Analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat (Studi kasus:koleksi taman obat dan Spa kebugaran SYIFA, Bogor)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT

(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,

Bogor)

Oleh:

NADIA LARASATI UTAMI

A14104085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

NADIA LARASATI UTAMI. A14104085. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor). Dibawah bimbingan HARIANTO.

Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan, dan dapat dikonsumsi oleh setiap aspek mayarakat.

Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.

Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan, yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.

TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi. Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian. Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, 2)Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, 3) Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.


(3)

iii

Dilihat dai aspek teknis, pasar, hukum, sosial, dan lingkungan, TAMAN SYIFA dapat dikatakan layak untuk terus dijalankan. Namun, aspek manajemen dan aspek finansial membuat TAMAN SYIFA dinilai tidak layak sehingga perlu perbaikan usaha.

Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp -50.89.149 yang artinya bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini dinilai tidak layak. Pada usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini diperoleh nilai Net B/C = 0 yang menyatakan bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. IRR dan PBP yang diperoleh dari analisis finansial penelitian ini tidak terdefinisi. Hal ini tentunya mendukung keputusan bahwa keputusan investasi untuk usaha ini pada awalnya adalah keputusan yang salah. Lebih baik menginvestasikan dana di bank daripada untuk pengembangan usaha ini Dengan kriteria analisis ini, mengindikasikan bahwa modal yang diinvestasikan tidak ada periode pengembalian investasinya karena tidak menghasilkan keuntungan.

Dari hasil ananlisis switching value yang ada, diketahui bahwa usaha serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA mampu menaikkan total nilai penjualan 56 persen. Total penjualan itu dapat dinaikkan jika TAMAN SYIFA memproduksi produk lebih banyak atau meningkatkan harga per kemasan yang dijual.

Berdasarkan hasil pemikiran, peningkatan harga akan dirasakan tidak masuk akal karena dianggap terlalu tinggi untuk daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, peningkatan penjualan bisa dilakukan dengan peningkatan jumlah produksi. Asumsi cateris paribus, maka TAMAN SYIFA harus meningkatkan produksi serbuk minuman instan jahe menjadi 370 persen; atau serbuk minuman instan kunyit 800 persen; atau serbuk minuman instan kencur 900 persen; atau serbuk minuman instan temuputih 1550 persen; atau serbuk minuman instan secang wangi 730 persen; atau meningkatkan produksi serbuk minuman instan seluruh komoditas serempak sebesar 130 persen.

Selain itu, TAMAN SYIFA dapat menurunkan biaya tenaga kerja. TAMAN SYIFA dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja. Ada karyawan yang dirasakan tidak perlu ada apabila mengingat usaha TAMAN SYIFA yang masih dikategorikan berskala kecil. Oleh sebab itu, usaha serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA mampu menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 45 persen.

Total penerimaan (TR) serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA pada saat ini lebih kecil dari nilai total biaya variabelnya. Kondisi ini memberikan isyarat pada TAMAN SYIFA untuk menutup usahanya. Namun, apabila perusahaan mampu mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 45 persen, maka TAMAN SYIFA dapat terus membuka usahanya. TAMAN SYIFA juga dapat terus membuka usahanya apabila biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan sebagai biaya variabel.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat adalah usaha yang menjanjikan. Dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek hukum, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA dinilai


(4)

iv

layak. Namun, dilihat dari aspek manajemen yang terjadi di internal TAMAN SYIFA sendiri membuat usaha ini tidak layak.

Secara finansial, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan oleh TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. Proses usaha yang akan terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan usaha.

Berdasarkan hasil analisis switching value, TAMAN SYIFA harus meningkatkan penjualan dengan meningkatkan jumlah produksi atau dengan membatasi jumlah karyawan agar usahanya dapat dinilai layak untuk terus dilanjutkan.

Sehingga saran yang dapat diberikan adalah 1) Untuk pemilik TAMAN SYIFA, diharapkan mampu meningkatkan omzet dengan meningkatkan penjualan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dengan membatasi jumlah karyawan. Hal ini adalah cara perbaikan usaha agar usaha dapat dinilai layak untuk terus dijalankan, 2) Untuk masyarakat yang hendak menjalankan usaha ini harus memperhatikan betul biaya yang dikeluarkan; baik biaya investasi ataupun biaya operasional. Penerimaan harus lebih besar dari pengeluaran. Dan sebelum usaha dijalankan, lebih baik dibuat analisis kelayakan usahanya terlebih dahulu, sehingga diperoleh masukan yang matang tentang perencanaan usaha.


(5)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT

(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,

Bogor)

Oleh:

NADIA LARASATI UTAMI

A14104085

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor)

NAMA : Nadia Larasati Utami NRP : A14104085

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Harianto, MS NIP. 131.430.801

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS:KOLEKSI TAMAN OBAT DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Nadia Larasati Utami A14104085


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 23 April 1987 sebagai anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Zurnelly. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Bina Insani dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menengah tingkat pertama dilalui penulis di SMPN 1 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMUN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi seperti BEM TPB IPB, Gema Almamater, Agriaswara, dan MISETA. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum.

Selain itu, penulis pernah memperoleh beberapa prestasi yaitu : Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat 2008, Pemenang Anugerah Youth National Science And Technology Award 2007 oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Juara II Lomba Debat Krisis Pendidikan “CRISPI” oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor 2007, Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional Bidang Kesejahteraan Masyarakat oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Akademik 2007, Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian 2007,


(9)

ix

Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penulisan Ilmiah 2007, Juara Pertama Lomba Inovasi IPTEK Mahasiswa Tingkat Nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi serta Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada 2006, Pemecahan Rekor MURI “RAMPAK GITAR”, Pemenang Setara Emas Dalam Presentasi Program Kreativitas Mahasiswa Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XIX oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2006.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama Dosen Pembimbing skripsi penulis Dr. Ir. Harianto, MS yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS : KOLEKSI TAMAN OBAT DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR)”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di masa mendatang.

Bogor, Mei 2008


(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT

(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,

Bogor)

Oleh:

NADIA LARASATI UTAMI

A14104085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(12)

RINGKASAN

NADIA LARASATI UTAMI. A14104085. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor). Dibawah bimbingan HARIANTO.

Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan, dan dapat dikonsumsi oleh setiap aspek mayarakat.

Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.

Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan, yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.

TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi. Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian. Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, 2)Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, 3) Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.


(13)

iii

Dilihat dai aspek teknis, pasar, hukum, sosial, dan lingkungan, TAMAN SYIFA dapat dikatakan layak untuk terus dijalankan. Namun, aspek manajemen dan aspek finansial membuat TAMAN SYIFA dinilai tidak layak sehingga perlu perbaikan usaha.

Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp -50.89.149 yang artinya bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini dinilai tidak layak. Pada usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA ini diperoleh nilai Net B/C = 0 yang menyatakan bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat pada TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. IRR dan PBP yang diperoleh dari analisis finansial penelitian ini tidak terdefinisi. Hal ini tentunya mendukung keputusan bahwa keputusan investasi untuk usaha ini pada awalnya adalah keputusan yang salah. Lebih baik menginvestasikan dana di bank daripada untuk pengembangan usaha ini Dengan kriteria analisis ini, mengindikasikan bahwa modal yang diinvestasikan tidak ada periode pengembalian investasinya karena tidak menghasilkan keuntungan.

Dari hasil ananlisis switching value yang ada, diketahui bahwa usaha serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA mampu menaikkan total nilai penjualan 56 persen. Total penjualan itu dapat dinaikkan jika TAMAN SYIFA memproduksi produk lebih banyak atau meningkatkan harga per kemasan yang dijual.

Berdasarkan hasil pemikiran, peningkatan harga akan dirasakan tidak masuk akal karena dianggap terlalu tinggi untuk daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, peningkatan penjualan bisa dilakukan dengan peningkatan jumlah produksi. Asumsi cateris paribus, maka TAMAN SYIFA harus meningkatkan produksi serbuk minuman instan jahe menjadi 370 persen; atau serbuk minuman instan kunyit 800 persen; atau serbuk minuman instan kencur 900 persen; atau serbuk minuman instan temuputih 1550 persen; atau serbuk minuman instan secang wangi 730 persen; atau meningkatkan produksi serbuk minuman instan seluruh komoditas serempak sebesar 130 persen.

Selain itu, TAMAN SYIFA dapat menurunkan biaya tenaga kerja. TAMAN SYIFA dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja. Ada karyawan yang dirasakan tidak perlu ada apabila mengingat usaha TAMAN SYIFA yang masih dikategorikan berskala kecil. Oleh sebab itu, usaha serbuk minuman instan di TAMAN SYIFA dapat menjadi layak untuk dijalankan bila TAMAN SYIFA mampu menurunkan biaya tenaga kerja sebesar 45 persen.

Total penerimaan (TR) serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA pada saat ini lebih kecil dari nilai total biaya variabelnya. Kondisi ini memberikan isyarat pada TAMAN SYIFA untuk menutup usahanya. Namun, apabila perusahaan mampu mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 45 persen, maka TAMAN SYIFA dapat terus membuka usahanya. TAMAN SYIFA juga dapat terus membuka usahanya apabila biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan sebagai biaya variabel.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat adalah usaha yang menjanjikan. Dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek hukum, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan TAMAN SYIFA dinilai


(14)

iv

layak. Namun, dilihat dari aspek manajemen yang terjadi di internal TAMAN SYIFA sendiri membuat usaha ini tidak layak.

Secara finansial, usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan oleh TAMAN SYIFA dinilai tidak layak. Proses usaha yang akan terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan usaha.

Berdasarkan hasil analisis switching value, TAMAN SYIFA harus meningkatkan penjualan dengan meningkatkan jumlah produksi atau dengan membatasi jumlah karyawan agar usahanya dapat dinilai layak untuk terus dilanjutkan.

Sehingga saran yang dapat diberikan adalah 1) Untuk pemilik TAMAN SYIFA, diharapkan mampu meningkatkan omzet dengan meningkatkan penjualan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dengan membatasi jumlah karyawan. Hal ini adalah cara perbaikan usaha agar usaha dapat dinilai layak untuk terus dijalankan, 2) Untuk masyarakat yang hendak menjalankan usaha ini harus memperhatikan betul biaya yang dikeluarkan; baik biaya investasi ataupun biaya operasional. Penerimaan harus lebih besar dari pengeluaran. Dan sebelum usaha dijalankan, lebih baik dibuat analisis kelayakan usahanya terlebih dahulu, sehingga diperoleh masukan yang matang tentang perencanaan usaha.


(15)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT

(Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA,

Bogor)

Oleh:

NADIA LARASATI UTAMI

A14104085

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(16)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor)

NAMA : Nadia Larasati Utami NRP : A14104085

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Harianto, MS NIP. 131.430.801

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS:KOLEKSI TAMAN OBAT DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Nadia Larasati Utami A14104085


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 23 April 1987 sebagai anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Zurnelly. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Bina Insani dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menengah tingkat pertama dilalui penulis di SMPN 1 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMUN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi seperti BEM TPB IPB, Gema Almamater, Agriaswara, dan MISETA. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum.

Selain itu, penulis pernah memperoleh beberapa prestasi yaitu : Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat 2008, Pemenang Anugerah Youth National Science And Technology Award 2007 oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Juara II Lomba Debat Krisis Pendidikan “CRISPI” oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor 2007, Finalis Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional Bidang Kesejahteraan Masyarakat oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Akademik 2007, Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian 2007,


(19)

ix

Memperoleh dana pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penulisan Ilmiah 2007, Juara Pertama Lomba Inovasi IPTEK Mahasiswa Tingkat Nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi serta Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada 2006, Pemecahan Rekor MURI “RAMPAK GITAR”, Pemenang Setara Emas Dalam Presentasi Program Kreativitas Mahasiswa Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XIX oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2006.


(20)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama Dosen Pembimbing skripsi penulis Dr. Ir. Harianto, MS yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (STUDI KASUS : KOLEKSI TAMAN OBAT DAN SPA KEBUGARAN SYIFA, BOGOR)”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di masa mendatang.

Bogor, Mei 2008


(21)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Papi, Ibu, dan Tika. Semoga kalian percaya bahwa semua yang telah dan akan ku lakukan, selain untuk TUHAN ku, adalah untuk kalian. Tidak ada yang ku pinta selain kepercayaan dan dukungan penuh atas tiap langkah yang ku ambil.

2. Dr. Ir. Harianto, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan kebijaksanaan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jajah K. Wagiono selaku Dosen Penguji Utama pada sidang penulis

atas masukan dan saran yang diberikan.

4. Arif Karyadi, SP selaku Dosen Penguju Wakil Departemen pada sidang penulis atas masukan dan hubungan yang baik selama penulis duduk di bangku kuliah.

5. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 6. Dr. drh. Umi Cahyaningsih selaku pemilik TAMAN SYIFA beserta staff

tempat penulis melakukan penelitian.

