontrol perkembangan dan implementasi arsitektur tersebut maka akan didapat keuntungan dari arsitektur perusahaan yang dikelompokkan dalam 5 (lima) keuntungan sebagai berikut:
1. Mengurangi biaya-biaya teknologi informasi melalui penggabungan, standarisasi, dan pengintegrasian sistem informasi korporat.
(19)
2. Meningkatkan responsif teknologi informasi melalui penggunaan kembali komponen-komponen yang sudah matang.
3. Mengurangi risiko dan memenuhi keperluan akan peraturan dengan sistem informasi yang digunakan saat ini.
4. Meningkatkan penyampaian nilai tambah dengan mempertinggi kepuasan manajerial dan membantu pembuatan keputusan.
5. Memungkinkan tujuan-tujuan strategis bisnis melalui keunggulan operasional yang lebih baik, hubungan dengan pelanggan yang lebih baik, serta kepemimpinan produk.
2.1.3. Definisi Arsitektur Teknologi Informasi
ITIL v3 (Information Technology Infrastructure Library v3. 2011), mendifinisikan arsitektur teknologi informasi adalah seluruh aspek meliputi piranti keras, piranti lunak, perangkat jaringan dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk pengembangan, ujicoba, pengaturan dan daya dukung terhadap aplikasi dan layanan teknologi informasi. Seluruh aspek harus dikelola ketika dijalankan untuk memastikan elemen-elemen tersebut beroperasi sebagaimana mestinya dan membentuk satu operasi yang lancar sehingga memenuhi kebutuhan pengguna.
International Business Machine (IBM) mendefinisikan 6 (enam) jenis disiplin arsitektur teknologi informasi sebagai berikut
1. Arsitektur perusahaan (enterprise architecture). Seorang arsitek perusahaan berfokus pada pemetaan kemampuan-kemampuan teknologi informasi dengan kebutuhan-kebutuhan bisnis. Arsitek bertanggung jawab terhadap keseluruhan sistem intensif perangkat lunak perusahaan, termasuk hubungan di antara berbagai aplikasi, berbagi data di antara aplikasi, integrasi dari aplikasi, dan infrastruktur untuk menjalankan aplikasi tersebut. 2. Arsitektur aplikasi (application architecture). Arsitek aplikasi berfokus
pada desain aplikasi untuk mengotomatisasikan proses bisnis dan menyediakan fungsionalitas yang membantu pengguna untuk melakukan pekerjaan bisnis. Tanggung jawab arsitek meliputi merancang aplikasi untuk memenuhi kebutuhan fungsional pengguna dan keperluan kualitas pelayanan yang meliputi performansi (performance), ketersediaan
(20)
(availability), skalabilitas (scalability), keamanan (security), dan integritas
(integrity). Tanggung jawab juga meliputi mengevaluasi dan memilih perangkat lunak dan perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi, termasuk perangkat dan metodologi untuk mengembangkan aplikasi.
3. Arsitektur informasi (information architecture). Arsitek informasi berfokus pada data yang digunakan berbagai aplikasi, termasuk struktur, integritas, keamanan, dan kemampuan akses dari data. Tanggung jawab arsitek meliputi merancang, membangun, menguji, menginstalasi, menjalankan, dan memelihara sistem untuk mengelola data tersebut. Desain dari sistem tersebut harus memperhitungkan keperluan data dari sisi sumber, lokasi, integritas, ketersediaan, performansi, dan usia data.
4. Arsitektur infrastruktur (infrastructure architecture). Arsitek infrastruktur berfokus pada rancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak server yang meliputi komputer server, media penyimpanan, workstation, middleware, perangkat lunak non aplikasi, jaringan, serta fasilitas-fasilitas fisik yang mendukung aplikasi dan proses-proses bisnis yang dibutuhkan perusahaan. Tanggung jawab arsitek meliputi pengevaluasian dan pemilihan komponen-komponen tersebut, memodelkan, mensimulasikan, dan menguji untuk menvalidasi rancangan dan produk yang dipilih; serta performansi, ketersediaan, dan skalabilitas infrastruktur yang dihasilkan.
5. Arsitektur integrasi (integration architecture). Arsitek integrasi berfokus pada rancangan solusi yang memungkinkan aplikasi saat ini, penawaran paket perangkat lunak, jaringan, dan sistem-sistem bekerja bersama di dalam maupun di antara organisasi. Solusi tersebut boleh menggunakan teknologi, vendor, platform, maupun gaya pemrograman yang berbeda. 6. Arsitektur operasi (operation architecture). Arsitek operasi berfokus pada
rancangan solusi untuk mengelola infrastruktur dan aplikasi yang digunakan perusahaan. Tanggung jawab arsitek meliputi pendefinisian rencana, strategi, dan arsitektur untuk instalasi, operasi, migrasi, dan tata kelola dari sistem informasi yang kompleks
(21)
Arsitek-arsitek tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri karena domain-nya saling melengkapi atau waktunya bersamaan. Arsitek infrastruktur merancang fondasi dimana sistem dijalankan. Arsitek aplikasi merancang program untuk pengguna, arsitek integrasi memastikan program-program dapat diintegrasikan, dan arsitek informasi memastikan ketersediaan data. Arsitek operasi memastikan semuanya berjalan sebagaimana mestinya dan arsitek perusahaan mengawasi (mengatur) semua aspek tersebut dan memastikan semuanya bekerja bersamaan. Ilustrasi gambar berikut ini menggambarkan hubungan antara keenam disiplin arsitektural, seperti yang diidentifikasikan oleh IBM.
Gambar 2.1 Enam disiplin arsitektur (Bobby Woolf)
2.1.4. Kerangka Kerja Arsitektur Teknologi Informasi.
Pemilihan kerangka kerja yang tepat dapat memfasilitasi pengimplementasian arsitektur teknologi informasi pada organisasi. Banyak kerangka kerja tersedia dan kesemuanya mempunyai tujuan utama yang sama, yaitu menggambarkan struktur dimana hubungan dari objek kompleks dapat berinteraksi untuk menghubungkan stakeholder, proses, dan teknologi. Sebagai contoh, Zachman Enterpise Architecture Framework dan The Open Group Architecture Framework (TOGAF), keduanya menyediakan sebuah acuan yang memungkinkan untuk menggambar hubungan antar komponen yang dapat membantu menyelaraskan kebutuhan bisnis dengan pelayanan teknologi informasi.
