Tata Cara Gadai Sawah Petani Desa Simpar

b. Setelah luas sawah, besar pinjaman, dan lama perjanjian disepakati, maka penerima gadai menyerahkan pinjaman uang kepada penggadai. c. Penggadai secara otomatis mengizinkan penerima gadai untuk menggarap sawahnya sesuai dengan waktu yang disepakati. d. Penerima gadai menggarap sawah hingga penggadai bisa mengembalikan pinjamannya. e. Penggadai membayar seluruh utangnya kepada penerima gadai jika telah mampu. f. Penerima gadai menyerahkan sawah untuk digarap kembali oleh penggadai. Contoh penggadai sawah biasa adalah ibuTati, ia menggadaikan sawahnya kepada bapak Dimyati seluas 1 ha dan menerima pinjaman sebesar Rp.70.000.000,- dengan perjanjian selama2 tahun. Akad ini baru berjalan selama 7 bulan dan sawah digarap oleh bapak Dimyati serta seluruh hasilnyadinikmati olehnya. 5 Contoh penerima gadai biasa adalah bapak Suhendi, ia menggarap sawah seluas 350 bata 4900 m 2 6 , dan meminjamkan uang kepada bapak Sanusi sebesar Rp. 44.000.000,-akad ini sudah berjalan selama 7 tahun,karena bapak Sanusi belum bisa membayar utangnya. 7 5 Wawancara Pribadi dengan Tati. Subang, 2 Februari 2015. 6 Observasi dilakukan pada 4 Februari 2015, Pukul 10.00 7 Wawancara Pribadi dengan Suhendi. Subang, 3 Februari 2015. Contoh penerima gadai biasa lain adalah bapak Winata, ia menggarap sawah seluas 150 bata 2100 m 2 8 , dan meminjamkan uang kepada bapak Atang sebesar Rp. 31.000.000,- akad ini sudah berjalan selama 6 bulan. 9 2. Gadai gantung Gadai gantung adalah akad gadai dimana penggadai pemilik sawah meminjam uang kepada penerima gadai dengan perjanjian sawah tetap digarap oleh penggadai dan setiap tahun penggadai harus membayar uang sewa kepada penerima gadai atas dasar asumsi bahwa penerima gadai menyewakan sawah kepada penggadai yang nilainya telah disepakati sebelumnya sampai penggadai bisa membayar pokok pinjamannya. Jika penggadai tidak mampu membayar uang sewa kepada penerima gadai, maka sawah diambil alih digarap oleh penerima gadai sampai penggadai bisa membayar uang sewa. Perjanjian awal umumnya disepakati 1tahun. 10 Berikut adalah ilustrasi mekanisme gadai gantung : 8 Observasi dilakukan pada 4 Februari 2015, Pukul 14.00 9 Wawancara Pribadi dengan Winata. Subang, 3 Februari 2015. 10 Wawancara Pribadi dengan Jaeni. Subang, 27 Januari 2015 Ilustrasi 4.2 Gadai sawah gantung b. Memberi pinjaman uang f. Membayar utang g. Menerima pembayaran a. Meminjam uang e. Menerima uang sewa c. Menggarap sawah d. Membayar uang sewa Keterangan : a. Penggadaiorang kepercayaanya dating kepada calon penerima gadai menyampaikan maksudnya untuk meminjam uang dengan jaminan sawah gadai sawah. b. Setelah luas sawah, besar pinjaman, dan lama perjanjian disepakati, maka penerima gadai menyerahkan pinjaman uang kepada penggadai. c. Penggadai tetap menggarap sawah miliknya. Utang Penerima Gadai Sawah Penggadai Uang Sewa d. Penggadai menyerahkan uang sewa tahun pertama kepada penerima gadai dipotong dari pinjaman dan selanjutnya membayar uang sewa setiap tahun hingga ia bisa mengembalikan pinjamannya. e. Penerima gadai menerima pembayaran uang sewa. f. Penggadai membayar seluruh utangnya kepada penerima gadai jika telah mampu. g. Penerima gadai menerima pembayaran utang tersebut dan secara otomatis hilanglah kewajiban penggadai untuk membayar uang sewa setiap tahun. Contoh penerima gadai gantung adalah bapak Ugan Suganda, ia meminjamkan uang kepada bapak Cecep sebesar Rp. 350.000.000,- dengan jaminan sawah seluas 3,5 bau 2,45 hatetapi hanya menyerahkan pinjaman sebesar Rp. 280.000.000,- karena Rp. 70.000.000,-nya dianggap sebagai uang sewa tahun pertama yang harus dibayar tunai oleh bapak Cecep kepadanya. Maka selamabapak Cecep belum bisa membayar pokok hutangnya, setiap tahun ia harus membayar uang sewa sebesar Rp. 70.000.000,-. Jika bapak Ceceptidak bisa membayar uang sewa, maka sawah digarap oleh bapak Ugan Suganda sampai ia bisa membayar uang sewa. Akad gadai berakhir jika bapak Cecep bisa membayarseluruh pinjamannya yaitu Rp. 350.000.000,-. 11

D. Pendapat Tokoh Agama

Berikut hasil wawancara penulis dengan tokoh agama mengenai pandangannya terhadap praktik gadai sawah yang sering dilaksanakan para petani desa Simpar: 1. Gadai biasa Ketua MUI Desa Simpar menyatakan kurang setuju terhadap praktik gadai ini, karena jika mengacu pada hukum Islam pada prinsipnya barang yang digadaikan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima gadai, adapun barang gadai tertentu boleh dimanfaatkan dengan syarat ada izin dari penggadai. Walaupun dalam akad gadai biasa ini rukunnya terpenuhi dan penggadai mengizinkan penerima gadai untuk menggarap sawahnya tanpa batasan waktu, akan tetapi izin tersebut dinilai sebagai izin terpaksa tuntutan, karena jika ia tidak mengizinkan penerima gadai menggarap sawahnya maka ia tidak akan mendapat pinjaman. 2. Gadai gantung Menurut ketua MUI Desa Simpar akad ini jelas tidak diperbolehkan. Karena barang yang ada dalam gadaian disewakan lagi kepada pemiliknya, hal ini bertentangan dengan tabiat akad gadai itu sendiri. Bahkan kadang ada masyarakat yang melakukan akad gadai ini sawahnya tidak adasamar, 11 Wawancara Pribadi dengan Ugan Suganda. Subang, 4 Februari 2015. ia hanya ingin meminjam uang dengan hillah gadai dan rela membayar uang sewa setiap tahun. Akad gadai sawah yang sering dilakukanpetani desa Simpar memang menjadi permasalahan karena ketidaksesuaiannya dengan hukum Islam dan cenderung merugikan penggadai. Hal ini juga pernah di-bahtsul masa`il-kan di MUI tingkat Kabupaten Subang, namun mayoritas ulama masih membolehkan akad gadai biasa, karena jika dilihat secara syarĘ» i masih ada izin dari penggadai. 12 Adapun saran tokoh agama terhadap praktik gadai sawah yang sering dilakukan petani desa Simpar adalah: 1. Perjanjian sebaiknya dilakukan secara tertulis. 2. Barang yang sudah digadaikan hendaknya tidak digadaikandisewakan kembali. 3. Perjanjian yang telah dibuat oleh penggadai dan penerima gadai hendaknya tidak dilanggar. 4. Barang gadaian hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 5. Barang gadaian hendaknya milik sah penggadai. 6. Untuk barang jaminan sawah, lebih baik menggunakan akad sewa. 13 12 Wawancara Pribadi dengan Humaedi. Subang, 2 Februari 2015. 13 Wawancara Pribadi dengan Mursyid Shobandi. Subang, 2 Februari 2015.

E. Analisis Fikih Muamalah terhadap Praktik Gadai Sawah Petani Desa Simpar

1. Tujuan Akad

Gadai sawah di kalangan petani desa Simpar biasanya dilakukan dalam hal qard pinjaman uang. Tujuannya ada yang bersifat produktif misalnya untuk membeli sawah seperti yang dilakukan oleh ibu Tati, ada pula yang bersifat konsumtif misalnya untuk biaya kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak, hingga renovasi rumah seperti yang dilakukan oleh bapak Saepudin.Tujuan-tujuan tersebut dibenarkan dalam perspektif fikih muamalah, karena tidak terdapat hal-hal yang diharamakan oleh Allah SWT.

2. Lama Waktu Perjanjian

Kesepakatan waktu akad gadai sawah yang menjadi budaya di desa Simpar adalah 1 tahun. Dalam akad gadai biasa, selama 1 tahun tersebut penerima gadai bisa menggarap sawah dan setelah itu penggadai harus membayar utangnya. Namun jika penggadai belum bisa membayar utang, maka penerima gadai melanjutkan penggarapan sawah hingga penggadai bisa membayar utangnya. Begitu pula dalamakad gadai gantung, jika dalam tempo 1 tahun penggadai belum bisa membayar utangnya, maka penggadai harus terus membayar uang sewa kepada penerimagadai hinggaia bisa mengembalikan pokok pinjamannya kepada penerima gadai. Hal ini tidak dibenarkan dalam perspektif fikih muamalah karena terdapat ketidakjelasan gharar dalam waktu yang disepakati untuk penggarapan sawah dan pembayaran uang sewa.

3. Rukun dan Syarat

Dari segi rukun, praktik gadai sawah petani desa Simpar sudah sesuai dengan konsep fikih muamalahbaik dalam akad gadai biasa maupun gadai gantung. Karenaada penggadai, penerima gadai, ijab kabul, utang, dan harta yang dijadikan jaminan. Adapun dari segi syarat, kesesuaiannya dapat diuraikan sebagai berikut: a. Syarat terkait orang yang berakad sudah terpenuhikarena para pelaku gadaimemiliki kecakapan hukum balig dan berakal. b. Syarat yang berkaitan dengan sighat tidak terpenuhi karena dalam perjanjian gadai biasa disyaratkan penerima gadai harusmenggarap sawah dan menikmati seluruh hasilnya. Begitu pula dalam gadai gantung, disyaratkan penggadai harus membayar uang sewa kepada penerima gadai. Hal ini bertentangan dengan tabiat akad gadai karena hak kepemilikan sawahtetap ada pada penggadai, dan penerima gadai tidak berhak menggarapnya sebab sawah bukanlah sejenis kendaraanhewan tunggangan yang membutuhkan biaya pemeliharaan. Penerima gadai juga tidak berhak menyewakannya karena bukan milik sahnya mengingatsalah satu syarat barang yang