Bahan Baku Ekstrak Hasil Peningkatan TD Setelah Induksi Hipertensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan Baku Ekstrak

Pada penelitiaan ini digunakan ekstrak etanol buah inggir-inggir yang sama dengan esktrak yang digunakan Tri Ika Florida Sinaga 2014 pada penelitian yang berjudul uji efek diuretik ekstrak etanol buah nggir-inggir Solanum sanitwongsei Craib. pada tikus putih jantan. Oleh karena itu, identifikasi, skrining fitokimia sampel dan karakterisasi tidak dilakukan lagi. Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Solanum sanitwongsei Craib, dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 84. EEBI disimpan di dalam lemari pendingin dalam wadah tertutup rapat sehingga EEBI terhindar dari kontaminasi zat-zat asing. Penyimpanan di dalam lemari pendingin bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur sehingga mencegah ekstrak agar tidak terkena sinar matahari langsung. Secara organoleptik, EEBI yang disimpan tidak ada ditumbuhi kapang dan jamur. Ekstrak etanol buah inggir-inggir yang digunakan berwarna hijau kekuningan, berbau khas dan rasa pahit. Hasil karakterisasi dan skrining fitokimia tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi ekstrak buah inggir-inggir No Parameter Hasil 1 Kadar air 6,65 2 Kadar sari larut dalam air 20,92 3 Kadar sari larut dalam etanol 15,38 4 Kadar abu total 4,48 5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,43 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah inggir-inggir EEBI No Parameter Buah Inggir-Inggir Serbuk simplisia Ekstrak etanol 1 Alkaloida + + 2 Flavonoida + + 3 Saponin + + 4 Tannin + + 5 Glikosida + + 6 SteroidaTriterpenoida + + 7 Antrakuinon - - Keterangan: + = memberikan hasil; - = tidak memberikan hasil Sinaga, 2014

4.2 Hasil Uji Penurunan TD Tikus Normotensi

Hasil uji EEBI terhadap penurunan TD pada tikus normotensi dapat diperoleh dari parameter yang diukur yaitu hasil perubahan TDS, TDD, DJ dan TAR.