7. Ibu Tintin, SP dan Feryanto W. Karo-Karo, SP atas saran dan masukannya. 8. Ibu Etriya, SP, MM atas bimbingan yang tidak terputus untuk penulis, dari

mulai bimbingan perlombaan hingga bimbingan dalam aspek lain kehidupan. 9. Seluruh dosen Departemen Agribinis. Untuk Ibu Ir. Dwi Rachmina, MSi, Ibu

Dra. Yusalina, dan dan Ibu Eva Yolynda, SP, MM (Makasih telah menjadi ibu ku di jurusan).


(22)

xii

10.Mbak Dian, Mbak Dewi, Teh Ida, Ibu Yoyoh, Bapak Yusuf, dan staff Departemen Agribisnis. Tanpa kalian hidup ku di kampus tidak akan seperti ini. Because of u, I feel blessed.

11.Seluruh bagian dari kemahasiswaan IPB; Bapak Dr. Rimbawan, Bapak Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si, Ibu Neni Sumari, SH, Ibu Ari, Ibu Keri Watisih, SH, Bapak Suparta. Terima kasih untuk bimbingan dan kesempatannya selama ini.

12.Ibu Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc yang selama ini telah menjadi Ibu Penulis di kampus.

13.Bapak Dr. Suryo Wiyono, MSc, M. Agr atas bimbingan selama proses perlombaan-perlombaan yang penulis lakukan.

14.Bapak Kikin, Bapak Dwigun, Bapak Dr. Naik Sinukaban, dan Bapak Dr. Hadi atas bantuan dan kesediannya untuk menjadi nara sumber pembuatan karya tulis yang pernah penulis lakukan.

15.Viona Mayasari atas kesediannya menjadi pembahas pada seminar penulis. 16.Keluarga besar Sugiman dan Keluarga Besar Sidi Bachtiar atas apresiasi dan

semangat yang diberikan.

17.Seluruh guru yang pernah mengajar penulis, baik secara formal maupun sebagai guru-guru kehidupan. Guru-guru di SD Bina Insani, Ambu, Guru-guru SMPN 1 dan SMUN 3 Bogor.

18.Keluarga Cimanggu. Papah, Mamah, Bayu, dan Dwiki. Terima kasih atas semua yang diberikan selama hampir 4 tahun di kehidupan penulis.


(23)

xiii

20.Seluruh kelompok perlombaan yang pernah penulis ikuti: Irfanni, SP; Andrea Emma, SP; Dedi Purnomo, SP; Nugraha Arief; Dian Kristiyani, SP; Medina Rachma, SP; M. Aliy Abdulloh, Ariani Dian, Tantri Dewi, Gangga, Tim PKMP Kerabang Telur. Beruntung aku disandingkan dengan kalian.

21.Teman-teman satu Desa Langkap, Bumiayu, Kab. Brebes. Ida, Ipik, Ashar, Piko, Tere. Terima kasih atas persahabatan di titik terlemah ku.

22.Teman-teman satu bimbingan akademik : Dika, Rangga, Anggoy, Doni, dan Harritz.

23.Teman-teman satu bimbingan skripsi : Yustika, Adis, Evan, Opik. Semangat!

24.Fanny Sefta dan Nurhayati Zaenal atas persahabatan terutama selama penelitian di TAMAN SYIFA.

25.Teman-teman asrama A1 lorong 3, terutama penghuni kamar 47. Ina, Neta, dan Galih. Miz u so much..

26.Purdiyanti Pratiwi atas stimulus awal penulis, Dian Kristiyani atas kesediannya menjadi ”Dika” dalam hidup penulis, Kammala Afni atas persahabatan yang unik, Nugraha Arief dan M. Aliy atas semua yang telah dilewati. Menik, Suci, Sastro, dan Tere atas kehidupan bersama di atas loteng Ibu Soraya, PNS and the gang, kalian semua..

27.Adik-adik praktikan Mata Kuliah Sosiologi Umum.

28.Teman-teman AGB 41, terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan selama kurang lebih 4 tahun.

29.Kakak kelas AGB 40 dan AGB 39, terutama untuk Aswab Mahasin, SP; Yayah, SP; dan Vedy Panduwirawan, SP yang telah begitu banyak memberikan bantuan selama penulis kuliah.


(24)

xiv

30.Adik-adik kelas AGB 42 dan AGB 43. Semangat terus untuk growing the future...

31.Teman-teman BEM TPB 41, MISETA 2007/2008, Agriaswara, dan Gema Almamater.

32.Teman-teman SD Bina Insani, teman-teman SMPN 1 Bogor, dan teman-teman SMUN 3 Bogor (khususnya program akselerasi).

33.Roger, Fotokopian Prima, Bapak Satpam Fateta, Bubur Ayam Madura, Yunani, Bang Ucok, dan semua penguni Bara yang memberikan arti tidak sedikit untuk penulis.

34.Keluarga besar baru ku. Bapak, ibu, kakak, adik, dan saudara baru ku. Terima kasih atas doa dan penguatannya.

35.Kak Yuli, Kak Rudie, Kak Febi, Kak Lusi, Darrel, dan Evan. Hanya TUHAN yang mampu membalas segala kebaikan kalian.

36.Mbok ku, Ibu Tien. Terima kasih atas segalanya. Pengen banget bisa manja-manjaan terus..

37.Abang Marlon atas kesediannya menjadi abang.

38.True Worshippers, Giving My Best, Hillsong, dan Kalian Semua yang menemani hati ini lewat karya kalian. “Transfer” semua yang N butuhkan dalam tiap larutnya malam. Makasih untuk penguatan yang SELALU TEPAT.

Makasih..

