dimana setiap informasi yang diperoleh dari gelandangan dan pengemis dapat dijaga kerahasiaannya sebaik mungkin, terkecuali digunakan untuk kepentingan
pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis itu sendiri. Prinsip partisipasi, dimana gelandangan beserta orang-orang terdekat dengan dirinya di
ikut sertakan dan dapat berperan optimal dalam upaya pelayanan dan rehabiltasinya kembali kemasyarakat. Prinsip komunikasi, dimana kualitas dan
intensitas komunikasi antara gelandangan dan pengemis dengan keluarga dan lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga berdampak
positif terhadap upaya rehabilitasi gelandangan dan pengemis. Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan
pengemis secara sadar wajib menjaga kualitas hubungan profesionalnya dengan gelandangan dan pengemis, sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional yang
menyulitkan dan menghambat keberhasilan pelayanan.
50
Dalam pelaksaannya PSBK memandang bahwasannya warga binaanya memiliki potensi, baik di lihat kemampuan dan keinginan yang kuat untuk dapat
merubah dirinya, hal ini menjadi sumber kekuatan yang harus sepenuhnya digali dan disalurkan sehingga secara signifikan belum menjadi energi untuk mengatasi
masalah yang mereka alami.
4. Analisa Pembinaan Mental
Seseorang mengalami gangguan jiwa atau mental yang tidak sehat banyak di sebabkan karena beberapa faktor, Kemiskinan adalah salah satu faktor yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa dan mental yang tidak sehat.
50
Ibid, h. 10.
Agar seseorang dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya perlu di butuhkan pikiran dan jiwa yang sehat. Disini faktor psikologis sangat berpengaruh
dalam berkembangnya seseorang, sehingga ia tidak eksis dalam masalah-masalah sosial dan aktifitas hidup mencari materi dengan segala keindahan dan daya
tariknya. Sikap mental menunjukan kualitas moral seseorang dalam kehidupan sehai-hari. Mengelolah, melatih serta mengembangkan kemampuan seseorang
tidaklah sangat mudah, Zakiah Daradjat mengemukan bahwa mental sering di gunakan sebagai ganti dari kata personality kepribadian yang berarti bahwa
mental adalah semua unsur-unsur jiwa termaksud pikiran, emosi, sikap attitude dan perasaan dalam keseluruhan dan kebutuhanya akan menentukan corak tingkah
laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan mengecewakan, mengembirakan dan sebagainya,
51
Gelandangan dan Pengemis adalah dampak dari kemiskinan yang dapat mempengaruhi penyimpangan-penyimpangan perilaku seseorang dari tuntunan
dan bimbingan, merupakan suatu indikasi yang sangat prinsip adanya gangguan psikologis dan tidak sehatnya mental. Akibat mental dan jiwa yang sakit itu akan
memiliki dampak yang sangat membahayakan bagi individu dan lingkungan masyarakat, bangsa, Negara dan Agama. Oleh karena itu hal ini juga hendak
menjadi perhatian dalam penyelanggaraan rehabilitasi terhadap gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya Bekasi.
Sebagaimana teori diatas kegiatan pembinaan mental dipanti sosial bina karya merupakan kegiatan yang wajib di ikuti oleh para warga binaan sosial WBS
yang ada di panti.
51
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Cet. Ke-4,h. 38-39.
“Pembinaan mental di PSBK wajib di ikuti oleh setiap WBS baik laki- laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun anak-anak semua
wajib mengikuti pembinaan mental terutama yang beragama islam. Sementara yang beragama non muslim ada tersendiri sudah disiapkan
Pembina yang beragama non muslim juga.
”
52
Dalam pelaksanaan pembinaan mental di PSBK, adalah salah satu program yang mengedepankan WBS secara patisipatif dalam proses pelaksanaannya.