2.1.4.1. Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF)
Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) merupakan sebuah
(22)
FEAF ini ditujukan untuk mengembangkan EA dalam Federal Agency atau sistem yang melewati batas multiple inter-agency. FEAF menyediakan
standar untuk mengembangkan dan mendokumentasikan deskripsi arstitektur pada area yang menjadi prioritas utama. FEAF ini cocok untuk mendeskripsikan arsitektur bagi pemerintahan Federal. FEAF membagi arsitektur menjadi area bisnis, data, aplikasi dan teknologi, dimana sekarang FEAF juga mengadopsi tiga kolom pertama pada Zachman framework dan metodologi perencanaan arsitektur enterprise oleh Spewak.
Gambar 2.2 Struktur komponen FEAF (CIO Council, 2001)
Pada FEAF arsitektur yang ada (Gambar 2.2) diperuntukkan sebagai
reference point untuk memfasilitasi koordinasi yang efektif dan efisien dariproses bisnis yang umum, penyisipan teknologi, aliran informasi dan investasi pada Federal Agencies. FEAF menyediakan sebuah struktur untuk mengembangkan, memelihara dan menerapkan lingkungan operasional pada top-level dan mendukung penerapan dari sistem TI. Pada gambar 2.3 menunjukkan gambaran matriks 5 x 3 FEAF dengan tipe-tipe arsitektur pada sumbu mendatar dan perspektif pada sumbu lainnya. Hubungan antara produk arsitektur
(23)
Gambar 2.3 Matriks arsitektur FEAF (CIO Council, 2001).
Karakteristik dari FEAF:
a) Merupakan arsitektur enterprise Reference Model
b) Standar yang dipakai oleh pemerintahan Amerika Serikat c) Menampilkan perspektif view yang menyeluruh
d) Merupakan tool untuk perencanaan dan komunikasi
2.1.4.2.Zachman framework
Zachman framework diajukan tahun 1990-an untuk membantu dalam menyediakan sebuah model yang memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi hubungan di antara bisnis dan teknologi informasi. John A. Zachman meyakini bahwa terlalu mudah bagi teknologi informasi untuk mengabaikan kebutuhan-kebutuhan bisnis dan menciptakan teknologi informasi untuk kepentingan teknologi informasi. Walaupun merupakan praktik baik untuk memastikan bahwa terdapat prinsip-prinsip rancangan di antara praktik teknologi informasi, juga penting untuk memastikan semua layanan dan produk yang disediakan infrastruktur teknologi informasi diselaraskan dengan strategi bisnis dari organisasi. Sebaliknya, dapat berakhir pada jurang pemisah yang mengarah pada disfungsi layanan teknologi informasi. Kenyataannya, Zachman berargumen bahwa tanggung jawab dari teknologi informasi sehari-hari adalah berfokus pada perangkat keras dan perangkat lunak yang membangun komponen-komponen yang mendasarinya, sedangkan tanggung jawab arsitektur adalah berfokus pada isi yang akan dicakupi oleh
(24)
infrastruktur. Jadi, kerangka dan model harus dilihat sebagai perangkat yang dapat membantu untuk mengidentifikasi isi dari sistem, kemudian memandu dalam pemilihan dan pengimplementasian dari komponen-komponen yang akan mendukung isi sistem (Danielle Ruest dan Nelson Ruest 2006).
Gambar 2.4 Kerangka kerja arsitektur perusahaan Zachman (Danielle, Nelson, 2006)
Zachman framework terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris. Tiap baris menyajikan perspektif dari sudut pandang perencana (planner), pemilik (owner), perancang (designer), pengembang (builder), subkontraktor (sub
-contractor) dan functioning enterprise. Tiap kolom merepresentasikan fokus, abstraksi, atau topik arsitektur enterprise, yaitu: data, fungsi, jaringan, manusia, waktu, dan motivasi. Secara rinci, setiap baris dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan perspektif berikut:
Perencana (planner): menetapkan konteks, latar belakang, dan tujuan.
Pemilik (owner): menetapkan model konseptual dari enterprise.
(25)
menjembatani hal yang diinginkan pemilik dan hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan fisik.
Pengembang (builder): menetapkan model teknis dan fisik yang digunakan dalam mengawasi penerapan teknis dan fisik.
Sub kontraktor (sub-contractor): menetapkan peran dan rujukan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan sistem informasi.
Functioning enterprise: merepresentasikan perspektif pengguna dan wujud nyata hasil penerapan.
Dan untuk tiap kolom dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik arsitektur enterprise, yaitu:
What (data). Menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam bisnis. Kesatuan tersebut adalah hal-hal yang informasinya perlu dipelihara.
How (function). Mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga dipertimbangkan di kolom ini.
Where (networks). Menunjukkan lokasi geografis dan hubungan antara aktivitas dalam organisasi, meliputi lokasi geografis bisnis yang utama.
Who (people). Mewakili manusia dalam organisasi dan metric untuk mengukur kemampuan dan kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan dengan antar muka pengguna dan hubungan antara manusia dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
When (time). Mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria kinerja. Kolom ini berguna untuk mendesain jadwal dan memproses arsitektur.
Why (motivation).Menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya. Disini terlihat tujuan, sasaran, rencana bisnis,arsitektur pengetahuan, alasan pikiran dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
(26)
2.1.4.3.The Open Group Architecture Framework (TOGAF).
TOGAF merupakan sebuah kerangka (metoda) terperinci dan sekumpulan perangkat pendukung untuk mengembangkan sebuah arsitektur teknologi informasi perusahaan. Kerangka menyediakan sebuah klasifikasi untuk menghubungkan konsep-konsep yang menggambarkan dunia nyata pada konsep-konsep yang menggambarkan sistem informasi dan implementasinya. Kerangka digunakan untuk mengelompokkan informasi yang diperlukan dengan tujuan untuk menjelaskan keseluruhan perusahaan dan untuk menyimpan informasi tersebut, biasanya didukung oleh perangkat tempat penyimpanan yang tepat.
TOGAF merupakan standar industri untuk metoda pengembangan arsitektur dan basis sumber daya yang dapat digunakan secara bebas oleh setiap organisasi yang ingin mengembangkan arsitektur perusahaan untuk digunakan di perusahaan itu sendiri. TOGAF telah dikembangkan dan berevolusi secara berkesinambungan sejak pertengahan 90-an oleh perwakilan dari beberapa organsisasi dan vendor teknologi informasi terkemuka, bekerja sama dalam The Open Group’s Architecture Forum Release TOGAF saat ini adalah versi 9.1.