39.Mas Antok. Matur nuwun sanget atas kasih dan sayangnya. Terima kasih atas tiap omelan dan dukungan. Terima kasih untuk tiap senyum dan rengutan. Terima kasih atas keseluruhan hidup mu. Your life is GOD’s Gift for me.. ☺


(25)

xv

40.Semua pihak yang telah membantu yang tak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis

41.The last is for YOU. ALLAHku. Kusadari bahwa semua karena dan untukMU. I’am nothing without YOU, LORD.. Love you so Much. Thanks for being my everythings. Dan makasih karena terus menjadikan N dalam pikiran dan hati MU..luvUluvUluvUluvU ☺☺☺


(26)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... xvi

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe... 9 2.2 Kencur ... 13 2.3 Kunyit... 14 2.4 Temulawak... 15 2.5 Temuputih ... 17 2.6 Secang Wangi ... 19 2.7 Biofarmaka Sebagai Bahan Baku Minuman Instan ... 19 2.8 Penelitian Terdahulu ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis... 25 3.1.1 Proyek ... 25 3.1.2 Studi Kelayakan ... 25 3.1.3 Aspek Studi Kelayakan ... 26 3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 34 3.1.5 Teori Biaya dan Manfaat... 38 3.2 Kerangka Konseptual ... 39

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3 Metode Pengolahan Data ... 42 4.4 Metode Analisis Data... 42 4.4.1 Analisis Aspek Teknis... 43 4.4.2 Analisis Aspek Manajemen... 44 4.4.3 Analisis Aspek Sosial... 44 4.4.4 Analisis Aspek Pasar... 44 4.4.5 Analisis Aspek Hukum ... 45


(27)

xvii

4.4.6 Analisis Aspek Lingkungan ... 45 4.4.7 Analisis AspekFinansial... 45 4.4.8 Analisis Sensitivitas ... 50 4.5 Asumsi Dasar ... 51

V.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 53 5.2 Profil Perusahaan ... 54 5.3 Deksripsi dan Pengembangan Usaha ... 55

VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

6.1 Aspek Pasar... 58 6.1.1 Analisis Persaingan dan Struktur Pasar ... 58 6.1.2 Analisis Prospek dan Potensi Pasar ... 60 6.1.3 Pangsa Pasar... 62 6.1.4 Daur Hidup Produk ... 63 6.1.5 Bauran Pemasaran... 64 6.1.6 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 67 6.2 Aspek Teknis... 67 6.2.1 Lokasi Perusahaan... 68 6.2.2 Bahan Baku ... 70 6.2.3 Kapasitas Produksi ... 70 6.2.4 Teknologi Proses... 70 6.2.5 Layout Perusahaan ... 72 6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 72 6.3 Aspek Manajemen... 73 6.3.1 Struktur Organisasi ... 74 6.3.2 Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 74 6.4 Aspek Sosial Lingkungan ... 76 6.5 Aspek Hukum ... 78 6.5.1 Badan Usaha ... 79 6.5.2 Perizinan... 79 6.5.3 Perpajakan ... 79

6.5.4 Hasil Analisis Aspek Hukum ... 80

VII.ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

7.1 Analisis Inflow ...81 7.2 Analisis Outflow...83 7.3 Analisis Finansial ... 87 7.4 Analisis Sensitivitas ... 88

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ... 92 8.2 Saran... 92


(28)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2004 per Triwulan (dalam Milyar Rupiah) ... 2 2. Persentase Alokasi Pengeluaran Per Tahun Masyarakat Terhadap

Produk Minuman Instan ... 6 3. Perkembangan Volume Produksi Minuman Instan Berbasis

Tanaman Obat Perusahaan Jamu dan Farmasi di Indonesia ... 6 4. Komposisi Kimia Rimpang Jahe... 12 5. Struktur Pasar Yang Mungkin Berdasarkan Karakteristik Pesaing ... 59 6. Perkiraan Pangsa Pasar Berdasarkan Pesaing ... 62 7. Keunggulan Produk Serbuk Minuman Instan Milik TAMAN SYIFA... 66 8. Produksi Jahe Menurut Provinsi di Indonesia (kg) pada Tahun 1999-2003... 69 9. Kapasitas Produksi TAMAN SYIFA Dilihat dari Tingkat Penjualan pada

Tahun 2007 ... 71 10. Deskripsi dan Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Kerja TAMAN SYIFA ... 75 11. Perkiraan Pendapatan Penjualan TAMAN SYIFA ... 82 12. Biaya Investasi TAMAN SYIFA ... 84 13. Rincian Biaya Tetap TAMAN SYIFA per Tahun (Rupiah) ... 85 14. Komposisi Serbuk Minuman Instan Secang Wangi ... 87 15. Hasil Analisis Finansial TAMAN SYIFA ... 87 16. Hasil Analisis Switching Value Usaha Serbuk Minuman Instan

TAMAN SYIFA ... 88 17. Peningkatan Penjualan yang Diperlukan Untuk Mencapai

Titik Impas Dibandingkan Dengan Kondisi Saat Ini ... 90 18. Perbandingan TR dan TVC pada TAMAN SYIFA ... 91


(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Operasional Penelitian... 40 2. Tahapan-Tahapan Daur Hidup Produk ... 63 3. Layout TAMAN SYIFA ... 72 4. Struktur Organisasi TAMAN SYIFA ... 76


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA... 96

2. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan Jahe Naik 370% ... 98 3. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan

Kunyit Naik 800% ... 101 4. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan

Kencur Naik 900%... 104 5. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan

Temulawak Naik 910%... 107 6. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan

Temuputih Naik 1550% ... 110 7. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Produksi Instan

Secang Wangi Naik 730% ... 113 8. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Peningkatan

Penjualan 56%... 116 9. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Penurunan Tenaga

Kerja 45% ... 118 10. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA Peningkatan

Produksi 130% ... 120 11. Rincian Penjualan TAMAN SYIFA Tiap-Tiap Bulan Awal Proyek... 123


(31)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pertanian merupakan suatu sektor yang penting bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertumbuhan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dalam pertumbuhan ekonomi dan dimungkinkan akan menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional 1.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2007 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2006. Hal ini ditandai dengan meningkatnya PDB riil maupun PDB nominal. Sektor pertanian secara riil meningkat sebesar 16,80 persen, yaitu dari Rp 56,86 triliun menjadi 66,41 triliun. Pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan tertinggi diantara sektor-sektor lainnya2.

Selain dari itu, sektor pertanian juga turut meningkatkan perekonomian bangsa dengan penyerapan tenaga kerja yang besar. Sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja nasional terbesar di Indonesia. Pada tahun 2004 sekitar 43,33 persen dari tenaga kerja terserap di sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005 kontribusinya menjadi 44,039 persen dan tahun 2006 sebesar 44,47 persen dari tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian3.

1

Universitas Brawijaya Malang. Tantangan Pembangunan Pertanian. www.fp.brawijaya.ac.id dalam Purnamawati (2007)

2

Buletin PDB Sektor pertanian. Departemen Pertanian. (2007)

3

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama. www.nakertrans.go.id dalam Purnamawati (2007)


(32)

2

Salah satu subsektor pertanian adalah hortikultura. Berdasarkan hasil perhitungan melalui pendekatan produksi, PDB hortikultura tahun 2004 atas dasar harga berlaku adalah sebesar 56.864,94 milyar rupiah. PDB ini merupakan kompilasi komoditas hortikultura dari setiap provinsi. PDB ini terdiri dari PDB buah-buahan sebesar 30.764,56 milyar rupiah (54,11 persen dari PDB hortikultura), PDB sayuran sebesar 20.748,70 milyar rupiah (36,49 persen dari total PDB hortikultura), PDB tanaman hias sebesar 4.608,55 milyar rupiah (8,10 persen dari PDB hortikultura), dan PDB tanaman biofarmaka sebesar 722,23 milyar rupiah (1,27 persen dari PDB hortikultura)4.