Artinya PSBK harus memandang bahwasannya WBS memiliki banyak potensi. Rendahnya tingkat pendidikan yang disandang oleh WBS tidak banyak
berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Kegiatan pembinaan mental diberikan kepada WBS agar mereka mempunyai
kekuatan powerless untuk mampu memberdayakan dirinya self empowerment sehingga dapat hidup secara layak di masyarakat disertai pengetahuan dan
keterampilan dalam bingkai nilai-nilai religiusitas. Dalam kegiatan ini telah disedikan seorang penyuluh yang sekaligus
merupakan pegawai dibagian rehabilitasi sosial yang berkompeten dalam bidangnya, yaitu Bpk. Endin Khoirudin yang melaksakan pembinaan mental
tersebut. Bapak Endin Khoirudin dalam hal berperanan sebagai fasilitator harus
mampu menjembatani warga binaannya dalam mengembangkan potensi yang di milikinya, baik potensi secara personal, potensi interpersonal maupun potensi
sosial. Potensi personal dan potensi interpersonal akan tergambar dalam kegiatan penyampaian materi tentang pembinaan mental sesama warga binaannya, adalah
sebagian dari upaya mengembangkan potensial dan strategi dalam proses pemecahan masalah.
52
Wawancara pribadi dengan penanggung jawab Bintal Pembinaan Mental, Bpk Ust. Endin Khoirudin, Bekasi Kamis, 28 April 2011.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan mental di sediakan dengan kegiatan bimbingantuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan belajar
keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi serta mengubah sikap normatif agar lebih baik.
Di bawah ini peneliti mendeskripsifkan metode kegiatan pembinaan mental yang di laksanakan Panti Sosial Bina Karya Bekasi dengan model-modelnya:
1. Metode Pembinaan Mental a.
Ceramah keagamaan Para WBS di kumpulkan di sebuah ruangan serba gunaaula kemudian
penyuluh memberikan materi berupa keagamaan, setelah memberikan cerah keagamaan ada Tanya jawab dari WBS berkaitan dengan materi yang
disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan untuk pemenuhan spiritual, merubah sikap normatifakhlak pada WBS.
53
Tujuan lain dari penyampaian materi ceramah keagamaan ini adalah: 1.
Mempunyai pengetahuan tentang agama secara luas, 2.
Mempunyai pengetahuan tentang hukum dan syariat dalam agama, 3.
Mampu mempelajari dan membedakan antara yang halal dan haram, 4.
Mampu bersikap lebih sabar dan tawakal, 5.
WBS bisa merasakan kenikmatan beragama.
b. Pemberian Motivasi
Pemberian motivasi ini biasanya dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan, jadi penyuluh setelah memberikan ceramah keagamaan sebelum
53
Observasitemuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Januari sd Mei 2011.
penutup dengan doa ada pemberian motivasi, biasanya dilakukan dengan cara permainan games dan diakhir permainan itu di jelaskan pelajaran apamanfaat
yang bisa diambil dari permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi pemberian motivasi ini tidak hanya pada saat dalam ceramah keagamaan saja, bisa
juga pada saat konseling kelompok atau konseling individu. Bisa juga pada saat case conference pembahasan masalah dengan WBS yang bermasalah.
54
Tujuan dari pemberian motivasi ini adalah: 1. Mampu bertindak secara efisien,
2. Memiliki tujuan hidup yang jelas, 3. Mampu mengkonsep diri,
4. Mampu mengkoordinasikan antara segenap potensial dengan usaha-usahanya, 5. Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian,
6. Memiliki batin yang tenang, 7. Posisi pribadinya seimbang dan baik,
8. Selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkunganya.
c. Menikahkan dan Mengkhitankan
Salah satu program yang ada PSBK adalah menikahkan dan mengkhitankan WBS-nya yang belum menikah dan di khitan, dan program ini adalah sepenuhnya
dalam program Bintal pembinaan mental yang dilaksakan satu kali dalam 6 enam bulanperangkatan yang bekerja sama dengan kantor urusan agama KUA
Bekasi timur.
55
54
Observasitemuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Januari sd Mei 2011.
55
Observasitemuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Januari sd Mei 2011.
Dari panti menawarkan kepada WBS yang ingin menikah dan khitan, kemudian di data dan di beri surat pernyataan. Setelah itu semua diurus ke kantor
urusan agama.
56
Tujuan dari menikahkan adalah: 1. Menyelamatkan dari perzinahan,
2. Mampu memiliki tanggung jawab, 3. Mencegah penyakit, terutama HIVAIDS,
4. Dapat memiliki keluarga yang sakinah, mawadah dan waramah.
d. Outbond dan Tafakur Alam
“Dalam pembinaan mental juga ada kegiatan outbont atau bisa disebut juga tafakur alam itu dilaksanakan diluar panti dengan kegiatan jalan-
jalan, disana kita adakan permainan, dan doa bersama... ”
57
Kegiatan outbond dan tafakur alam adalah kegiatan diluar panti yang dilakukan guna membangun kerjasama antara WBS dan menambah kepercayaan
dan tanggung jawab. Sedangkan tafakur alam bertujuan untuk penyegaran kembali para WBS setelah melakukan rutinitas rehabilitasi di PSBK.