TOGAF ADM seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengidentifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.
(27)
Gambar 2.5 TOGAF Arsitecture Development Method (ADM) (open group)
TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Open Group, 2011). Prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Prinsip Enterprise
Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
b. Prinsip Teknologi Informasi (TI).
Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
(28)
c. Prinsip Arsitektur
Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengpenerapan kannya.
TOGAF ADM terdiri dari 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle) yaitu architecture vision, business architecture, information system architecture,
technology architecture, opportunities and solution, migration planning,
implementation governance, dan architecture change management.
TOGAF ADM juga merupakan metode yang bersifat generik dan mudah diterapkan pada banyak organisasi, baik organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini & Sembiring, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka, bisa dimodelkan secara umum bagaimana tahapan- tahapan dari TOGAF ADM tersebut dilaksanakan dalam model perancangan arsitektur enterprise, hal ini bisa dilihat pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Model TOGAF ADM (Open Group, 2009).
(29)
2.1.5. Pemilihan framework arsitektur perusahaan
Untuk memilih sebuah arsitektur perusahaan terdapat kriteria yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai acuan (Setiawan. 2009), yaitu:
Tujuan dari arsitektur perusahaan dengan melihat bagaimana definisi arsitektur dan pemahamannya, proses arsitektur yang telah ditentukan sehingga mudah untuk diikuti, serta dukungan terhadap evolusi arsitektur.
Input untuk aktivitas arsitektur perusahaan seperti pendorong bisnis dan input teknologi.
Output dari aktivitas arsitektur perusahaan seperti model bisnis dan desain transisional untuk evolusi dan perubahan.
Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan arsitektur enterprise yang seharusnya memiliki kriteria:
a) Reasoned.
Framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dan tetap menjaga integritasnya walaupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga.
b) Cohesive.
Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang dalam cara pandang dan ruang lingkupnya.
c) Adaptable framework
Haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin sangat sering terjadi dalam organisasi.
d) Vendor-independent.
Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk benar- benarmemaksimalkan benefit bagi organisasi.
e) Technology-independent.
Framework haruslah tidak tergantung pada teknologi yang ada saat ini, tapi dapat menyesuaikan dengan teknologi baru.
f) Domain-neutral. Adalah atribut penting bagi framework agar memiliki peranan dalam pemeliharaan tujuan organisasi.
(30)
g) Scalable.
Framework haruslah beroperasi secara efektif pada level departemen, unit bisnis, pemerintahan dan level korporat tanpa kehilangan fokus dan kemampuan untuk dapat diaplikasikan.
Perbandingan ketiga framework yang banyak digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 . 1. Dalam prakteknya EA Framework yang ada tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan penggunaan EA framework di masing-masing enterprise bisa menjadi berbeda. Hal ini tergantung dengan karakteristik dari enterprise itu sendiri, fokus yang ingin dicapai dan lain lain.
Tabel 2.1 Perbandingan framework arsitektur perusahaan (Setiawan, 2009)
FEAF Zachman TOGAF
Definisiarsitekturdan
Pemahamannya ada parsial Pada fase preliminary Proses arsitektur yang
detail tidak ada
Delapan fase detail pada ADM
Supportterhadapevolusi
Arsitektur ada tidak
Pada fase migration planning
Standardisasi tidak tidak Ada
ArchitectureKnowledge
Base ada Tidak ada
Pendorongbisnis ada parsial Ada
Inputteknologi ada tidak Ada
Desaintradisional ada tidak Pada fase migration
planning
Modelbisnis ada ada Ada
Menyediakanprinsip arsitektur
Hanya untuk Karakteristik
FEAF
tidak ada
Dari hasil pemetaan kriteria pada table 2.1 tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan untuk studi kasus enterprise dimana masih belum terdapat arsitektur
enterprise dan memiliki keperluan untuk pengembangan arsitektur enterprise
yang mudah dan jelas serta sesuai maka arsitektur enterprise framework yang cocok digunakan adalahTOGAF.
(31)
2.2. Infrastruktur teknologi informasi (TI) adaptif
Infrastruktur teknologi informasi berasal dari kata "infra" berarti bawah, "struktur" berarti sesuatu yang disusun dengan pola tertentu, "teknologi" berarti ilmu pengetahuan terapan , "informasi" berarti pemberitahuan tentang sesuatu, "adaptif" berarti mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan (kamus KBBI).
Secara lengkap infrastruktur TI adaptif merupakan sesuatu yang disusun menggunakan pola tertentu untuk mendukung penerapan informasi dan bersifat mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Kebutuhan infrastruktur TI adaptif yaitu bagaimana infrastruktur dapat mengikuti setiap perubahan dalam lingkungan bisnis.
Manifestasi dari infrastruktur TI adaptif menurut buku The Adaptive Enterprise: IT Infrastructure Strategies to Manage Change and Enable Growth,
Bruce Robertson and Val Sribar adalah:
1. Efficiency,dengan tersedianya komponen-komponen yang dapat dimanfaatkan bersama oleh berbagai sistem aplikasi (lama dan baru)
2. Effectiveness, menggunakan komponen-komponen yang mudah dipadukan (interoperable) dan diintegrasikan.
3. Agility, dengan komponen-komponen yang mudah dirombak, diupgrade, atau diganti.
Sedangkan tolak ukur dari adaptiveness infrastruktur adalah 1. Time to market, kecepatan dalam implementasi layanan baru. 2. Scalibility, mampu mengakomodasi peningkatan penggunaan/beban 3. Extensibility, kemudahan menambah komponen baru.
4. Complexity partitioning, partisi arsitektur aplikasi kedalam komponen-komponen yang dapat dikelola secara terpisah (modular)
5. Reusability, pemanfaatan ulang/silang komponen-komponen infrastruktur oleh berbagai layanan TI organisasi.
6. Integration, pemanfaatan teknologi openstandard yang memungkinkan integrasi antar komponen infrastruktur.
(32)
Permasalahan umum yang sering timbul adalah penerapan infrastruktur teknologi informasi (TI) yang tidak terencana secara baik dan tidak secara tangkas mengikuti perubahan strategi bisnis organisasi. Ketidak selarasan antara perencanaan infrastruktur dan strategi bisnis dapat berakibat pada terciptanya kompleksitas yang tinggi, tidak terfokus, serta biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi.
