Transmisi Non-seksual Etiologi dan Patogenesis HIVAIDS

Universitas Sumatera Utara Transmisi HIV melalui hubungan heteroseks dapat terjadi dari pria-wanita maupun sebaliknya. Di negara-negara Afrika, kebanyakan pengidap HIVAIDS mendapat infeksi melalui hubungan heteroseks. Data yang ada menunjukkan bahwa transmisi dari pria pengidap HIVAIDS kepada wanita pasangannya lebih sering terjadi dibandingkan dari wanita pengidap HIV kepada pria pasangannya. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang melaporkan bahwa 10 wanita pasangan seks telah terinfeksi HIV yang berasal dari 55 pria pengidap HIV dan hanya 2 pasangan seks terinfeksi HIV dari 25 wanita pengidap HIV Irianto, 2014. Berbagai aktivitas seksual memberikan risiko penularan HIV yang berbeda-beda. Berdasakan urutan gradasi kemungkinan risiko penularan HIV dari yang paling tinggi sampai yang terendah pada berbagai aktivitas seksual adalah sebagai berikut: 1. Hubungan seksual lewat liang dubur ano-genital. 2. Hubungan seksual lewat liang vagina genito-gaenital. 3. Kontak dengan menggunakan mulut oro-genital. 4. Hubungan seksual menggunakan kondom. 5. Ciuman mulut dengan mulut Irianto, 2014.

2.3.2 Transmisi Non-seksual

Menurut Murtiastutik 2008, penularan virus HIV non seksual terjadi melalui jalur pemidahan darah atau produk darah seperti; transfusi darah, alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat bedah, dan melalui luka kecil di kulit, jalur transplantasi alat tubuh, jalur transplasental yaitu penularan dari ibu hamil dengan infeksi HIV kepada janinnya Murtiastutik, 2008. Universitas Sumatera Utara Transmisi melalui transfusi darahproduk darah telah di deteksi di negara- negara barat sebelum tahun 1985 dan di negara-negara berkembang terutama Afrika yang sampai saat ini umumnya belum melakukan pemeriksaandonor darah terhadap HIV. Penularan HIV melalui produk darah juga terjadi di negara yang mendapatkan produk darah dari negara barat, terutama pada penderita hemofilia Irianto, 2014. HIV bisa ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi. Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba Injecting Drugs User-IDU sangat berpotensi menularkan HIV. Transmisi HIV non seksual lewat jarum suntik banyak terjadi di negara barat pada kelompok penyalah guna obat biusnarkotika Sonenklar, 2011. Pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril dan dipakai bersama merupakan salah satu jalur penularan. Penularan dapat berlangsung akibat terjadi perpindahan sejumlah kecil darah yang tertinggi pada jarumsemprit dari satu orang ke orang lain. Irianto 2014 menyebutkan jumlah penderita AIDS di Amerika Serikat pada kelompok penyalah guna obat bius dengan suntikan menempatkan urutan kedua sesudah kelompok homobiseksual pria. Jumlah penyalah guna obat bius dengan suntikan saja sekitar 16,7. Bila disertai dengan ―risk behavior‖ homobiseksual jumlahnya 7,4 Irianto, 2014. Pengguna NAPZA suntik berkontibusi terhadap sepertiga penyebab kasus AIDS di Amerika Sonenklar, 2011. Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan. Prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01 sampai 0.7. Bila ibu terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20 Universitas Sumatera Utara sampai 35, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50. Penularan juga bisa terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, semakin besar risiko penularan. Transmisi lain terjadi selama periode post partum melalui ASI. Risiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif sekitar 10 Kurniawati, 2011. Penularan HIV pada neonatus selama proses kelahiran terjadi melalui infeksi membran fetus dan cairan amnion dari vagina atau serviks yang berada di bawahnya melalui masuknya darah ibu penderita HIV pada bayinya saat persalinan serta melalui kontak langsung kulit dan mukosa membran bayi dengan sekresi genital dan darah ibu yang menderita HIV saat persalinan berlangsung Murtiastutik, 2008.

2.4 Gejala Klinis HIVAIDS

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2013 – 2014

2 69 130

Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014

10 131 148

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Adaptasi Fisiologis Selama Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2012

1 56 105

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar

14 119 208

Karakteristik Penderita Diabetes mellitus Yang Dirawat Inap Di RSUD. Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2004-2008.

1 40 117

Hubungan Motivasi dengan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2007

10 72 108

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Berprestasi Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2007

0 25 81

Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014

0 0 19

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar

0 0 45

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar

0 0 17