Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

mencapai 14,38 dari total pembiayaan industri perbankan syariah di Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM 13,46 dan Bank Mega Syariah 0,70, sedangkan 71,46 lainnya merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah, Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah Lampiran 4. Berdasarkan laporan keuangan BMI 2010, pembiayaan BMI terus mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57 per triwulan dalam kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 Lampiran 5. Dari kegiatan pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain, potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank syariah besar dengan visi “Bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional” harus terus berusaha meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan, dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia perbankan Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan 4 signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan dalam Non Performing Financing NPF. Tingginya nilai NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia? 2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia? 3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank Muamalat Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank Muamalat Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. 3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank Muamalat Indonesia. 4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank Muamalat Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian