2.2. Bank Syariah
2.2.1. Definisi Bank Syariah
Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam Siamat, 2004.
Menurut Karim 2003, dalam kegiatan operasionalnya, bank syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan,
memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat 2007,
menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebajikan.
2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah
Menurut Muhammad dalam Darajat 2007, hal-hal yang harus dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah
dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Unsur riba tersebut dihindari dengan cara: 1 Menghindari
penggunaan sistem
yang menetapkan
keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti. 2 Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan
biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara
otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.
3 Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan
memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. 4 Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela.
Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur
organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja Antonio, 2001.
a Akad dan Aspek Legalitas Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank
syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti hal-
hal berikut: a. Rukun,
mencakup penjual, pembeli, barang
yang dipertukarkan, harga, dan akad ijab kabul.
b. Syarat, seperti: 1 Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas
barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
2 Harga barang dan jasa harus jelas. 3 Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi. 4 Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki dan dikuasai.
b Struktur Organisasi Unsur yang paling membedakan antara bank syariah
dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas 9
Syariah DPS pada bank syariah, yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan
untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS
dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan
Syariah Nasional. c Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam
perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai
berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram? Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat?
Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? Antonio, 2001.
d Lingkungan Kerja dan Corporate Culture Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah
harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh. Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip
keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus
mengikuti syariat Islam Antonio, 2001. Tabel 3 menunjukkan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional
Bank Syariah Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi
yang halal saja Investasi yang halal dan
haram Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa Memakai perangkat bunga
Profit dan falah oriented Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan
Hubungan dengan nasabah adalah hubungan debitur-
kreditur Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa DPS
Tidak ada dewan sejenis
Sumber: Antonio, 2001
2.3. Pembiayaan Bank Syariah