Resiko Kerusakan Barang Gadai Penjualan Barang Gadai

ٍﻞ ِﺗ ﺎ َﻘ ُﻣ ُﻦ ْﺑ ُﺪ ﱠﻤ َﺤ ُﻣ ﺎ َﻨ َﺛ ﱠﺪ َﺣ : ك َر ﺎ َﺒ ُﻤ ْﻟ ا ِﻦ ْﺑ ِﷲ ُﺪ ْﺒ َﻋ ﺎ َﻧ َﺮ َﺒ ْﺧ َأ : : ِﷲ ُل ْﻮ ُﺳ َر َل ﺎ َﻗ ﱠﻠَﺻ ﻰ : ُﺔ َﻘ َﻔ ﱠﻨ ﻟ ا Artinya:“Muhammad bin Muqatil menyampaikan kepada kami dari Abdullah bin al-Mubarak yang mengabarkan dari Zakaria, dari al-Syaʻ bi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hewan yang sedang digadaikan boleh ditunggangi sebagai imbalan atas biaya pemeliharaan yang dikeluarkan. Hewan yang sedang digadaikan boleh diminum susunya sebagai imbalan atas biaya pemeliharaan yang dikeluarkan. Setiap yang menunggangi hewan gadaian dan meminum susunya harus mengeluarkan biaya pemeliharaan.” HR. Bukhari 26 4 Ulama Hanabilah Ulama Hanabilah berpendapat seperti ulama Hanafiyyah, yaitu tidak boleh bagi penggadai memanfaatkan barang gadai kecuali dengan izin atau persetujuan penerima gadai.Kemanfaatan barang gadai dibiarkan dan tidak diambil-meskipun itu dibenci oleh agama-apabila penggadai dan penerima gadai tidak bersepakat atas diizinkannya penggadai memanfaatkan barang gadai.Pendapat ini juga didasarkan atas kaidah bahwa semua kemanfaatan, perkembangan, dan hal-hal yang dihasilkan oleh barang gadai ikut tergadaikan. 27 b. Pengambilan manfaat oleh penerima gadai Berikut pendapat beberapa ulama mengenai pengambilan manfaat 26 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, h.567. 27 Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.192. barang gadai oleh penerima gadai: 1 Ulama Hanafiyyah Menurut Ulama Hanafiyyah penerima gadai tidak boleh memanfaatkan barang gadai kecuali dengan izin penggadai.Karena penerima gadai hanya memiliki hak al-habsu saja bukan memanfaatkan.Dan apabila penggadai memberi izin kepada penerima gadai, sebagian ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa penerima gadai boleh memanfaatkan barang gadai secara mutlak. Sebagian lagi melarangnya secara mutlak, karena hal itu sama dengan riba atau mengandung kesyubhatan riba, sedangkan izin atau persetujuan tidak bisa menghalalkan riba dan sesuatu yang mengandung syubhat riba. Dan sebagiannya lagi mengklasifikasi apabila di dalam akad disyaratkan penerima gadai boleh memanfaatkan barang gadai, maka tidak bolehkarena itu adalah riba. Namun jika tidak disyaratkan di dalam akad, maka boleh karena hal itu berarti adalah tabarru` derma dari penggadai untuk penerima gadai. 2 Ulama Malikiyyah Ulama Malikiyyah mengklasifikasi apabila utang dikarenakan akad jual beli atau sejenisnya akad pertukaran dan penggadai mengizinkan kepada penerima gadai untuk memanfaatkan barang gadai atau penerima gadai mensyaratkan ia boleh memanfaatkan barang gadai, maka hal itu diperbolehkan