gadai tersebut tidak sah, karena adanya tempo waktu. Akad jual belinya juga tidak sah karena digantungkan pada masa ada taʻ liqnya
25
.
10. Pengambilan Manfaat atas Barang Gadai
a. Pengambilan manfaat oleh penggadai Berikut pendapat beberapa ulama mengenai pengambilan manfaat
barang gadai oleh penggadai: 1 Ulama Hanafiyyah
Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa penggadai tidak boleh memanfaatkan barang gadai kecuali atas izin penerima gadai.
Karena al-habsu adalah tertetapkan untuk penerima gadai secara terus menerus yang berarti peggadai dilarang mengambil kembali
barang gadai. Namun jika pemanfaatan terhadap barang gadai tidak sampai melepaskan pemegangan penerima gadai terhadap barang
gadai, maka diperbolehkan. 2 Ulama Malikiyyah
Ulama Malikiyyah menetapkantidak boleh bagi penggadai memanfaatkan barang gadai.Mereka juga menetapkan bahwa
apabila penerima gadai memberikan izin kepada penggadai maka akad gadai menjadi batal. Karena pemberian izin tersebut dalam hal
ini dianggap sebagai bentuk pelepasan hak penerima gadai terhadap barang gadai.
25
Imam Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Kifâyatul Akhyâr fî Halli Ghâyatil Ikhtishâr, jilid II, cet. I, Penerjemah Achmad Zaidun dan A. Maʻ ruf Asrori Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset,
1997, h. 64.
Namun dikarenakan kemanfaatan-kemanfaatan barang gadai adalah milik penggadai, maka ia boleh menjadikan penerima
gadai sebagai wakilnya dalam memanfaatkan barang gadai untuk dirinya, agar kemanfaatan-kemanfaatan barang gadai tidak tersia-
siakan. Oleh karena itu, menurut sebagian ulama Malikiyyah apabila penerima gadai ternyata menyia-nyiakan kemanfaatan
barang gadai, maka ia menanggung denda biaya sewa standar selama penyia-nyiaan tersebut. Karena berarti dia telah merugikan
penggadai. Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa penerima gadai tidak menanggung denda, karena ia memang tidak
berkewajiban memanfaatkan barang gadai untuk kepentingan penggadai. Sedangkan sebagian ulama lainnya lagi mengatakan
bahwa penerima gadai menanggung denda kecuali jika penggadai mengetahui bahwa dirinya diperbolehkan memanfaatkan barang
gadai dengan cara seperti di atas, namun ia tidak mengingkari penyia-nyiaan yang dilakukan penerima gadai tersebut.
3 Ulama Syafiʻ iyyah Ulama Syafiʻ iyyah mengatakan bahwa penggadai boleh
memanfaatkan barang gadai dengan semua bentuk pemanfaatan yang tidak menyebabkan berkurangnya barang gadai. Karena
kemanfaatan barang gadai, perkembangan, dan apa-apa yang dihasilkan oleh barang gadai adalah milik penggadai dan statusnya
tidak ikut terikat dengan utang.Hal tersebut didasarkanpada hadits: