Bertambahnya Barang Gadai Gadai dalam Perspektif Fikih Muamalah 1. Pengertian
Namun dikarenakan kemanfaatan-kemanfaatan barang gadai adalah milik penggadai, maka ia boleh menjadikan penerima
gadai sebagai wakilnya dalam memanfaatkan barang gadai untuk dirinya, agar kemanfaatan-kemanfaatan barang gadai tidak tersia-
siakan. Oleh karena itu, menurut sebagian ulama Malikiyyah apabila penerima gadai ternyata menyia-nyiakan kemanfaatan
barang gadai, maka ia menanggung denda biaya sewa standar selama penyia-nyiaan tersebut. Karena berarti dia telah merugikan
penggadai. Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa penerima gadai tidak menanggung denda, karena ia memang tidak
berkewajiban memanfaatkan barang gadai untuk kepentingan penggadai. Sedangkan sebagian ulama lainnya lagi mengatakan
bahwa penerima gadai menanggung denda kecuali jika penggadai mengetahui bahwa dirinya diperbolehkan memanfaatkan barang
gadai dengan cara seperti di atas, namun ia tidak mengingkari penyia-nyiaan yang dilakukan penerima gadai tersebut.
3 Ulama Syafiʻ iyyah Ulama Syafiʻ iyyah mengatakan bahwa penggadai boleh
memanfaatkan barang gadai dengan semua bentuk pemanfaatan yang tidak menyebabkan berkurangnya barang gadai. Karena
kemanfaatan barang gadai, perkembangan, dan apa-apa yang dihasilkan oleh barang gadai adalah milik penggadai dan statusnya
tidak ikut terikat dengan utang.Hal tersebut didasarkanpada hadits:
ٍﻞ ِﺗ ﺎ َﻘ ُﻣ ُﻦ ْﺑ ُﺪ ﱠﻤ َﺤ ُﻣ ﺎ َﻨ َﺛ ﱠﺪ َﺣ :
ك َر ﺎ َﺒ ُﻤ ْﻟ ا ِﻦ ْﺑ ِﷲ ُﺪ ْﺒ َﻋ ﺎ َﻧ َﺮ َﺒ ْﺧ َأ :
: ِﷲ ُل ْﻮ ُﺳ َر َل ﺎ َﻗ
ﱠﻠَﺻ ﻰ
:
ُﺔ َﻘ َﻔ ﱠﻨ ﻟ ا Artinya:“Muhammad bin Muqatil menyampaikan kepada kami
dari Abdullah bin al-Mubarak yang mengabarkan dari Zakaria, dari al-Syaʻ bi dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Hewan yang sedang digadaikan boleh ditunggangi sebagai imbalan atas biaya
pemeliharaan yang dikeluarkan. Hewan yang sedang digadaikan boleh diminum susunya sebagai imbalan atas
biaya pemeliharaan yang dikeluarkan. Setiap yang menunggangi hewan gadaian dan meminum susunya
harus
mengeluarkan biaya
pemeliharaan.” HR.
Bukhari
26
4 Ulama Hanabilah Ulama Hanabilah berpendapat seperti ulama Hanafiyyah,
yaitu tidak boleh bagi penggadai memanfaatkan barang gadai kecuali dengan izin atau persetujuan penerima gadai.Kemanfaatan
barang gadai dibiarkan dan tidak diambil-meskipun itu dibenci oleh agama-apabila penggadai dan penerima gadai tidak bersepakat atas
diizinkannya penggadai memanfaatkan barang gadai.Pendapat ini juga didasarkan atas kaidah bahwa semua kemanfaatan,
perkembangan, dan hal-hal yang dihasilkan oleh barang gadai ikut tergadaikan.
27
b. Pengambilan manfaat oleh penerima gadai Berikut pendapat beberapa ulama mengenai pengambilan manfaat
26
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, h.567.
27
Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.192.