Penyelesaian dari permasalahan tersebut diatas menurut Bruce and Val diantaranya ;
Plan your infrastructure end to end. Melakukan perencanaan infrastruktur secara menyeluruh.
Design an adaptive infrastructure. Merancang infrastruktur adaptif yang mampu secara tangkas mengikuti setiap perubahan bisnis organisasi.
Execute a reuse centric strategy. Memaksimalkan penggunaan ulang dan silang komponen infrastruktur, termasuk didalamnya sumber daya manusia.
Choose the right technology and products. Pemilihan teknologi yang tepat dengan mempertimbangkan teknologi masa depan, serta teknologi yang efisien dan menjamin interoperabilitas antar komponen.
Balance immediate needs with long-term goals. Menyeimbangkan kebutuhan yang mengacu pada tujuan jangka panjang.
2.3. Cloud computing
2.3.1. Konsep cloud computing
Cloud computing merupakan teknologi internet-based service yang dapat digunakan untuk mensupport business process, Kata “Cloud” sendiri merujuk
kepada simbol awan yang di dunia teknologi informasi digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi computer (komputasi) dan pengembangan berbasis internet (awan). Cloud atau awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan pada diagram jaringan komputer. Awan (cloud) dalam cloud computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya yaitu suatu moda komputasi dimana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a
(33)
service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat internet (di dalam awan) tanpa pengetahuan tentangnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya.
2.3.2. Karakteristik cloud computing
Tidak semua aplikasi berbasis web dapat dimasukkan ke dalam kategori
cloud computing. Ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem untuk bisa di kategorikan sebagai teknologi cloud computing, yaitu :
Swalayan (on demand self service)
Seorang pelanggan dimungkinkan untuk secara langsung memesan sumber daya yang dibutuhkan, seperti processor time dan kapasitas penyimpanan melalui control panel elektronis yang disediakan. Jadi tidak perlu berinteraksi dengan personil customer service, jika perlu menambah atau mengurangi sumber daya komputasi yang diperlukan.
Akses pita lebar (broadband network access)
Layanan yang tersedia terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama untuk dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet, baik menggunakan
thin client, thick client ataupun media lain seperti smartphone.
Sumber daya terkelompok (resource pooling)
Penyedia layanan cloud computing, memberikan layanan melalui sumber daya yang dikelompokkan dalam satu atau berbagai lokasi data center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant. Mekanisme multi-tenant ini memungkinkan sejumlah sumber daya komputasi tersebut digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user, di mana sumber daya tersebut baik yang berbentuk fisik maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan pengguna/pelanggan sesuai permintaan. Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan darimana permintaan akan sumber daya komputasinya dipenuhi oleh penyedia layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi. Sumber daya komputasi ini meliputi media penyimpanan, memori, prosessor, pita jaringan dan mesin virtual.
(34)
Elastis (rapid elasticity)
Kapasitas komputasi yang disediakan dapat secara elastis dan cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan kemampuan ini seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya.
Layanan yang terukur (measured service)
Sumber daya cloud yang tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumber daya komputasi yang digunakan (penyimpanan, memori, prosessor, lebar pita, aktivitas user, dan lainnya). Dengan demikian, jumlah sumber daya yang digunakan dapat secara transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk membayar biaya penggunaan layanan.
2.3.3. Jenis layanan cloud computing
Gambar 2.7 Jenis layanan cloud computing (Cloud Computing Principles & Paradigm, Willey)
Teknologi cloud computing memiliki tiga jenis layanan utama yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan penggunanya, antara lain :
Software as a Service (SaaS).
Software as a Service ini merupakan evolusi lebih lanjut dari konsep ASP
(Application Service Provider). Sesuai namanya, SaaS memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bisa memanfaatkan sumber daya perangkat lunak dengan cara berlangganan. Sehingga tidak perlu mengeluarkan
(35)
investasi baik untuk in house development ataupun pembelian lisensi. Dengan cara berlangganan via web, pengguna dapat langsung menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh penyedia layanan. Hanya saja dengan konsep SaaS ini, pelanggan tidak memiliki kendali penuh atas aplikasi yang mereka sewa. Hanya fitur-fitur aplikasi yang telah disediakan oleh penyedia saja yang dapat disewa oleh pelanggan. Dan karena arsitektur aplikasi SaaS yang bersifat multi tenant, memaksa penyedia untuk hanya menyediakan fitur yang bersifat umum, tidak spesifik terhadap kebutuhan pengguna tertentu. Semakin berkembangnya pasar dan kemajuan teknologi pemrograman, keterbatasan-keterbatasan tersebut akan dapat diatasi.
Platform as a Service (PaaS).
Seperti namanya, PaaS adalah layanan yang menyediakan modul-modul siap pakai yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah aplikasi, yang tentu saja hanya bisa berjalan di atas platform tersebut. Seperti juga layanan SaaS, pengguna PaaS tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memori, media penyimpanan, processing power dan lain-lain, yang semuanya diatur oleh provider layanan ini. Pionir di area ini adalah Google App Engine, yang menyediakan berbagai tools untuk mengembangkan aplikasi di atas platform Google, dengan menggunakan bahasa pemrograman phyton dan django.
Infrastructure as a Service (IaaS).
IaaS terletak satu level lebih rendah dibanding PaaS. IaaS merupakan sebuah layanan yang menyewakan sumber daya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan, processing power, memory, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya. Model bisnisnya mirip dengan penyedia data center yang menyewakan ruangan untuk co-location, tapi ini lebih ke level mikronya. Penyewa tidak perlu tahu, dengan hardware apa dan bagaimana caranya penyedia layanan menyediakan layanan IaaS.
2.3.4. Model penerapan cloud computing
Berdasarkan penerapannya, layanan cloud computing dibagi menjadi tiga model penerapan, yaitu:
(36)
Gambar 2.8 Cloud computing Model (Cloud Computing Principles & Paradigm, Willey)
Private cloud
Model ini merupakan sebuah infrastruktur layanan cloud computing yang dioperasikan hanya untuk sebuah organisasi tertentu. Infrastruktur cloud computing bisa saja dikelola oleh internal organisasi atau oleh pihak ketiga. Lokasinya pun bisa on-site ataupun off-site. Biasanya organisasi dengan skala besar saja yang mampu memiliki/mengelola private cloud ini.
