Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui hasil dari membaca kritis melalui artikel siswa kelas VIII SMP Pelita Harapan, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi guru dalam penerapan teknik metode inquiry sebagai upaya meningkatkan membaca artikel.

F. Manfaat Penelitian

Semua hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait secara khusus. Manfaat penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang terlibat dalam pembelajaran. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang peningkatan membaca kritis siswa terhadap artikel dan membantu guru bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca kritis artikel. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1 Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar 2 Meningkatkan gairah belajar siswa 3 Melatih siswa agar lebih kreatif dan mandiri dalam belajar menyelesaikan masalah-masalah belajar sehingga dapat meningkatkan sikap positif siswa untuk berpikir runtut, kritis, dan sistematis dalam usaha pemecahan masalah. 4 Memperoleh prestasi atau hasil belajar yang bagus . b. Bagi Sekolah 1 Dapat memberikan dorongan semangat yang positif dalam proses belajar mengajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada membaca kritis melalui artikel. 6 2 Dapat mengetahui presentase kemampuan siswa dalam membaca kritis artikel dengan metode inquiry sehingga pihak sekolah dapat memperbaiki sistem proses belajar mengajar yang lebih baik. c. Bagi Peneliti 1 Dapat mengetahui masalah-masalah dalam kelas terkait dengan materi membaca kritis dan dapat memecahkan masalah tersebut dengan metode pembelajaran yang lebih aktif dan menarik perhatian siswa. 2 Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji. 7

BAB II KERANGKA TEORITIK

A. Hakikat Membaca Kritis Artikel

1. Membaca

Proses melisankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis; penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar, atau sebagai proses pengolahan bahasa; 1 proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual; dan, tidak mungkin ada pengertian yang baku, yang ada hanya ragam pengertian yang umum popular ke pengertian yang teknis ilmiah 2 pengertian yang sangat sempit ke pengertian yang sangat luas, dan 3 pengertian yang tanpa dasar ke pengertian yang secara kaku berdasarkan suatu teori membaca tertentu. Pengertian membaca Tarigan menyebutkan bahwa. “Membaca merupakan suatu upaya yang dilakukan pembaca dalam memperoleh suatu pesan atau informasi yang ada di dalam suatu bacaan yang ingin disampaikan oleh penulis melalu kata- kata. Dalam penyampaian suatu pesan, penulis menggunakan media kata-kata atau bahasa tulis. Pesan yang disampaikan bisa informasi dan gagasan”. 1 Pengajaran keterampilan berbahasa bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan pembaca untuk mendapatkan pesan yang disampaikan oleh penulis. Melalui media kata-kata atau bahasa tulis terdapat makna yang tersirat dan makna tersurat, dan apabila pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca tidak dimengerti,atau tidak sampai kepada pembaca maka proses membaca dianggap gagal. Hal ini penting adanya, karena pesan yang ingin disampaikan penulis merupakan suatu yang penting yang biasanya dinginkan oleh pembaca. 1 Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008, h. 7. 8 “Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa siswa berikut tingkat pembelajarannya ” 2 . Membaca biasanya bisa dikatakan rumit, karena memerlukan banyak keterampilan untuk memahami suatu bacaan. Para pengajar bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa “membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan kata lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: 1. pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; 2. korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; 3. hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning 3 ” “ Dari segi linguistik, “membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi a recording and decoding prosess, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian encoding. Sebuah aspek pembacaan sandi decoding adalah menghubungkan kata-kata tulis written world dengan makna bahasa lisan oral language meaning yang mencakup pengubahan tulisancetakan menjadi bunyi yang bermakna 4 ”. Menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Pembaca tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya. “Menurut Klen, dkk, dalam Rahim mengemukakan definisi membaca mencakup : a. Membaca merupakan suatu proses maksudnya informasi dari teks dan 2 Subana dan Sunarti , Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, h.222. 3 Hendry Guntur Tarigan. op.cit. ,h.11. 4 Ibid., h. 7.