58
Tujuan lain dari kegiatan outbond dan tafakur alam yaitu: 1. Untuk menghilangkan jenuh dan penyegaran setelah 6 enam bulan lamanya
rehabilitasi di dalam panti, 2. Menyenangkan hati WBS yang sebentar lagi akan keluar dari panti PSBK,
3. Menumbuhkan kebersamaan dan tanggung jawab,
56
Ibid.
57
Wawancara pribadi dengan penanggung jawab Bintal Pembinaan Mental, Bpk Ust. Endin Khoirudin, Bekasi Kamis, 28 April 2011.
58
Observasitemuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Januari sd Mei 2011.
4. Lebih bersyukur atas nikmat Allah SWT dan mampu mengambil pelajaran dari melihat alam ciptaan-Nya.
Di lihat dari keseluruhan metode penyampaiannya dan tujuannya metode dalam pembinaan mental termaksud Model metode adalah normatif : model yang
menyediakan jawaban terbaik terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu diambil, dan model pelayanan metode
ini adalah termaksud model pelayanan yang berorientasi kepada kebutuhan klien.
59
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Mental Pelaksaan pembinaan mental di panti sosial bina karya PSBK terdapat
faktor pendukung dan penghambat.
Faktor Pendukung
1. Tenaga pengajar yang kopenten di bidangnya, memiliki keahlian dan
ilmumateri yang dapat di terapkan dalam pelaksanaan pembinaan mental 2.
Sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSBK sangat mendukung untuk berlangsungnya pembinaan mental, seperti gedung aula, sound system, papan
tulis, infokus dan laptop 3.
Anggaran dana yang langsung di berikan sepenuhnya dari pemerintah pusat yaitu Kemensos kementrian sosial
4. Dari WBS itu sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah
dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi setelah dari PSBK ini.
59
Abdul Wahid Chairul, Pengertian Model dan Jenis-jenisnya, di akses dari http:www.damandiri.or.idfileabdwahidchairulahunairbab2.pdf, pada tanggal 3 mei 2011.
5. Kerja sama dengan intasi pemerintah dalam hal ini adalah KUA Kantor
Urusan Agama Bekasi Timur.
Faktor Penghambat
1. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam mengikuti kegiatan
pembinaan mental 2.
Keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan pembinaan mental masih sangat terbatas
3. Fasilitas yang masih belum begitu lengkap, dan gedung aula yang terkadang
berbenturan pelakasaan pembinaan mental dengan cek kesehatan yang dilaksanakan di dalam gedung aula
4. WBS yang berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor
penghambat dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh penyuluh 5.
Waktu yang sangat terbatas, hanya dalam 6 enam bulan saja pembinaan mental di laksanakan.
Pemanfaatan pendukung yang ada untuk mewujudkan perubahan sosial adalah hal penting supaya kegiatan rehabilitasi sosial dan pembinaan mental tidak
hanya ideal pada tataran konsep, tetapi disertai dengan kinerja maksimal menuju tercapainya tujuan ideal yaitu mengantarkan warga binaannya menjadi mapan dan
mampu mengembangkan potensi dalam dirinya agar merubah baik dari sisi material dan spiritual dan tergolong pada kelompok masyarakat yang hidup layak
untuk kemudian hari mampu memberikan kontribusi kemajuan bangsa dan agama. Namun dapat kita sadari mewujudkan idealisme tidak semudah yang kita
bayangkan, dalam prosesnya selalu terdapat kendala. Salah satu yang patut mendapat perhatian lebih ialah dari individunya sendiri, terkadang adanya rasa
jenuhan dan malas-malasan dalam mengikuti rehabilitasi dan pembinaan mental, belum lagi keterbatasan dana, sarana dan prasaran yang kurang memadai, tingkat
pendidikan yang berbeda dan waktu yang sangat terbatas. Untuk mengatasi itu semua di perlukan komitmen yang kuat untuk bergerak dan memperbaiki hal
tersebut.
5. Analisa Resosialisasi