Public cloud
Sesederhana namanya, jenis cloud ini diperuntukkan untuk umum oleh penyedia layanan.
Hybrid cloud
Untuk jenis ini, infrastruktur cloud yang tersedia merupakan komposisi dari dua atau lebih infrastruktur cloud (private, community, atau public). Di mana meskipun secara entitas mereka tetap berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan oleh suatu teknologi atau mekanisme yang memungkinkan portabilitas data dan aplikasi antar cloud tersebut. Misalnya, mekanisme
load balancing antar cloud, sehingga alokasi sumber daya bisa dipertahankan pada level yang optimal.
(37)
2.3.5. Komponen cloud computing
Perangkat keras serta jalur komunikasi; Sebagai media fisik pendukung
cloud. contoh: Server & Storage (SAN - iSCSI), High Speed Switch (Gigabit Switch), Copper (Cat 5E - Cat 6) atau Fiber Ethernet Cable.
Virtual Infrastructure Manager (IaaS), contoh: Project OpenStack, CloudStack, OpenNebula, ProxmoxVE
Cloud Enabled Services (PaaS), contoh: DB : MongoDB, Apache Hadoop, OpenSesame (RDF), Distributed FS : GlusterFS
Cloud Enabled Applications (SaaS);contoh:GoogleDocs, FengOffice
2.4. Service Oriented Architecture (SOA) 2.4.1. Definisi Service
Menurut Schekkerman (2006) sebuah service (layanan) adalah suatu implementasi dari fungsi bisnis yang telah didefinisikan dengan baik beroperasi secara independen bersama service lainnya di dalam sebuah sistem. Service
memiliki interface yang telah didefinisikan dengan baik dan beroperasi melalui kesepakatan yang telah didefinisikan antara client dari service dan service itu sendiri.
Menurut Michelson (2006), service layaknya aplikasi yang diperuntukkan memenuhi suatu tujuan, seperti mengambil informasi sampai dengan tingkat kompleksitas menjalankan sebuah proses bisnis. Contoh paling umum yang dikenal saat ini mengenai service adalah pada web service yang merupakan komponen-komponen aplikasi yang mudah digabung-gabungkan dan dijalankan melalui teknologi standar Internet.
2.4.3. Definisi Service Oriented Architecture (SOA)
Menurut Michelson (2006), istilah Service Oriented Architecture (SOA) digunakan secara bergantian untuk tiga jenis konsep yang berbeda: konsep arsitektur, gaya dari hasil solusi bisnis, dan infrastruktur pendukung. Namun yang dimaksudkan disini adalah SOA sebagai konsep arsitektur TI untuk solusi bisnis (dan solusi infrastruktur) yang diterapkan berdasarkan konsep berorientasi layanan.
(38)
(provider) dengan peminta (requestor), sehingga sang peminta hanya tahu apa kerja dari service itu dan bagaimana memintanya. Namun aplikasi berbasis web
hanyalah salah satu bentuk aplikasi yang menggunakan SOA, meskipun harus diakui bahwa pada saat ini basis yang paling cocok untuk SOA adalah berbentuk portal atau web.
Gambar 2.9 Perbedaan arsitektur 3-tier dengan SOA (Tibco 2007)
Gambar 2.9 memperlihatkan perbedaan antara arsitektur 3-tier dengan SOA yang memungkinkan aplikasi yang beragam (heterogeneous) untuk saling berkomunikasi. SOA juga menguntungkan karena tidak bergantung kepada satu bahasa pemograman, sebaliknya SOA memungkinkan kebebasan memilih bahasa pemograman. Aplikasi yang dibangun selama ini cenderung menggunakan prinsip tier dengan menempatkan pada satu atau dua server
dengan dibedakan antara server aplikasi dan server basis data, namun dengan SOA, service dari aplikasi yang dibangun dapat terpisah dari aplikasi induk atau ditaruh di server SOA untuk didistribusikan dan dipergunakan oleh aplikasi lain. Aplikasi yang dibangun pun cenderung terfokus pada pemrogramannya (coding) yang berakibat aplikasi cenderung berdiri sendiri namun dengan SOA fokus diarahkan pada kerjasama antara bisnis dan TI sehingga aplikasi yang dibangun dengan landasan SOA cenderung saling berkomunikasi secara lebih luwes dan merupakan integrasi semua aplikasi yang ada. Selain itu terjadi penambahan teknik komunikasi dari aplikasi yang selama ini adalah
(39)
meminta (request) dan dibalas (reply), kini diperkaya dengan kemampuan menerbitkan (publish), mendaftar untuk menggunakanservice (subscribe), dan membuat service dijalankan apabila terdapat keadaan (event) yang merupakan pemicu.
Selama ini aplikasi-aplikasi perusahaan mungkin beragam, namun setiap aplikasi berdiri sendiri-sendiri
Gambar 2.10 Aplikasi-aplikasi yang berdiri sendiri (FileNet 2006)
Gambar 2.10 memperlihatkan bagaimana tiga aplikasi yang merupakan aplikasi back-office (ERP) sebenarnya terpisah dengan aplikasi front-office untuk layanan pelanggan (CRM) dan layanan pemasok (SCM). Gambar 2.11 memperlihatkan bagaimana teknologi SOA memungkinkan service yang merupakan komponen dari aplikasi-aplikasi tersebut digunakansebagai bagian dari sebuah proses bisnis.
Gambar 2.11 Service dihasilkan dari aplikasi dan digunakan dalam proses bisnis (FileNet 2006)
(40)
2.5. Value chain
Rantai nilai (value chain) porter dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam memodelkan bisnis dengan mendefinisikan area fungsional utama dan pendukung. Gambar 2.12 menunjukan rantai nilai porter yang terdiri dari aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung (support activities) (Porter 1985).
Gambar 2.12 Value Chain Diagram (Porter)
Aktivitas utama (primary activities) pada rantai nilai ini adalah sebagai berikut: a. Inbound logistic: aktivitas yang dilakuka n berhubungan dengan
penerimaan, penyimpanan, dan penyebaran.
b. Operations: aktivitas yang mentransformasikan masukan jadi keluaran. c. Outbound logistic: aktivitas yang berhubungan dengan menyebarkan
produk/jasa kepada pelanggan
d. Marketing dan sales: kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan, diantaranya penelitian pasar dan promosi.
e. Service: kegiatan yang berhubungan dengan penyedia layanan untuk meningkatkan pemeliharaan produk seperti instalasi, pelatihan, perbaikan, suplai bahan, dan perawatan.
