Keuangan Pengendalian Internal Internal Control Kebijakan Pemerintah

Keuntungan yang diperoleh bank adalah pendapatan dari pembiayaan yang kemudian dibagi dua dengan penabung berdasarkan nisbah bagi hasil di awal perjanjian. Di samping itu, bank perlu memberikan bagi hasil yang kompetitif guna menjaga loyalitas penabung agar tidak beralih kepada bank lain dalam menginvestasikan dananya. Ketidakmampuan peminjam membayar kembali pinjamannya akan meningkatkan risiko pembiayaan. Oleh karenanya, kebijakan dan prosedur yang tepat terkait penetapan jangka waktu pengembalian dan penetapan nisbah bagi hasil disesuaikan dengan kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran kembali. Hal ini membantu bank mengelola risiko pembiayaan sehingga mengurangi kerugian akibat risiko tersebut.

d. Keuangan

Kemampuan keuangan BMI berhubungan dengan kemampuan dalam mencadangkan sejumlah uang cadangan penghapusan piutang ragu-ragu untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat peminjam gagal bayar. Cadangan penghapusan piutang ragu- ragu harus mampu menutupi kemungkinan kerugian yang akan dihadapi oleh BMI secara efisien dan efektif. Dana yang dicadangkan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu mewajibkan bank untuk membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Tetap PPAP terhadap pembiayaan yang disalurkan dengan ketetapan sebagai berikut: Tabel 9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas. Kualitas Pembiayaan Minimum PPAP Lancar 1 x pembiayaan lancar Dalam Perhatian Khusus 5 x Pembiayaan DPK Kurang Lancar 15 x Pembiayaan KL – agunan Diragukan 50 x Pembiayaan D – agunan Macet 100 x Pembiayaan M – agunan Sumber: PBI No.822006 Selama periode 2007-2010, persentase rata-rata CAR yang dimiliki BMI yaitu sebesar 11,48 atau berada di atas nilai minimal CAR yang harus dimiliki oleh bank berdasarkan ketetapan BI yaitu 8. Hal ini menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat gagal bayar, sehingga dapat meminimalisasi risiko pembiayaan yang terjadi.

e. Pengendalian Internal Internal Control

Internal control atau pengendalian internal adalah suatu bentuk pengendalian terhadap masing-masing faktor yang menyebabkan timbulnya risiko pembiayaan. Pengendalian internal ini berupa pengawasan aktif oleh Branch Risk Control Officer BRCO pada masing-masing cabang yang menilai kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi manajemen risiko. Dengan dilakukan Internal control maka bank dapat menfilterisasi sejak awal terjadinya risiko pembiayaan sehingga dapat mengurangi kemungkinan kerugian akibat risiko tersebut.

2. Eksternal Perusahaan

a. Kebijakan Pemerintah

Ketentuan dan tata cara tentang lembaga keuangan perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bank syariah pun secara khusus diatur dalam UU No 23 tahun 2008 dan PP No 72 tahun 1992, sehingga perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Dalam praktiknya, manajemen risiko BMI mengacu pada kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia PBI, diantaranya adalah PBI No.1125PBI2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, PBI No1207PBI2010 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, dan PBI 62 No.1015PBI2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengelolaan risiko bagi perbankan syariah dengan dibentuknya regulasi manajemen risiko perbankan syariah secara tersendiri. Dengan diberlakukannya regulasi tersebut, membantu BMI menyehatkan dan memperbaiki pengelolaan risiko yang memiliki variasi akad untuk produk pembiayaannya sehingga kerugian akibat risiko tersebut dapat diminimalisasi.

b. Peminjam