Tabel 1 Nilai PDB Hortikultura Tahun 2004 per Triwulan (dalam Milyar Rupiah).

Waktu Buah-Buahan

Sayuran Tanaman Hias

Tanaman Biofarmaka

Triwulan I 7.200,97 5.438,29 844,09 54,92 Triwulan II 5.501,31 6.072,99 1.130,13 271,82 Triwulan III 7.250,36 4.991,32 742,18 248,26 Triwulan IV 10.811,92 4.246,10 1.892,15 147,03

Jumlah 30.746,53 20.748,70 4.608,55 722,23

Sumber : Pusdatin, Deptan, 2004.

Meskipun subsektor biofarmaka atau biasa dikenal dengan komoditas tanaman obat menyumbang persentase yang relatif sedikit dibandingkan dengan komoditas yang lain, namun perkembangan nilai PDB hortikultura selama tahun 2002 hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan. Tahun 2002, tanaman biofarmaka menyumbang PDB sebanyak 506,49 milyar rupiah, lalu meningkat

4


(33)

3

menjadi 564,92 milyar rupiah pada tahun 2003, dan menjadi 722,23 milyar rupiah pada tahun 2004 5.

Indonesia kaya akan tanaman obat. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu di antaranya tumbuh di Indonesia, 26 persen telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74 persen masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Hernani dan Syukur, 2001). Tanaman obat terdapat diseluruh pelosok tanah air dan penggunaannya dapat dalam bentuk segar maupun sebagai ramuan obat-obatan.

Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan telah mengalami pengolah apapun). Simplisia berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna, dan kulit batang (Hernani dan Syukur, 2001).

Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk menambah devisa negara (Hernani dan Syukur, 2001).

Jahe, kunyit, kencur, temulawak, ramuan secang wangi, dan temuputih merupakan beberapa dari jenis tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia dan berpotensi sebagai penghasil devisa negara. Di Indonesia, tanaman-tanaman ini telah dikenal oleh sebagian besar masyarakatnya. Tidak heran bila

5


(34)

4

masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk menyebut tanaman-tanaman berkhasiat ini.

Pemanfaatan tanaman-tanaman obat ini sangat luas, yaitu sebagai bumbu masak, pemberi rasa dan aroma makanan dan minuman serta banyak digunakan sebagi obat. Sebagai contoh, jahe biasa digunakan untuk produk-produk daging, produk unggas, ikan, dan makanan lainnya. Selain itu dapat pula dibuat selai jahe, kembang gula, manisan jahe, sirup jahe, kue dan sebagai flavoring agent untuk minuman ringan dan es krim. Dalam bidang farmasi, jahe diketahui dapat menahan kontraksi perut (Farrel dalam Alim, 2001).

Berbagai manfaat dari tanaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari membuka peluang pengembangan usaha pembudidayaan tanaman obat. Oleh sebab itu, budidaya tanaman obat perlu ditingkatkan seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi tanaman obat oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Usaha budidaya tanaman obat tersebut sebaiknya tidak terpaku pada tujuan menghasilkan tanaman obat segar dalam kuantitas besar, namun juga perlu ditindaklanjuti dengan upaya pengolahan tanaman obat segar tersebut menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi.

Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek yang baik. Faktor yang mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat tersebut diantaranya besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia sebagai sumber bahan baku simplisia yang dapat diformulasikan menjadi obat tradisonal. Keikutsertaan segenap lapisan masyarakat petani tanaman obat, penjual, pemakai, maupun masyarakat lain yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan tanaman obat atau pengobatan tradisional juga


(35)

5

sangat mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat (Hernani dan Syukur, 2001).

Sesuai dengan kemajuan teknologi dan permintaan konsumen yang mengkhendaki kepraktisan, dewasa ini semakin banyak produk tanaman obat olahan yang dapat dijumpai di pasaran untuk memenuhi kebutuhan industri maupun keperluan rumah tangga. Salah satu produk olahan tersebut berupa bubuk atau serbuk yang mempunyai beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan bentuk segar. Keunggulan tersebut antara lain a) daya simpan lebih lama, b) membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan c) lebih mudah dikemas (Diolah dari Alim, 2001).

Perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks menuntut tersedianya berbagai produk siap saji (instan). Salah satu alternatif pengembangan produk minuman ringan yang memenuhi persyaratan kepraktisan dalam pemakain produk minuman instan.

Biofarmaka merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan sebagai minuman instan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh produk minuman instan berbahan baku biofarmaka antara lain : terbuat dari bahan-bahan alami, memiliki aspek fungsional, bagi kesehatan dan rasa yang enak, praktis dalam penggunaan, dan dapat dikonsumsi dalam setiap aspek mayarakat.

Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan, dan transportasi merupakan nilai tambah yang dimiliki produk minuman instan dibandingkan minuman ringan biasa yang berbentuk cair. Keunggulan bentuk serbuk minuman instan adalah kemampuan untuk larut tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.


(36)

6

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan presentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman instan yang meningkat.

Tabel 2 Persentase Alokasi Pengeluaran Per Tahun Masyarakat Terhadap Produk Minuman Instan.

Tahun Tipe Pengeluaran 1987 (%) 1990 (%) 1993 (%) 1996 (%) 1999 (%) 2000 (%) 2001 (%) 2002 (%)

Makanan 61,28 60,36 56,86 55,34 62,94 65,81 94,13 58,48 Minuman

Instan

38,72 39,64 43,14 44,66 37,06 34,19 35,87 41,52

Sumber : Berita Resmi Statistik No.7 Februari18, 2002 dan Susenan dalam Prasetiawan (2004)

Bisnis minuman instan berbahan baku tanaman obat dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan adanya pola back to nature. Produk minuman instan bukan hanya sebagai minuman penyegar juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan, yaitu menjaga kesegaran tubuh. Adanya peningkatan ini ditandai dengan peningkatan produk-produk minuman instan berbasis tanaman obat yang diproduksi oleh beberapa industri jamu dan farmasi diseluruh Indonesia.

