Panji Nanang Profil Informan 1 Informan Kunci

teman sekolahnya. Akan tetapi jika teman-temannya tahu, tidak akan menjadi masalah bagi Sari. Sari mengungkapkan bahwa keluarganya jarang memiliki waktu khusus untuk berkumpul bersama. Orang tua dan abang Sari lebih banyak menghabiskan waktu dengan membersihkan barang bekas yang mereka dapatkan dibandingkan dengan menyisihkan waktu berkumpul dengan keluarga saat berada di rumah. Sari juga terkadang membantu mereka, namun Ia lebih sering belajar di kamarnya atau sekedar beristirahat sambil menonton televisi.

4.2.1.4 Panji

Panji merupakan remaja berusia 13 tahun yang putus sekolah. Ia sudah bekerja sebagai pemulung di TPA Terjun selama 1 satu tahun terakhir. Pendapatan Panji dipegang langsung oleh orang tuanya untuk mencukupi biaya kehidupan keluarga. Ia merupakan anak kedua dari 7 tujuh bersaudara. Panji bekerja karena disuruh oleh orang tuanya. Ia juga tidak menolak jika disuruh bekerja. Panji tidak melanjutkan sekolah karena kelemahannya dalam hal belajar. Ia pernah bersekolah beberapa tahun, namun Ia tidak bisa mengikuti pelajaran. Akhirnya orang tua Panji menyerah untuk menyekolahkan anaknya. Ayah Panji juga bekerja sebagai pemulung di TPA tersebut. Sedangkan ibunya hanya di rumah karena menderita beberapa penyakit. Universitas Sumatera Utara Dinas kebersihan tidak pernah melarang Panji untuk bekerja di TPA Terjun. Panji juga tidak pernah mengenal pegawai Dinas Kebersihan. Hal ini karena Panji tidak pernah berinteraksi secara langsung dengan para pegawai dinas kebersihan. Selain itu Panji juga tidak pernah berinteraksi secara langsung dengan siapapun kecuali ayahnya. Panji tidak memiliki kegiatan lain selain menjadi pemulung. Maka saat berada di rumah, Panji dan ayahnya menghabiskan waktu dengan membersihkan barang bekas temuan mereka sebelum di jual. Panji dan keluarganya tidak pernah menyediakan waktu luang khusus untuk lebih akrab.

4.2.1.5 Nanang

Nanang merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Nanang saat ini berusia 16 tahun. Ia hanya bersekolah sampai di bangku SMP dan tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Sampai saat ini, Ia sudah bekerja selama 1 satu tahun di TPA Terjun. Pendapatan Nanang sebesar Rp 50.000,00 setiap harinya. Orang tua Nanang tidak mengetahui dan tidak turut campur tangan dengan pendapatan nanang saat ini. Nanang menggunakan pendapatannya sendiri untuk menyelesaikan pembayaran kredit sepeda motornya. Adiknya juga bekerja sebagai pemulung. Nanang bekerja di TPA Terjun karena orang tuanya pernah menderita sakit paru- paru sehingga tidak mampu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu orang tua Nanang tidak melarangnya bekerja walaupun usianya masih di Universitas Sumatera Utara bawah 18 tahun. Setelah orang tuanya sembuh Nanang merasa betah bekerja di TPA Terjun. Orang tua Nanang bekerja sebagai tukang bangunan. Setiap hari Nanang bekerja sejak pukul 08.00 sampai dengan pukul 18.00. Saat istirahat Ia habiskan untuk mengobrol dengan para pemulung lainnya dan supir-supir truk pengangkut sampah. Pegawai dinas kebersihan tidak pernah melarang Nanang bekerja di TPA. Nanang juga tidak mengenal pegawai dinas kebersihan dan tidak pernah berbicara secara langsung dengan mereka. Akan tetapi Ia tidak boleh bekerja terlalu dekat dengan truk sampah dan alat berat saat menurunkan sampah. Jika terjadi kecelakaan saat bekerja tidak akan ada santunan dari dinas kebersihan, melainkan menjadi tanggungan sendiri. Dinas kebersihan juga tidak pernah memberikan bantuan kepada para pemulung selama Nanang bekerja di TPA Terjun. Nanang mengaku tidak mengenal semua pemulung yang ada di TPA Terjun. Ia hanya mengenal beberapa orang yang sering bekerja di sekitarnya. Nanang mengaku setelah bekerja di TPA Terjun, cara berbicaranya lebih bebas dan lebih dewasa. Hal ini dianggapnya karena banyak bertemu dengan orang dewasa di TPA Terjun. Selain itu, Nanang mengaku sudah mulai berpacaran karena sering mendengar pembicaraan para pemulung dewasa. Setiap hari Nanang bekerja bersama adiknya dan saudara sepupunya. Nanang mengaku bahwa mereka bekerja dengan cara yang santai. Mereka pun tidak pernah ada perselisihan dan persaingan saat bekerja, bahkan dengan pemulung yang lain. Nanang mengaku tidak melanjutkan sekolahnya karena sudah merasa nyaman dengan bekerja dan mendapatkan uang hasil pekerjaannya sendiri. Ia setiap Universitas Sumatera Utara hari hanya menghabiskan waktu dengan bekerja sebagai pemulung. Saat berada di rumah, Nanang dan adiknya menghabiskan waktu dengan membersihkan barang bekas temuan mereka masing-masing sambil sesekali mengobrol. Ketika waktu luang Nanang hanya beristirahat sambil memainkan telfon genggangnya.

4.2.1.6 Nanda