berbagai tekanan. Ketika ventrikel kiri relaksasi, pembuluh arteri kembali menjadi normal. Elastisitas normal arteri mengatur tekanan darah sistol maupun diastol
Scanlon, 2007.
2.4.9 Viskositas darah
Viskositas darah normal bergantung pada jumlah sel-sel darah merah dan protein plasma, terutama albumin. Penurunan jumlah sel darah merah seperti pada
penderita anemia, atau menurunnya albumin, penyakit hati dan ginjal kronik dapat menurunkan viskositas darah dan tekanan darah. Pada kondisi ini, mekanisme lain
seperti vasokontriksi akan mengatur tekanan darah menjadi normal Scanlon, 2007.
2.5 Pengaturan Tekanan Darah
Mekanisme pengaturan tekanan darah dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu pengaturan tekanan darah jangka pendek dan pengaturan tekanan darah jangka
pendek. Pengaturan tekanan darah jangka panjang diperantarai oleh mekanisme ginjal cairan tubuh dan sistem renin angiotensin aldosteron. Pengaturan tekanan
darah jangka pendek bekerja melalui saraf dengan pengaturan baroreseptor dan kemoreseptor pembuluh darah arteri Guyton, 1993.
2.5.1. Pengaturan tekanan darah jangka pendek
Pengaturan tekanan darah jangka pendek melibatkan refleks neuronal susunan saraf pusat dan regulasi curah jantung. Mekanisme pengaturan tekanan
darah ini berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit. Sistem refleks neuronal yang mengatur tekanan darah bekerja melalui baroreseptor, yaitu suatu
reseptor regang yang mampu mendeteksi peregangan dinding pembuluh darah oleh peningkatan tekanan darah, dan kemoreseptor, yaitu sensor yang mendeteksi
Universitas Sumatera Utara
perubahan PO
2
, PCO
2
dan pH darah. Baroreseptor dapat dijumpai di hampir semua arteri besar yang terletak di daerah toraks dan leher. Tetapi dijumpai
terutama dalam: dinding arteri karotis interna yang terletak di atas sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Sinus karotikus adalah bagian pembuluh darah yang
paling mudah teregang. Sinyal yang dijalarkan dari setiap sinus karotikus akan melewati saraf hering yang sangat kecil ke saraf kranial ke-9 glosofaringeal dan
kemudian ke nukleus traktus solitarius NTS di daerah medula oblongata. Arkus aorta adalah bagian yang paling teregang setiap kali terjadi ejeksi ventrikel kiri.
Sinyal dari arkus aorta dijalarkan melalui saraf kranial ke-10 vagus ke dalam area yang sama di medula oblongata. Perangsangan vagus pada jantung akan
mengatur denyut, frekuensi dan kontraksi jantung. Pada keadaan normal sinus karotikus lebih berperan dalam mengendalikan tekanan darah dibanding arkus
aorta, dimana arkus aorta memiliki ambang rangsang yang lebih tinggi dibanding sinus karotikus. Baroresepor lebih banyak berespon terhadap tekanan yang
berubah cepat daripada tekanan yang menetap. Banyaknya jalur neuronal yang saling berinteraksi untuk mengatur impuls saraf otonom dipengaruhu oleh
berbagai stimulus yang mempengaruhi tekanan darah seperti: emosi takut, marah dan cemas dan stres fisik Sherwood, 2001.
Kendali kemoreseptor pada sistem kardiovaskuler mencakup kemoreseptor sentral dan perifer. Kemoreseptor sentral di medulla oblongata sensitif terhadap
PCO
2
arteri yang tinggi. Peningkatan PCO
2
arteri menstimulasi kemoreseptor sentral untuk menghambat area vasomotor yang menyebabkan aktivasi saraf
simpatis kemudia vasokontriksi pembuluh darah. Kemoreseptor perifer berperan mengendalikan ventilasi paru dan terletak dekat baroreseptor, yaitu badan karotis
Universitas Sumatera Utara
dan arkus aorta. Penurunan PO
2
arteri menstimulasi kemoreseptor untuk menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah Sherwood, 2001.
2.5.2 Pengaturan tekanan darah jangka panjang