Tabel 3 Perkembangan Volume Produksi Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat Perusahaan Jamu dan Farmasi di Indonesia.

Produksi (ribu kilogram) Nama Industri

2000 2001 2002

Perusahaan Farmasi

929.000 1.049.000 1.101.450

Perusahaan Jamu 5.482.104 6.286.284 6.914.912

Total 6.418.104 7.335.284 8.016.362


(37)

7

1.2 Perumusan Masalah

TAMAN SYIFA adalah perusahaan baru yang bergerak dalan usaha pembuatan dan pemasaran produk herbal beberapa komoditas tanaman obat. Salah satu cabang produk herbal tersebut adalah pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan berbasis tanaman obat. Serbuk minuman instan tersebut terdiri dari enam komoditas, yaitu ; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan temulawak, serbuk minuman instan temu putih, dan serbuk minuman instan ramuan secang wangi. Serbuk tersebut dikemas dalam bungkus menarik dan dijajakan sebagai serbuk instan untuk minuman. Dalam menjalankan usaha tersebut, perusahaan ini belum melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang dijalankannya, sehingga belum dapat diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian. Sedangkan perusahaan telah melakukan biaya investasi yang cukup besar. Untuk itu, penulis bermaksud untuk melakukan studi kelayakan pada cabang usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan ini.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi topik penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan pada perusahaan TAMAN SYIFA?

3. Bagaimana sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?


(38)

8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA.

3. Menganalisis sensitivitas usaha pembuatan dan pemasaran serbuk minuman instan perusahaan TAMAN SYIFA, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pemilik perusahaan SYIFA guna mengetahui kelayakan usahanya dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan demi keberlangsungan usahanya. Selain dari itu, diharapkan penelitian ini berguna bagi masyarakat umum dan instansi-instansi terkait yang ingin mengetahi kelayakan usaha pembuatan serbuk minuman instan berbasis tanaman obat.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe

Jahe atau Zingiber officinale Roxb termasuk dalam famili zingiberaceae. Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe termasuk divisi Pteridophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledone, ordo Scitamine, Famili Zingiberaceae, serta genus Zingiber (Rismunandar dalam Alim, 2001).

Nama lain dari jahe adalah : jae (jawa), haliya (aceh), atau ginger dalam bahasa internasional. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, ada tiga jenis jahe yang dikenal, yaitu : jahe putih/kuning besar (disebut juga jahe badak atau jahe gajah), jahe putih kecil atau emprit, dan jahe merah. Ciri umum tanaman jahe adalah tumbuh berumpun, batang semu, tidak bercabang, berbentuk bulat, tegak, tersusun dari lembaran pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang kemerahan, dan tingginya dapat mencapai satu meter. Daun jahe merupakan daun tunggal, yang terdiri dari upih dan helaian daun, upih daun melekat membungkus batang, helaian daun tumbuh berselang seling, helaian daun tipis berbentuk lanset, berwarna hijau gelap, tulang daun sangat jelas tersusun sejajar, ujung daun meruncing, dan bagian pangkal membulat (Hernani dan Syukur, 2001).

Bunga majemuk tersusun berupa mayang, panjang mayang 4 – 7 cm, lebar 1,5 – 2 cm, bunga berbentuk tabung, setiap bunga dilindungi oleh daun pelindung. Buah jahe berbentuk bulat panjang seperti kapsul, dengan tiga ruang biji, masing-masing memiliki tujuh bakal biji. Biji kecil, warna hitam berselaput. Rimpang


(40)

10

bercabang tidak teratur umumnya ke arah vertikal, kulit berbentuk sisik tersusun melingkar dan berbuku-buku, warna kuning cokelat sampai merah tergantung jenisnya. Daging jahe berwarna kuning cerah, berserat, aromatik, mengandung banyak metabolit sekunder, dan merupakan perubahan bentuk dari batang yang terdapat di dalam tanah. Pembungaan tumbuh langsung dari rimpang, bunga majemuk tersusun dalam rangkaian mayang berbentuk silinder, sedangkan warna bunganya adalah ungu atau hijau. Rimpang jahe mempunyai bau yang spesifik, berkisar antara bau yang tajam, pahit, langu, sampai aromatis (Hernani dan Syukur, 2001).

Rimpang jahe banyak digunakan sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala. Selain itu, jahe juga digunakan sebagai bahan obat, bumbu masak, penyedap, minuman penyegar, manisan, dan lain-lain. Senyawa kimia yang menyebabkan rasa pedas pada jahe adalah gingerol, zingeron, dan shogaol (Hernani dan Syukur, 2001).

Jahe putih besar di Jawa Barat dikenal sebagai jahe badak sedangkan di Sumatera dikenal sebagai jahe gajah. Ukuran rimpangnya jauh lebih besar dan bentuknya lebih gemuk daripada dua varietas lainnya. Jahe ini banyak digunakan sebagai sayur, masakan, minuman, permen, dan rempah-rempah. Kandungan minyak atsirinya berkisar antara 0,82 – 1,66 persen bobot kering. Jahe putih kecil mempunyai ukuran rimpang lebih besar daripada jahe merah tetapi lebih kecil bila dibandingkan dengan jahe putih besar. Bentuknya aga pipih, berwarna putih, seratnya lembut, dan rasa pedasnya kurang tajam bila dibandingkan jahe merah. Jahe ini banyak digunakan sebagai rempah – rempah, minuman, penyedap makanan, serta untuk produksi minyak atsiri jahe. Kandungan minyak atsiri


(41)

11

berkisar antara 1,5 – 3,5 persen bobot kering. Jahe merah atau sering juga disebut jahe sunti memiliki rimpang kecil, berwarna kuning kemerahan, dan berserat kasar. Rasa jahe ini sangat pedas dan aromanya tajam. Di jawa penggunaannya lebih banyak untuk obat-obatan. Kandungan minyak atsirinya berkisar antara 2,58 – 3,90 persen bobot kering. Tanaman jahe dapat tumbuh di daerah terbuka sampai agak ternaungi. Tanah yang disukai berbahan organik tinggi, berjenis latosol atau andosol, dan berdrainase baik. Tanaman ini dapat tumbuh sampai pada ketinggian 900dpl, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada ketinggian 200 – 600 dpl, sedangkan curah hujan yang dibutuhkan antara 2500 – 4000 mm pertahun (Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).