4.2.1 Hasil perubahan TDS tikus normotensi

Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 150 mgkg bb tidak memberikan penurunan TDS yang bermakna p 0,05 terhadap tikus normotensi. Data yang diperoleh menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan TDS p 0,05 pada hari ke-7 dan ke-14 antar kelompok perlakuan. Pengukuran pada hari ke-14, hasil LSD menunjukkan bahwa pemberian EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 150 mgkg bb tidak memberikan perbedaan yang bermakna p 0,05 dengan kelompok CMC-Na 0,5 dan kelompok bisoprolol seperti terlihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1. TDS awal tikus yang diperoleh yaitu 132,32 ± 0,842 mmHg. Data standar TDS tikus wistar normal belum ditemukan namun TDS yang diukur oleh Harwoko, et al., 2014 adalah ≤ 130 mmHg dan menurut Siska, et al., 2011, Universitas Sumatera Utara TDS normal adalah 139 mmHg. Perbedaan TD ini kemungkinan dipengaruhi oleh bobot badan tikus dan kondisi fisiologis serta lingkungan tikus. Tabel 4.3 Rata-rata TDS mmHg tikus normotensi hari ke-0 sebelum perlakuan, hari ke-7 setelah perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 Rata-rata TDS mmHg hari 0±SD Rata-rata TDS mmHg ±SD pada hari 7 14 1 Normotensi + EEBI 50 mgkg bb 134,4 ± 2,41 129,8 ± 6,5 127,8 ± 10,6 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 132,8 ± 6,57 130,0 ± 3,7 123,2 ± 4,6 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 132,6 ± 3,44 127,2 ± 4,3 122,8 ± 6,5 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 128,2 ± 3,77 125 ± 4,24 129,4 ± 3,8 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 133,6 ± 1,52 128,8 ± 4,2 126,2 ± 3,6 Rata-rata TDS hari ke-14 pada kelompok uji dosis 50, 100 dan 150 mgkg bb berturut-turut 127,8 ± 10,64 mmHg, 123,2 ± 4,60 mmHg dan 122,8 ± 6,49 mmHg yang tidak berbeda secara signifikan p 0,05 dengan kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa EEBI tidak dapat menurunkan TDS tikus normotensi. Gambar 4.1 Grafik hasil perubahan TDS mmHg tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan Universitas Sumatera Utara Data persentase penurunan TDS juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna p 0,05 antar kelompok perlakuan. Kelompok yang paling baik menurunkan TDS adalah kelompok EEBI dosis 150 mgkg bb yang hanya dapat menurunkan TDS berturut-turut pada hari ke-7 dan ke-14 adalah 4,01 ± 1,92 5,4 mmHg dan 7,42 ± 1,42 9,8 mmHg tetapi juga tidak berbeda bermakna p0,05 dengan kelompok kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2. Tabel 4.4 Rata-rata persentase perubahan TDS tikus normotensi pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 Persentase penurunan rata-rata TDS ±SD pada hari 7 14 1 Normotensi +EEBI 50 mgkg bb 3,39 ± 5,39 4,88 ± 8,15 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 1,91 ± 5,64 6,99 ± 6,72 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 4,01 ± 4,31 7,42 ± 3,13 4 Normotensi + CMCNa 0,5 2,49 ± 1,29 0,60 ± 1,19 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 3,55 ± 4,21 5,52 ± 3,15 Menurut Thompson dalam Fidrianny 2003, zat uji dikatakan mempunyai efek antihipertensi jika mampu menurunkan tekanan darah sistol ≥ 20 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa EEBI tidak dapat menurunkan TDS tikus normotensi. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Grafik hasil persentase perubahan TDS tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan

3.2.2 Hasil perubahan TDD tikus normotensi

Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian EEBI dosis 50 mgkg bb, dosis EEBI 100 mgkg bb dan dosis EEBI 150 mgkg bb tidak memberikan penurunan TDD yang bermakna terhadap tikus normotensi. Rata-rata TDD dari keseluruhan kelompok pada hari ke-0, ke-7 dan ke-14 berturut-turut yaitu 102,6 ± 3,571 mmHg, 96,96 ± 6,02 mmHg dan 94,4 ± 6,59 mmHg. Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p 0,05 TDD pada hari ke-7 dan ke-14 antar kelompok perlakuan seperti terlihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Rata-rata TDD mmHg tikus normotensi hari 0 sebelum perlakuan, hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 Rata-rata TDD mmHg hari 0±SD Rata-rata TDD mmHg ±SD pada hari 7 14 1 Normotensi + EEBI 50 mgkg bb 100,6 ± 4,56 99,2 ± 5,89 99,8 ± 10,28 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 102,8 ± 2,86 93,4 ± 7,63 89,40 ± 3,85 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 102,6 ± 1,52 92,2 ± 4,09 90,6 ± 3,05 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 101,6 ± 5,27 98,0 ± 3,16 95,0 ± 4,74 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 105,4 ± 1,14 102 ± 3,74 97,2 ± 3,56 TDD awal tikus yang diperoleh yaitu 101,96 ± 3,846 mmHg. Data standar TDD tikus wistar normal belum ditemukan namun menurut Siska, et al., 2011, TDD normal adalah 119 mmHg dan menurut Iranloye, et al., 2011, TDD normal berkisar antar 96 ± 4,08 mmHg. Perbedaan TD ini kemungkinan dipengaruhi oleh bobot badan tikus dan kondisi fisiologis serta lingkungan tikus. Gambar 4.3 Grafik hasil perubahan TDD mmHg tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan Walaupun terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05 antar kelompok perlakuan, pengukuran pada hari ke-14 hasil LSD menunjukkan pemberian Universitas Sumatera Utara sediaan EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 150 mgkg bb tidak memberikan perbedaan yang nyata p 0,05 dengan kelompok kontrol CMC-Na 0,5 dan kelompok bisoprolol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian EEBI tidak efektif dalam menurunkan TDD tikus normotensi. Data persentase penurunan TDD juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna p 0,05 antar kelompok perlakuan pada hari ke-7 dan ke-14. Kelompok yang paling baik menurunkan TDD adalah kelompok EEBI dosis 150 mgkg bb yang hanya dapat menurunkan TDD berturut-turut pada hari ke-7 dan ke-14 adalah 10,15 ± 3,23 8,6 mmHg dan 11,65 ± 3,94 10,2 mmHg tetapi juga tidak berbeda bermakna p 0,05 dengan kelompok kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4. Tabel 4.6 Rata-rata persentase perubahan TDD tikus normotensi pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 persentase penurunan rata-rata TDD ±SD pada hari 7 14 1 Normotensi + EEBI 50 mgkg bb 3,52 ± 7,67 0,68 ± 10,49 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 8,71 ± 7,85 12,98 ± 4,28 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 10,15 ± 3,23 11,65 ± 3,94 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 3,35 ± 5,46 6,29 ± 6,64 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 3,22 ± 3,60 7,77 ± 3,50 Menurut Thompson dalam Fidrianny 2003, zat uji dikatakan mempunyai efek antihipertensi jika mampu menurunkan TD ≥ 20 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100 dan 150 mgkg bb tidak dapat menurunkan TDD tikus normotensi. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Grafik hasil persentase perubahan TDD tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan

3.2.3 Hasil perubahan DJ tikus normotensi

Berdasarkan hasil analisis statistik DJ tikus sudah berbeda bermakna p 0,05 antar kelompok sebelum perlakuan. Hal ini disebabkan karena tidak stabilnya kondisi tikus pada saat pengukuran. Pemberian EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan dosis150 mgkg bb tidak memberikan penurunan DJ yang bermakna terhadap tikus normotensi. Rata-rata DJ dari keseluruhan kelompok pada hari ke-0 sebelum perlakuan, ke-7 dan ke-14 berturut-turut yaitu 278,16 ± 105,84 BPM, 254,60 ± 110,9 BPM dan 247,92 ± 105,07 BPM. Analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan DJ p 0,05 pada hari ke- 7 dan ke-14 antar kelompok perlakuan seperti terlihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Rata-rata DJ BPM tikus normotensi hari ke-0 sebelum perlakuan, hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 Rata-rata DJ BPM hari 0 ± SD Rata-rata DJ BPM ± SD pada hari 7 14 1 Normotensi + EEBI 50 mgkg bb 336 ± 44,49 275,6 ± 99,1 268,6 ± 44,6 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 176,8 ± 105,1 157,6 ± 109 173,2 ± 109 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 230,6 ± 119,2 225,8 ± 54,9 217,4 ± 119,28 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 281,0 ± 99,59 259,8 ± 98,2 273,6 ± 84,9 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 326,4 ± 21,56 354,2 ± 8,68 306,8 ± 90,6 Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa EEBI dapat menurunkan DJ pada DJ normal tetapi tidak menyebabkan penurunan yang signifikan. Data standar DJ normal tikus masih belum diketahui. Menurut Iranloye, et al., 2011, DJ normal tikus Sprague dawley berkisar 480 ± 35,54 BPM. Menurut Siska, et al., 2011, DJ normal tikus wistar adalah 344 BPM. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang jelas DJ tikus wistar berdasarkan faktor makanan, berat badan dan juga lingkungan atau faktor psikis pada saat pengukuran yang menyebabkan terjadinya peningkatan DJ. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Grafik hasil perubahan DJ BPM tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan Pengukuran pada hari ke-14 hasil LSD menunjukkan pemberian EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 150 mgkg bb tidak memberikan perbedaan yang nyata p 0,05 dengan kelompok kontrol dan kelompok bisoprolol. Data persentase penurunan DJ juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna p 0,05 antar kelompok perlakuan pada hari ke-7 dan ke-14. Kelompok uji yang paling baik menurunkan DJ adalah kelompok EEBI dosis 50 mgkg bb yang hanya dapat menurunkan DJ berturut-turut pada hari ke-7 dan ke- 14 adalah 15,22 ± 38,05 60,4 BPM dan 17,10 ± 39,06 67,4 BPM tetapi juga tidak berbeda bermakna p 0,05 dengan kelompok kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Rata-rata persentase penurunan DJ tikus normotensi pada hari ke- 7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 Persentase perubahan rata-rata DJ ± SD pada hari 7 14 1 Normotensi + EEBI 50 mgkg bb 15,22 ± 38,05 17,10 ± 39,06 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 9,72 ± 28,51 0,72 ± 24,17 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 3,99 ± 10,42 4,59 ± 16,04 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 8,24 ± 4,41 0,61 ± 16,28 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 3,02 ± 8,51 16,24 ± 25,35 Menurut Siska, et al., 2011, DJ tikus yang telah diinduksi NaCl 2,5 dan prednison 1,5 mgkg bb tidak menurun secara bermakna p 0,05 setelah pemberian ekstrak akar seledri maupun kaptopril. Hal ini disebabkan karena kondisi psikis tikus pada saat pengukuran. Oleh sebab itu, EEBI tidak dapat menurunkan DJ tikus normotensi. Gambar 4.6 Grafik hasil persentase perubahan DJ tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Hasil perubahan TAR tikus normotensi

Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 150 mgkg bb tidak memberikan penurunan TAR yang bermakna p 0,05 terhadap tikus normotensi. Analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan p 0,05 TAR pada hari ke-7 dan ke-14 antar kelompok perlakuan seperti terlihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.7. Tabel 4.9 Rata-rata TAR mmHg tikus normotensi hari ke-0 sebelum perlakuan, hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 rata-rata TAR mmHg hari 0 ± SD rata-rata TAR mmHg ± SD pada hari 7 14 1 Normotensi + EEBI 50 mgkg bb 111,6 ± 3,36 108,8 ± 5,63 108,8 ± 9,91 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 112,4 ± 3,78 105,2 ± 5,12 100,2 ± 3,42 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 112,2 ± 1,30 103,4 ± 5,31 101 ± 4,18 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 110,2 ± 4,27 106,6 ± 3,44 106 ± 3,94 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 114,6 ± 0,55 110,6 ± 2,70 106,4 ± 3,36 Rata-rata TAR ± SD dari keseluruhan kelompok pada hari ke-0, ke-7 dan ke-14 berturut-turut yaitu 112,2 ± 3,12 mmHg, 106,92 ± 4,65 mmHg, dan 104,48 ± 6,09 mmHg. TAR awal tikus yang diperoleh yaitu 112,2 ± 3,12 mmHg. Data standar TAR tikus wistar normal belum ditemukan namun TAR yang diukur oleh Siska et al., 2011 adalah 129 mmHg dan menurut Yanti et al., 2010, TAR tikus normal berkisar antara 73 ± 2,12 mmHg. Perbedaan TAR ini kemungkinan dipengaruhi oleh bobot badan tikus dan kondisi fisiologis serta lingkungan tikus. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Grafik hasil perubahan TAR mmHg tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok perlakuan Pengukuran pada hari ke-14, hasil LSD menunjukkan pemberian sediaan EEBI dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb dan 150 mgkg bb tidak memberikan perbedaan yang nyata p 0,05 dengan kelompok kontrol dan kelompok bisoprolol. Hal ini dapat dilihat bahwa EEBI tidak dapat menurunkan TAR tikus normotensi. Data persentase penurunan TAR juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna p 0,05 antar kelompok perlakuan. Kelompok yang paling baik menurunkan TAR adalah kelompok EEBI dosis 100 mgkg bb yang hanya dapat menurunkan TDS berturut-turut pada hari ke-7 dan ke-14 adalah 6,33 ± 5,28 7,2 mmHg dan 10,72 ± 5,34 12,2 mmHg tetapi juga tidak berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan lain seperti terlihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Rata-rata persentase perubahan TAR tikus normotensi pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah perlakuan No Kelompok N=5 Rata-rata persentase penurunan TAR ± SD pada hari 7 14 1 Normotensi +EEBI 50 mgkg bb 2,41 ± 6,39 2,48 ± 8,85 2 Normotensi + EEBI 100 mgkg bb 6,33 ± 5,29 10,72 ± 5,34 3 Normotensi + EEBI 150 mgkg bb 7,85 ± 2,79 9,97 ± 3,38 4 Normotensi + CMC- Na 0,5 3,19 ± 3,57 3,74 ± 3,91 5 Normotensi + SB 0,0714 mgkg bb 3,48 ± 2,45 7,15 ± 2,98 Menurut Thompson dalam Fidrianny 2003, zat uji dikatakan mempunyai efek antihipertensi jika mampu menurunkan TAR ≥ 20 mmHg. Menurut Iranloye, et al., 2011, Ekstrak air dan etanol Solanum macrocarpum yang juga satu genus dengan Solanum sanitwongsei dapat menurunkan TAR berturut-turut sampai 54 ± 5,59 mmHg dan 49 ± 0,89 mmHg pada tikus Sprague dawley normotensi. Hal ini menunjukkan bahwa genus Solanum umumnya memiliki efek antihipertensi tetapi jika dilihat berdasarkan data penelitian efek Solanum macrocarpum lebih kuat dibanding Solanum sanitwongsei dalam menurunkan TD pada tikus normotensi. Gambar 4.8 Grafik hasil persentase perubahan TAR tikus normotensi terhadap hari pengukuran pada tiap kelompok Universitas Sumatera Utara

