laba kotor yang diterima oleh Taman SYIFA dikarenakan adanya peningkatan produksi obat tradisional dengan asumsi bahwa semua obat tradisional tersebut dapat dijual.
Laba kotor setiap jenis obat tradisional pada kondisi aktual dan kondisi optimal dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Laba Kotor Setiap Jenis Obat Tradsional pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal
Optimal Rp Jenis Obat
TradisionalAktivitas Variabel
Aktual Rp
Kapsul Sambiloto X
1
245.000,00 980.000,00
Kapsul Chireta X
2
245.000,00 980.000,00
Kapsul Androgaphis X
3
245.000,00 980.000,00
Kapsul Pegagan X
4
245.000,00 980.000,00
Kapsul Umbi Dewa X
5
245.000,00 980.000,00
Instan Jahe X
6
3.040.000,00 1.824.000,00
Instan Kencur X
7
1.452.500,00 1.992.000,00
Instan Kunyit X
8
1.566.000,00 2.088.000,00
Instan Temulawak X
9
1.312.000,00 1.968.000,00
Instan Temuputih X
10
738.000,00 984.000,00
Instan Secang X
11
636.000,00 477.000,00
Instan Secang Wangi X
12
183.500,00 1.101.000,00
Instan Sambiloto X
13
116.500,00 699.000,00
Instan Mengkudu X
14
401.999,76 773.067,87
Simplisia Daun Mindi X
15
140.000,00 168.000,00
Simplisia Sambiloto X
16
540.000,00 648.000,00
Simplisia Bandotan X
17
540.000,00 648.000,00
Simplisia Kumis Kucing X
18
340.000,00 408.000,00
Simplisia Tempuyung X
19
940.000,00 1.128.000,00
Bedak Dingin X
20
58.500,00 702.000,00
Masker X
21
33.000,00 198.000,00
Jumlah
13.262.999,76
20.706.067,87
6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Optimal
Sumberdaya bahan baku pada Taman SYIFA dapat digunakan secara optimal dengan memanfaatkan semua bahan baku sampai pada batas maksimal
penggunaan. Nilai slacksurplus menunjukkan bahan baku yang tidak terpakai. Penggunaan sumberdaya bahan baku obat tradisional berdasarkan jenis pada
kondisi aktual dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penggunaan Sumberdaya Bahan Baku Obat Tradisional pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal
Bahan Baku Aktual kg
Surplus kg Optimal kg
Sambiloto kering 58,050
40,79 109,21
Pegagan 4,910
0,21 19,79
Umbi dewa 3,850
4,60 15,40
Jahe 80,200
35,79 49,21
Kencur 35,200
110,82 49,18
Kunyit 36,000
48,00 Temulawak
32,000 48,00
Temuputih 18,000
24,00 Secang
20,200 7,8
16,20 Cengkeh
0,120 5,3
0,70 Daun mindi
40,000 12,00
48,00 Bandotan
40,000 12,00
48,00 Kumis kucing
40,000 12,00
48,00 Tempuyung
40,000 12,00
48,00 Bengkuang
25,000 240,00
Meniran 1,750
33,00 7,00
Mengkudu 3,600
13,08 6,90
Ekstrak lumut 0,008
0,95 0,05
Gula pasir 233,290
0,46 275,54
Minyak 185,300
220,8 Jumlah
897,478 200,80
1321,98
Pada kondisi optimal, ketersediaan bahan baku kunyit, temulawak, temuputih, bengkuang, dan minyak tanah jumlahnya sama dengan jumlah terpakai
sehingga bahan baku tersebut telah dimanfaatkan dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai surplus yang diperoleh sebesar nol yang artinya penggunaan
bahan baku tersebut telah habis digunakan dalam proses produksi. Namun, jumlah ketersediaan bahan baku jenis sambiloto kering, pegagan,
umbi dewa, jahe, kencur, secang, cengkeh, daun mindi, bandotan, kumis kucing, tempuyung, meniran, mengkudu, ekstrak lumut, dan gula pasir lebih besar dari
jumlah yang diperlukan dalam proses produksi. Hal ini dapat dilihat dari nilai surplus
yang diperoleh masing-masing bahan baku tersebut yang menggambarkan bahwa Taman SYIFA belum menggunakan bahan baku tersebut secara optimal.
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pemakaian bahan baku pada kondisi aktual sebesar
897,478
kg atau
58,94
persen dan yang tersisa sebesar
625,322
kg atau
41,06
persen. Hasil olahan optimal menunjukkan bahwa sumberdaya bahan baku juga masih berlebih. Berdasarkan nilai surplus
dapat diketahui kelebihan bahan baku sebesar
200,82
kg atau
13,19
persen dan bahan baku yang terpakai pada kondisi optimal sebesar
1321,98
kg atau
86,81
persen dari total bahan baku tersedia sebesar
1522,8
kg.
6.2.3 Penggunaan Jam Tenaga Kerja Bagian Produksi Optimal