Komposisi kimia jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan rasa pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia rimpang jahe adalah jenis jahe, tanah tempat tumbuh, umur panen, perlakuan pra dan pasca panen, serta cara pengolahan rimpang jahe (Rismunandar dalam Alim, 2001)

Minyak atsiri jahe hanya terdapat pada rimpang jahe dan menyebabkan bau harum khas jahe. Ekstrak minyak atsiri jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum, tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas dan hangat (Purseglove dalam Alim, 2001). Kandungan minyak atsiri jahe kering sekitar 1 – 3 persen dan komponen utamanya adalah zingiberane sebagai bahan baku minuman ringan (ginger ale), industri farmasi seperti parfum dan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) serta kosmetik yang memancarkan kesan “suasana timur” (Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).


(42)

12

Oleoresin adalah suatu gugusan kimiawi yang cukup kompleks persenyawaannya. Kata oleoresin terdiri dari dua katayaitu oleo dan resin, yang berarti minyak dan dammar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk pasta yang merupakan campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan sejenis dammar pembawa rasa (Rismunandar dalam Alim, 2001).

Tabel 4 Komposisi Kimia Rimpang Jahe

Jumlah Komponen

Jahe Segar Jahe Kering

Energi (KJ) 184,0 1424,0

Protein (g) 1,5 9,1

Lemak (g) 1,0 6,0

Karbohidrat (g) 10,0 70,8

Kalsium (mg) 21,0 116,0

Fosfor (mg) 39,0 148

Besi (mg) 4,3 12

Magnesium (mg) - 184

Natrium (mg) 6,0 32

Kalium (mg) 57,0 1342

Seng (mg) - 5

Thiamin (mg) 0,02

-Niasin (mg) 0,8 5

Vitamin C (mg) 4

-Serat Kasar (g) 7,53 5,9

Total Abu (g) 3,70 4,8

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1989)

Rasa pedas dan pahit jahe disebabkan oleh oleoresin. Sifat pedas ini tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan kandungan oleoresin. Jahe yang rasa pedasnya tinggi, seperti jahe sunti kandungan oleoresinnya tinggi. Sedangkan jenis badak yang rasanya kurang pedas, kandungan oleoresinnya pun sedikit (Murhananto dan Paimin dalam Alim, 2001).

Menurut Ketren dalam Alim 2001, secara umum oleoresin jahe tersusun oleh komponen-komponen gingerol dan zingeron (senyawa turunan fenol dan


(43)

13

ketofenol), shagaol (senyawa homolog zingeron) dan resin (damar). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa khasiat jahe dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit disebabkan oleh beberapa komponen citarasa. Selain sebagai pemberi citarasa komponen ini juga aktif memberikan pengaruh positif pada kesehatan.

Komponen pembawa rasa pedas jahe yaitu gingerol diketahui dapat menghambat aktivitas motorik, mengurangi rasa sakit (analgesic effect), dan dapat memperpanjang waktu tidur pada tikus percobaan. Sedangkan shogaol memberikan pengaruh anti batuk (antitusive) dan dapat menahan kontraksi perut.

2.2 Kencur

Kencur (Kaempferia galanga, Linn.) atau yang dapat disebut dengan cendo, tekur, kaciwer, kopuk, cakue, cokur, kencur (sumatera); kencur (jawa); kencor, cekor (madura), terdiri dari dua tipe; jenis berdaun lebar dan jenis berdaun sempit. Kedua tipe kencur tersebut banyak dibudidayakan di jawa.

Daun tunggal, berwarna hijau, bentuk jorong, pangkal daun membulat, ujung daun runcing, panjang antara 8 – 10 cm, lebar antara 4 – 7 cm, dan warna tangkai hijau sampai hijau kemerahan. Rimpang bersisik, kulit berwarna coklat, bagian dalam berwarna putih, aroma tajam, sampai kurang tajam. Dalam skala luas kencur banyak diusahakan, terutama di daerah Bogor, Bekasi, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Ungaran, Boyolali, dan Magelang. Dengan kedudukan sebagai peringkat kedelapan dari simplisia yang banyak digunakan di dalam negeri, tren permintaan selalu meningkat dengan kenaikan sebesar 18,54 persen.

Kencur banyak dimanfaatkan sebagai obat bengkak-bengkak, rematik, obat batuk, obat sakit perut, menghilangkan keringat, penambah nafsu makan, infeksi


(44)

14

bakteri, ekspektoran (memperlancarnya keluarnya dahak), tonikum, disentri, karminatif, mengobati luka dan bengkak perut, encok, obat batuk, dan sakit perut.

Selain sebagai salah satu obat, tanaman ini juga merupakan salah satu komponen saus dalam rokok kretek dan saat ini juga digunakan sebagai bahan baku minuman penyegar yang industrinya sedang berkembang pesat. Senyawa aktif yang terdapat dalam kencur adalah metil p-metoksi sinamat yang bersifat sebagai insektisida dan sebagai tabir surya (Hernani dan Syukur, 2001).

2.3 Kunyit

Kunyit yang memiliki nama latin Curcuma domestica atau Curcuma longa L. memiliki beberapa nama daerah seperti kunyet, kuning, kunyir (sumatera); kunyir, koneng, kunir (jawa); kunit, kunyi (sulawesi); kunyik, huni (nusa tenggara); kurlai (maluku), dan rame (irian).

Kunyit merupakan tanaman herba, tinggi dapat mencapai 100cm, batangnya semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, dan berwarna hijau kekuningan. Daun kunyit merupakan daun tunggal, lanset memanjang, helai daun berjumlah 3 – 8, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, panjang 20 – 40 cm, lebar 8 – 12,5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau pucat. Bunga kunyit tumbuh dari ujung batang semu, panjang 10 – 15 cm, bunga berwarna kuning atau kuning pucat, mekar secara bersamaan. Rimpang induk kunyit menjorong, rimpang cabang lurus atau sedikit melengkung, keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat, berwarna oranye, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar kunyit merupakan akar serabut dan berwarna cokelat muda. Penyebaran tanaman kunyit meliputi daerah tropis di Asia Selatan, Cina Selatan, India, Taiwan, Indonesia, dan Filipina.


(45)

15

Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma, diabetes mellitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurun panas, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobat luka-luka, dan obat penyakit hati.

Selain sebagai obat, kunyit banyak digunakan untuk bumbu dapur. Zat warna kuning yang dikandungnya dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dan tambahan untuk makanan ternak. Rimpang kunyit mengandung minyak asiri dengan senyawanya, antara lain fellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingiberene, curucumene, turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. Selain itu, rimpang kunyit juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung alkoloid kurkumin (Hernani dan Syukur, 2001).