4.3 Hasil Peningkatan TD Setelah Induksi Hipertensi

Berdasarkan data yang diperoleh pemberian larutan NaCl 2,5 dan metilprednisolon dosis 1,5 mgkg bb selama 7 hari berturut-turut dapat meningkatkan TDS, TDD, DJ dan TAR tikus normotensi secara signifikan p0,05 seperti terlihat pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Hasil TD tikus hipertensi pada setiap kelompok setelah diinduksi larutan NaCl 2,5 dan metilprednisolon dosis 1,5 mgkg bb Kelompok N=6 TD setelah 7 hari induksi TDS mmHg TDD mmHg DJ BPM TAR mmHg Hipertensi 192 ± 9,9 149,6 ± 5,5 385,4 ± 39,6 163 ± 4,9 Hipertensi + CMC- Na 0,5 204 ± 9,4 160,6 ± 4,16 389,8±47,56 174,6 ± 4,1 Hipertensi + EEBI 50 mgkg bb 269,8 ± 4,9 190,2 ± 10,4 392,4 ± 42,1 216,4 ± 6,9 Hipertensi + EEBI 100 mgkg bb 201 ± 10,8 156,8 ± 4,9 385 ± 30,8 171,2 ± 5,2 Hipertensi + EEBI 150 mgkg bb 194,4 ± 7,5 151,4 ± 5,8 390,4 ± 31,3 165,2 ± 1,8 Hipertensi + SB 0,0714 mgkg bb 204,8 ± 7,9 163,2 ± 7,3 396,4 ± 43,4 176,8 ± 6,6 Menurut Siska, et al., 2011, pemberian larutan NaCl 2,5 dan prednison dosis 1,5 mgkg bb selama 14 hari terhadap tikus wistar dapat meningkatkan TDS, TDD, DJ dan TAR berturut-turut sampai 181 mmHg, 157 mmHg, 330 BPM dan 170 mmHg. Hal ini menunjukkan perbedaan yang nyata dengan hasil penelitian yang mungkin disebabkan oleh perbedaan tikus, lingkungan dan makanan yang diberikan. Data persentase kenaikan TD juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna p 0,05 antar kelompok perlakuan. Rata-rata kenaikan TDS, TDD, DJ dan TAR dari semua kelompok berturut-turut adalah 59,60, 84,23, Universitas Sumatera Utara 27,93, dan 75,76 seperti terlihat pada Tabel 4.12, Gambar 4.9, Gambar 4.10, Gambar 4.11 dan Gambar 4.12. Tabel 4.12 Rata-rata persentase peningkatan TD tikus hipertensi setelah induksi NaCl 2,5 dan metilprednisolon 1,5 mgkg bb Kelompok N=6 Rata-rata persentase peningkatan TD setelah 7 hari induksi hipertensi TDS TDD DJ TAR Hipertensi 46,7 ± 15,9 70,3 ± 30,4 43,8 ± 22,8 66,6 ± 25,9 Hipertensi + CMC- Na 0,5 38,7 ± 7,2 68,5 ± 18,7 20,9 ± 16,9 58,4 ± 10,7 Hipertensi + EEBI 50 mgkg bb 110,5 ± 19,7 116,7 ± 20,22 27,1 ± 14,4 113 ± 13,7 Hipertensi + EEBI 100 mgkg bb 66,2 ± 12,3 102 ± 20,5 37,9 ± 11,7 86,7 ± 16,8 Hipertensi + EEBI 150 mgkg bb 65,5 ± 15,7 108 ± 21,1 15,5 ± 10,9 92,2 ± 15,6 Hipertensi + SB 0,0714 mgkg bb 30,1 ± 6,5 39,8 ± 9,4 22,4 ± 13,1 36,9 ± 6,8 Menurut Lailani, et al., 2013, pemberian larutan NaCl 8 8 mlhari selama 4 minggu dapat meningkatkan TDS, TDD, DJ, dan TAR berturut-turut sampai 191 ± 17 mmHg, 162 ± 17 mmHg, 317 ± 40 kali per menit dan 176 ± 17 mmHg. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Grafik hasil persentase kenaikan TDS setelah pemberian larutan NaCl 2,5 dan metilprednisolon dosis 1,5 mgkg bb pada tiap kelompok perlakuan Gambar 4.10 Grafik hasil persentase kenaikan TDD setelah pemberian larutan NaCl 2,5 dan metilprednisolon dosis 1,5 mgkg bb pada tiap kelompok perlakuan Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 Grafik hasil persentase kenaikan DJ setelah pemberian larutan NaCl 2,5 dan metilprednisolon dosis 1,5 mgkg bb pada tiap kelompok perlakuan Gambar 4.12 Grafik hasil persentase kenaikan TAR setelah pemberian larutan NaCl 2,5 dan metilprednisolon dosis 1,5 mgkg bb pada tiap kelompok perlakuan Pada penelitian Ni dan Vazri 2001 dalam Yanti, et al., 2010, asupan tinggi garam menyebabkan produksi nitric oxide NO di ginjal dan vaskular menurun. NO merupakan vasodilator endogen yang potensial dan memegang peranan dalam Universitas Sumatera Utara pengaturan resistensi vaskuler. Metilprednisolon adalah senyawa hormon kortikosteroid dengan potensi natrium sebesar 0,8. Kombinasi metilprednisolon dengan NaCl akan menimbulkan efek retensi yang cukup untuk meningkatkan TD hewan Siska, et al., 2011.

4.4 Hasil Uji Penurunan TD Tikus Hipertensi

Dokumen yang terkait

Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum Sanitwongsei Craib) pada Tikus Putih Jantan

9 76 82

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

2 22 97

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 15

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 1 2

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 6

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 0 12

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum Sanitwongsei Craib.) Terhadap Parameter Biokimia Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Nacl 2,5% Dan Metilprednisolon

0 2 6

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

0 0 26

Efek Ekstrak Etanol Buah Inggir-Inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Wistar Normotensi dan Hipertensi

0 0 19