(41)
Aktivitas pendukung (support activities) adalah kegiatan yang mendukung aktivitas utama, tidak terlibat langsung dalam produksi, namun memiliki potensi meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Kegiatan pendukung yang digambarkan Porter adalah sebagai berikut:
a. Firm infrastructure: terdiri atas sistem dan fungsi pendukung, diantaranya finance, planning, quality control, dan general senior management.
b. Human resources management: berhubungan dengan aktivitas rekruitment, pengembangan, pelatihan, memotivasi, serta pemberian penghargaan kepada tenaga kerja.
c. Technology development: aktivitas yang terkait produk, proses perbaikan, perancangan peralatan, pengembangan perangkat lunak komputer, sistem telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, dan pengembangan dukungan sistem berbasis komputer.
d. Procurement : kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana sumber daya diperoleh diantaranya fungsi pembelian input yang digunakan dalam value chain organisasi.
2.6. Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI)
Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) merupakan kegiatan yang diadakan oleh Direktorat e-Government di dalam Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika, Kementrian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO). Kegiatan PeGI pada tahun 2007 merupakan yang pertama kalinya diadakan dalam rangka untuk melihat peta kondisi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh lembaga pemerintah secara nasional. Harapan dari PeGI adalah untuk meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan TIK di lembaga pemerintah di seluruh wilayah Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Kementrian KOMINFO juga bekerjasama dengan berbagai kalangan baik dari unsur komunitas TIK, perguruan tinggi maupun instansi pemerintah yang terkait (Dokumen PeGI).
Salah satu dimensi pengukuran PeGI adalah dimensi infrastruktur. Dimensi infrastruktur berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung pemanfaatan TIK yang terdiri dari antara lain: perangkat keras komputer dan
(42)
piranti lunak, jaringan komunikasi, service delivery channel (web, telepon, sms dan lain lain), dan fasilitas pendukung (AC, UPS, Genset,Access Control).
Tabel 2.2 Penilaian subdimensi infrastruktur PeGI (KOMINFO)
No SUB DIMENSI
SKOR PENILAIAN
Sangat Kurang Kurang Baik Baik Sekali
1 2 3 4
1 Data Center Tidak memiliki
data center
Memiliki data center namun kurang didukung fasilitas dan aplikasi yang memadai
Memiliki data center yang sudah didukung fasilitas dan aplikasi
yang memadai
Memiliki data center yang terintegrasi dengan baik, memiliki fasilitas
dan aplikasi pendukung yang memadai serta mempunyai
backup data center
2 Jaringan Data
Tidak memiliki infrastruktur jaringan Memiliki infrastruktur jaringan dan memberikan kemudahan akses pada
user namun penggunaan dan kapasitas layanannya
masih terbatas
Memiliki infrastruktur jaringan, adanya kemudahan akses pada
user serta penggunaan dan kapasitas layanannya sudah
cukup memadai
Memiliki infrastruktur jaringan, memberikan kemudahan akses
pada user, penggunaan dan kapasitas layanan sudah baik serta adanya back up layanan
bila terjadi gangguan
3 Keamanan
Tidak memiliki mekanisme keamanan informasi Sudah memiliki mekanisme keamanan namun belum terencana dengan baik
Sudah memiliki mekanisme keamanan yang sudah terencana dengan
baik namun tidak dilakukan evaluasi secara periodik
Sudah memiliki mekanisme keamanan yang sudah terencana dengan baik dan dievaluasi secara periodik
4 Fasilitas pendukung infrastruktur TIK Tidak mempunyai fasilitas pendukung infrastruktur TIK Mempunyai fasilitas pendukung namun masih kurang memadai
Mempunyai fasilitas pendukung infrastruktur TIK yang sudah
memadai
Mempunyai fasilitas pendukung infrastruktur TIK yang sudah memadai dan terencana dengan
baik
5 Disaster
Recovery Tidak memiliki dokumen disaster recovery Disaster recovery sudah terdokumentasi namun tidak dilakukan
testing terhadap dokumen tersebut
Dokumen disaster recovery sudah terdokumentasi dengan baik dan sudah dilakukan testing
terhadap dokumen tersebut
Dokumen disaster recovery sudah terdokumentasi dengan
baik dan sudah dilakukan testing serta dilakukan evaluasi
dan revisi secara periodik
6 Pemeliharaan TIK Tidak melakukan pemeliharaan infrastruktur TIK Pemeliharaan infrastruktur TIK belum dilakukan dengan baik
Pemeliharaan infrastruktur TIK sudah
dengan baik namun belum dilakukan secara rutin
Pemeliharaan infrastruktur TIK sudah
dilakukan dengan baik dan dilakukan secara rutin
7 Inventarisasi Peralatan TIK
Tidak ada inventarisasi peralatan TIK
Kegiatan inventarisasi peralatan TIK belum terdokumentasi dengan
baik
Kegiatan inventarisasi peralatan TIK sudah terdokumentasi dengan baik namun belum dilakukan secara periodik
Kegiatan inventarisasi peralatan TIK sudah terdokumentasi dengan baik dan dilakukan secara periodik
2.7. Capacity planning
Capacity planning atau perencanaan kapasitas dibentuk dari dua kata yaitu perencanaan dan kapasitas, menurut KBBI perencanaan berarti proses
(43)
merencanakan, dan kapasitas diartikan sebagai ruang yang tersedia, sehingga apabila digabungkan perencanaan kapasitas adalah proses untuk merencanakan ketersediaan.
Tujuan dilakukannya perencaan kapasitas adalah untuk memastikan kapasitas saat ini dan masa depan serta tuntutan kinerja penyediaan layanan TI dapat sesuai
dengan kebutuhan bisnis, dan biaya yang “justifiable” atau dapat dijustifikasi.
Manajemen kapasitas adalah tentang menemukan keseimbangan yang tepat antara sumber daya (resource) dan kapasitas (capacity), dan kebutuhan (demand). Manajemen kapasitas menyediakan prediksi indikator kapasitas yang diperlukan untuk menyelaraskan kapasitas dengan permintaan/beban. Kapasitas infrastruktur yang ideal adalah yang cukup memadai untuk memikul beban kerja dalam suatu jangka waktu ke depan.
