menonton siaran televisi. Ia mengaku tidak banyak menghabiskan waktu dengan anggota keluarga yang lain. Menurut Nanang, Ia dan keluarganya biasanya hanya
sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing di rumah. Nanda mengaku bahwa Ia dan saudara-saudaranya diperlakukan sama oleh kedua orang tua mereka. Tidak ada
perlakuan yang berbeda kepada Nanda walaupun Ia bekerja di TPA Terjun. Teman-teman Nanda di sekolah tidak pernah mempermasalahkan
pekerjaannya yang sebagai pemulung di TPA terjun. Menurut Nanda banyak juga teman sekolahnya yang menjadi pemulung. Bahkan beberapa sudah tidak
melanjutkan sekolah.
4.2.1.7 Galut Simbolon
Galut Simbolon merupakan salah satu dari anak-anak pemulung yang bekerja di TPA Terjun. Saat ini Galut berusia 14 tahun. Ia merupakan anak ketiga
dari tiga tiga bersaudara. Orang tua Galut juga bekerja sebagai pemulung. Galut juga merupakan salah satu anak yang putus sekolah. Ia hanya bersekolah sampai
kelas 6 enam SD. Galut tidak melanjutkan sekolah sampai ke SMP karena tidak ada keinginan dari dirinya untuk bersekolah lebih tinggi. Baginya dapat mencari
uang dari hasil memulung saja sudah cukup. Menurut Galut, orang tuanya biasa- biasa saja walaupun Galut lebih memilih bekerja daripada sekolah.
Galut bekerja karena kemauan sendiri dan tidak dilarang oleh orang tuanya. Galut mengaku tidak mengetahui berapa jumlah pendapatannya dari hasil
Universitas Sumatera Utara
mengumpulkan barang bekas karena orang tuanya yang menjualkan barang bekas tersebut. Setiap hari Ia hanya diberikan uang saku senilai Rp 20.000,00. Galut mulai
bekerja setiap hari sejak pukul 09.00 sampai dengan pukul 22.00. Sebelum bekerja di TPA Terjun, Galut bekerja di TPA Namo Bintang sekitar 4 tahun. Ia pindah
karena TPA Namo Bintang sudah ditutup akibat pencemaran lingkungan. Galut tinggal di daerah Pancur Batu dan setiap hari menghabiskan waktu untuk bekerja di
TPA Terjun. Ia tidak melanjutkan sekolah karena merasa lebih menguntungkan bekerja dan mendapatkan uang dari hasil pekerjaannya. Saat istirahat Ia habiskan
dengan mengobrol bersama para pemulung lain yang kebanyakan adalah pemulung dewasa. Bahkan saat berada di TPA Terjun, Galut hanya bermain dengan seorang
teman sebayanya yang juga berasal dari Pancur Batu. Ia bekerja secara santai bersama temannya tersebut. Galut mengaku tidak pernah dilarang oleh pegawai
dinas kebersihan saat bekerja di TPA. Ia juga tidak pernah berinteraksi dengan pegawai dinas kebersihan selama berada di TPA Terjun. Bahkan Galut tidak
mengenal sama sekali pegawai Dinas Kebersihan yang bekerja di TPA Terjun. Galut merasa pegawai Dinas Kebersihan tidak perduli sama sekali kepada para
pemulung yang bekerja di TPA Terjun. Menurut Galut, orang tuanya tidak membedakan bedakan Galut dengan
saudaranya yang lain. Meskipun Galut bekerja, Ia tidak merasa mendapat perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Galut dan orang tuanya juga menghabiskan waktu
bersama saat membersihkan barang-barang bekas yang telah didapatkan. Pada akhirnya barang-barang tersebut akan bernilai lebih tinggi jika dibersihkan daripada
Universitas Sumatera Utara
jika barang-barang tersebut dalam keadaan kotor. Meskipun demikian, Galut juga terkadang tidak membantu orang tuanya membersihkan barang-barang bekas yang
Ia dapatkan karena terlalu lelah saat bekerja. Pada saat itu Galut akan tidur lebih cepat dari biasanya.
Galut juga beretemu dengan para pemulung lain yang jauh lebih tua darinya. Galut mengaku sering mendengarkan pembicaraan para pemulung dewasa tersebut.
Menurut Galut tanpa sengaja cara bicara Galut pun mengikuti cara orang dewasa tersebut berbicara dengan orang lain.
4.2.1.8 Jesaya Situmorang