Agar perencanaan rancangan arsitektur yang telah dikemukakan diatas adaptif terhadap perubahan baik perubahan internal/eksternal maka diperlukan perencanaan strategis untuk kapasitas dimaksud. Menurut John AllSpaw (The Art of Capacity Planning.Oreilly, 2008), kerangka kerja untuk melakukan perencanaan kapasitas digambarkan pada gambar 2.13
Gambar 2.13 Proses dalam merencanakan kapasitas (John AllSpaws,2008)
Dari gambar 2.13 dapat diidentifikasi bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran kapasitas yang ada saat ini kemudian melakukan justifikasi apakah kapasitas saat ini masih reliable atau
(44)
tidak, apabila dirasakan perlu melakukan peningkatan reliability maka dibuat strategi peningkatan kapasitas yang mencakup hardware, software, architecture, dsb.
2.8. Penelitian terdahulu
2.8.1. Research of Information System Technology Architecture (Minli Jin, Decai Kung, Wuliang Peng, 2010).
Minli Jin, Decai Kung, Wuliang Peng melakukan publikasi atas hasil
penelitian mereka dan disubmit pada “2010 2nd International Conference on Industrial and Information Systems”. Penelitian ini mengadopsi framework
TOGAF ADM dalam membangun infrastruktur teknologi informasi pada perusahaan coal-dressing, dengan fase-fase iterasi analisis yang dilakukan tampak pada gambar 2.14
Gambar 2.14 TOGAF ADM Iteration
TOGAF dipilih atas kelengkapan dan panduannya yang terperinci dalam menterjemahkan bentuk arsitektur dan pilihan teknologi informasi yang ideal untuk menjalankan proses bisnis yang sudah ada, hasil akhir perancangan infrastruktur TI adalah sebagai berikut
(45)
Gambar 2.15 Reference Model of a Coal-dressing Plant
(Minli, Decay)
Pada gambar 2.15, terlihat bahwa penulis menggunakan API sebagai perantara system users coal-dressing plant dengan layanan di bawahnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah TOGAF telah terbukti sebagai framework
yang berhasil dan secara baik memetakan strategi bisnis ke dalam bentuk strategi teknologi informasi pada perusahaan coal-dressing.
2.8.2. Building and Managing Adaptive e-Business Solution Infrastructure
(David L. Cohn, 2003)
Dalam penelitian ini David mendefinisikan bahwa perusahaan harus dapat dengan cepat memodifikasi dan mengadaptasikan proses bisnis untuk mempertahankan competitive advantage perusahaan, integrasi proses bisnis dan manajemen adalah kunci untuk membangun dan mengelola infrastruktur e-bisnis yang adaptif.
Sebagai sebuah teknologi yang memungkinkan integrasi proses bisnis,
web service menyediakan cara standar untuk memungkinkan aplikasi heterogen untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Standard interface dan mekanisme komunikasi web service digunakan untuk membangun infrastruktur e-bisnis termodulasi dan adaptif yang mendukung lingkungan bisnis yang berkembang.
(46)
2.8.3. European Organization for Nuclear Research (CERN) data centre evolution (Gavin McCance, 2012)
Gavin McCance dalam pemaparannya menjelaskan bagaimana perubahan strategi TI yang dilakukan pada CERN demi mengantisipasi berbagai permasalahan strategis organisasi, manajemen akhirnya memutuskan untuk beralih menggunakan teknologi cloud computing sebagai infrastruktur TI utama pada data centre mereka, alasan utama perubahan strategi ini dilandasi karena semakin kompleknya permasalahan pengelolaan data centre, seperti konsep pengelolaan sumber daya yang masih konvensional berakibat pada inefisiensi sumber daya dan kerumitan dalam pengelolaan sumber daya, deskripsi identifikasi permasalah tampak pada gambar berikut
Gambar 2.16 Data centre by number CERN (McCance, 2012)
Dari pemaparan McCance terlihat bahwa dari total hampir 7000
hardware, hampir 1800 diantaranya rusak setiap tahun, tentu saja hal ini menjadi masalah sangat serius untuk mempertahankan performance layanan. Sekitar
(1)
liv
Universitas IndonesiaLampiran 16 perangkat data
centre
No Perangkat Asset
Code Jenis/Type Spesifikasi Fungsi
System Operasi
Virtualization Support ?
1 Server HP Proliant
B-SERV-1 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
Proxy Server FREEBSD YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
2 Server HP Proliant
B-SERV-2 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
Groups Server FREEBSD YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
3 Server HP Proliant
B-SERV-3 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
Virtual Machine, Include : DNS
Server,
Mahasiswa-blog Sever, staff-blog
server
PROXMOX YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
4 Server HP Proliant
B-SERV-4 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
WEB FAKULTAS EKONOMI Server
FREEBSD YES
RAM 6 GB
HARDISK 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
5 Server HP Proliant
B-SERV-5 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27
GHz WEB FKIP
Server FREEBSD YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
6 Server HP Proliant
B-SERV-6 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27
GHz Mail Students
Server FREEBSD YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
(2)
lv
Universitas Indonesia 7 Server HPProliant
B-SERV-7 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
WEB FAKULTAS PERTANIAN
Server
FREEBSD YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
8 Server HP Proliant
B-SERV-8 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
Virtualisasi Mesin ; Reasearch OpenStack
LINUX YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
9 Server HP Proliant
B-SERV-9 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
Virtualisasi Mesin, didalamnya :
WEB UNILA,
PROXMOX YES
RAM 6 GB
HARDISK 2 x 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
10 Server Cisco
B-SERV-10
UCS C200 M2
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.40 GHz
Virtualisasi Mesin ; Reasearch OpenStack
LINUX YES
RAM 4 GB
HARDISK 3 X 320 GB NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb
11 Server Cisco
B-SERV-11
UCS C200 M2
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.40
GHz Virtualisasi
Mesin PROXMOX YES
RAM 4 GB
HARDISK 1 TB NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb
12 Server Cisco
B-SERV-12
UCS C200 M2
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.40 GHz
Virtualisasi Mesin, Didalamnya :
LPSE Server, Mail server mahasiswa, Research VPN
Server, Research Web
Desktop
PROXMOX YES
RAM 4 GB
HARDISK 1 TB
NETWORK
(3)
lvi
Universitas Indonesia 13 Server IBMB-SERV-13
System 3250 M3
PROCESSOR
4 x Intel® Xeon® CPU X3430 @ 2.40
GHz WINDOWS
Server
WINDOW
SERV YES
RAM 8 Gb
HARDISK 340 Gb NETWORK
CONTROLLER 2 X 1Gb
14 Server IBM B-SERV-14
System 3250 M3
PROCESSOR
4 x Intel® Xeon® CPU X3430 @ 2.40
GHz Virtualisasi
Mesin PROXMOX YES
RAM 8 Gb
HARDISK 340 Gb NETWORK
CONTROLLER 2 X 1Gb
15 Server IBM B-SERV-15
System 3250 M3
PROCESSOR
4 x Intel® Xeon® CPU X3430 @ 2.40
GHz Mail Staff
Server LINUX YES
RAM 8 Gb
HARDISK 340 Gb NETWORK
CONTROLLER 2 X 1Gb
16 Server IBM B-SERV-16
System 3250 M3
PROCESSOR
4 x Intel® Xeon® CPU X3430 @ 2.40 GHz
BGP PEER FREEBSD YES
RAM 8 Gb
HARDISK 340 Gb NETWORK
CONTROLLER 2 X 1Gb
17 Server IBM B-SERV-17
Xseries 346
PROCESSOR Intel Xeon
Radius Server FREEBSD YES
RAM 2 GB
HARDISK NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb
18 Server Rakitan
B-SERV-18
PROCESSOR 8 x Intel Xeon
NS1 Server FREEBSD NO
RAM 2 GB
HARDISK 240.3 GB NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb
19 Server Rakitan
B-SERV-19
PROCESSOR 8 x Intel Xeon
Web Proxy MIKROTIK NO
RAM 2 GB
HARDISK 240.3 GB NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb 20 Server
Rakitan
B-SERV-20
PROCESSOR 8 x Intel Xeon
Hotspot MIKROTIK NO
RAM 2 GB
(4)
lvii
Universitas Indonesia NETWORKCONTROLLER 2 x 1 Gb
21 Server Rakitan
B-SERV-21
PROCESSOR 8 x Intel Xeon
VPN Server FREEBSD NO
RAM 2GB
HARDISK 240.3 GB NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb
22 Server Rakitan
B-SERV-22
PROCESSOR 8 x Intel Xeon
ASBR MIKROTIK NO
RAM 2 GB
HARDISK 240.3 GB NETWORK
CONTROLLER 2 x 1 Gb
23 Server SUN B-SERV-23
Sun Fire x4100
PROCESSOR
Dual Core AMD Opteron(tm) Processor 275 @ 2.2GHz
MailGate FREEBSD YES
RAM 1 Gb
HARDISK NETWORK
CONTROLLER 4 x 1 Gb
24 Server SUN B-SERV-24
Sun Fire x4100
PROCESSOR
Dual Core AMD Opteron(tm) Processor 275 @ 2.2GHz
DMZ FREEBSD YES
RAM 1 Gb
HARDISK NETWORK
CONTROLLER 4 x 1 Gb
25 PC ACER
B-SERV-25
PROCESSOR
Intel(R) Xeon(R) CPU E5506 @ 2.13GHz
VOIP Server LINUX YES
RAM 3 Gb
HARDISK 298.9 GB NETWORK
CONTROLLER 3 x 1 Gb
26 PC DELL
B-SERV-26 XPS 8300
PROCESSOR
Core i7 @ 3.40 GHz
Monitoring WINDOW
SERV YES
RAM 3 GB
HARDISK 1 TB NETWORK
CONTROLLER 1 x 1 Gb
27 PC ACER
B-SERV-27
PROCESSOR
VLAN GATE Internal (Vyyata)
VYATTA YES
RAM
HARDISK NETWORK CONTROLLER
28 Server HP
Proliant A-SERV1 DL 160 G6
RAM 2GB DDRII RAM
SIAKAD-1 YES
HARDISK NETWORK CONTROLLER
2 x Gigabit RJ-45 Ethernet
(5)
lviii
Universitas Indonesia portNETWORK CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
29 Server HP
Proliant A-SERV2 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
SIAKAD-2 YES
RAM 6 GB
HARDISK 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
30 Server HP
Proliant A-SERV3 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
SIAKAD-3 YES
RAM 6 GB
HARDISK 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
31 Server HP
Proliant A-SERV4 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27 GHz
SIAKAD-4 YES
RAM 6 GB
HARDISK 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
32 Server HP
Proliant A-SERV5 DL 160 G6
PROCESSOR
8 x Intel® Xeon® CPU E5620 @ 2.27
GHz
SIAKAD-DIPLOMA YES
RAM 6 GB
HARDISK 146 GB NETWORK
CONTROLLER
2 X 1GbE NC362i
33 NAS SERVER QNAP
B-NAS1 TS-659
PROCESSOR Intel Atom
DATA
STORAGE LINUX NO
RAM 1 Gb
HARDISK 6 x 1863.02 GB NETWORK
CONTROLLER 1 x 100Mb
34 NAS SERVER QNAP
B-NAS2 TS-809-U
PROCESSOR
Intel Processor Core 2 Duo 2.8 GHz
DATA
STORAGE LINUX NO
RAM 2GB DDRII RAM HARDISK
NETWORK CONTROLLER
2 x Gigabit RJ-45 Ethernet port 35
NAS SERVER QNAP
B-NAS3 TS-809-U
PROCESSOR
Intel Processor Core 2 Duo 2.8 GHz
DATA
(6)
lix
Universitas Indonesia RAM 2GB DDRII RAMHARDISK NETWORK CONTROLLER
2 x Gigabit RJ-45 Ethernet port
36 NAS SERVER QNAP
B-NAS4 TS-809-U
PROCESSOR
Intel Processor Core 2 Duo 2.8 GHz
DATA
STORAGE LINUX NO
RAM 2GB DDRII RAM HARDISK
NETWORK CONTROLLER
2 x Gigabit RJ-45 Ethernet port
37 NAS SERVER QNAP
B-NAS5 TS-809-U
PROCESSOR
Intel Processor Core 2 Duo 2.8 GHz
DATA
STORAGE LINUX NO
RAM 2GB DDRII RAM HARDISK
NETWORK CONTROLLER
2 x Gigabit RJ-45 Ethernet port 38 Barracudda B-BAR1 Model 200 PROCESSOR
Intel Processor Core 2 Duo 2.8 GHz
Filtering Mail NO
39
Barakuda Load Balancer
A-BAR1 Barakuda Load Balancer