2.4 Temulawak

Temulawak yang memiliki nama latin Curcuma xanthorrhiza Roxb. memiliki beberapa nama daerah seperti koneng gede (Sunda), temulawak (Jawa), dan temu labak (Madura). Temulawak merupakan tanaman berupa semak, batang semu yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang terpadu, tumbuh tegak lurus merumpun, tinggi tanaman antara 50 – 200 cm. Daun temulawak merupakan daun tunggal, tiap tanaman berdaun antara 6 – 8 helai, bentuk seperti mata lembing memanjang sampai lanset, berwarna hijau tua, tulang daun di bagian tengah


(46)

16

bergaris-garis cokelat keunguan terang sampai gelap selebar 1 – 2,5 cm, daun permukaan bawah pudar dan berkilat, panjang antara 31 – 84 cm, dan lebar 10 – 18 cm. Bunga temulawak merupakan bunga majemuk, bulir dengan bentuk bulat panjang, keluar langsung dari umbi, panjang 9 – 23 cm, dan lebar 4 – 6 cm, berdaun pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga; mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang 4 –5 cm, berwarna merah, ungu, atau putih, sebagian dari ujungnya berwarna ungu atau merah, bagian pangkal bunga berwarna hijau muda atau keputihan, panjang 3 – 8 cm, lebar 1,5 – 3,5 cm; kelopak bunga berwana putih, berambut, panjang 8 – 13 cm; sedangkan benang sarinya berwarna muda, panjang 12 – 16 mm, lebar 10 – 15 mm, dan kepala sari berwarna putih. Buah temulawak berbulu, panjang sekitar 20 mm. Rimpang temulawak berbentuk sempurna, bercabang-cabang, berwarna kuning tua hingga jingga gelap, dibedakan atas rimpang utama (induk) dan rimpang cabang, rimpang induk berbentuk jorong atau gelondong, rimpang cabang berupa akar yang menggembung dan pada bagian ujungnya membentuk umbi.

Diantara tanaman obat yang termasuk suku Zingiberaceae, simplisia temulawak merupakan bahan yang terbanyak dipakai di dalam negeri untuk pabrik jamu atau obat tradisonal. Konsumsi rata-rata simplisia temulawak 219.973 kg/tahun, jahe 182.045 kg/tahun, dan kencur 53.904 kg/tahun. Rata-rata kenaikkan penggunaan temulawak adalah 15,15 persen/tahun. Selain digunakan di dalam negeri, simplisia temulawak juga diekspor ke Singapura, Jerman, dan Taiwan. Sedangkan penyebaran tanaman temulawak di Indonesia meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali.


(47)

17

Rimpang temulawak digunakan sebagai obat kejang, jerawat, malaria, mencret, kurang nafsu makan, kurang darah, cacar air, radang lambung, getah empedu terganggu, cacingan, mengatasi air susu yang kurang, eksema, sembelit, kencing darah, ayan, radang ginjal, demam kuning, pelepas gas dalam perut, dan anti-HIV. Rimpang temulawak mengandung minyak asiri, kurkuminoid, lemak, resin, dan serat (Hernani dan Syukur, 2001).

2.5 Temuputih

Pada umumnya, temuputih ditanam sebagai tanaman obat, dapat ditemukan tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Tanaman ini mirip dengan temulawak dan dapat dibedakan dari rimpangnya. Temuputih banyak ditemukan di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, Ambon, hingga Irian. Selain itu, temu putih juga dibudidayakan di India, Banglades, Cina, Madagaskar, Filipina, dan Malaysia.

Terna tanaman tahunan ini tingginya dapat mencapai dua meter. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh dari rimpangnya. Daunya tunggal dan bertangkai panjang. Helaian daun berbentuk runcing, tetapi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau dengan sisik kiri-kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau lembayaung, panjang 25-70 cm, lebar 8-15 cm.

Bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar. Mahkota bunga berwarna putih dengan garis tepi merah tipis. Rimpang induk bentuknya jorong membulat dan mengeluarkan


(48)

18

rimpang cabang yang cukup banyak dan tumbuh kearah samping, ukurannya lebih kecil, bentuknya memanjang dan mudah dipatahkan. Dari rimpangnya keluar akar-akar yang kaku dan pada ujungnya terdapat kantong air. Warna rimpangnya putih dengan hati yang berwarna kuning muda. Bentuk buah bundar, berserat, segitiga, kulitnya lunak dan tipis. Biji berbentuk lonjong, berselaput, dan ujungnya bewarna putih.

Daunnya memiliki rasa seperti serai sehingga bisa digunakan untuk memasak ikan. Rimpang muda dapat ditambahkan kedalam salad. Rimpang temuputih rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, serta berbau aromatik. Temuputih termasuk tanaman obat yang menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan, melancarkan sirkulasi vital energi, dan menghilangkan nyeri. Rimpang temuputih berkasiat antikanker, anti radang (antiflogistik), melancarkan aliran darah, fibrinolitik, tonik pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan peluru kentut.

Rimpangan temuputih mengandung 1-2,5 persen minyak menguap dengan komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene, pyrocurcuzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol (curcumenol), isocurcumenol, procurcumenol, dehydrocurdone, furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan curdione. Selain itu mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak. Curcumol dan curdione berkasiat antikanker.

Bagian dan kembung karena banyak gas, sakit perut, rasa penuh, dan sakit di dada akibat tanaman yang digunakan adalah rimpangnya. Setelah dibersihkan, rebus rimpang, lalu jemur sampai kering. Setelah akarnya dibuang, iris rimpang


(49)

19

tipis-tipis untuk disimpan. Rimpang digunakan untuk pengobatan : nyeri sewaktu haid (dismenore); tidak datang haid (anemore) karena tersumbatnya aliran darah, pembersihan darah setelah melahirkan; memulihkan gangguan pencernaan makanan (dispepsi), seperti rasa mual tersumbatnya energi vital, pembesaran hati (hepatomegali), dan limpa; luka memar, sakit gigi, radang tenggorok, dan batuk; kanker : serviks, vulva, dan kulit; dan Meningkatkan efektivitas pengobatan radiasi dan kemoterapi pada penderita kanker 6

2.6 Secang Wangi

Secang wangi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minuman herbal khas Indonesia yang kaya anti-oksidan. Secang wangi dalam penelitian ini adalah racikan dari secang, jahe, kencur, dan cengkeh. Secang wangi mampu membantu memulihkan dan meningkatkan stamina tubuh serta membuat tubuh lebih rileks.

2.7 Biofarmaka sebagai Bahan Baku Minuman Instan

Menurut Darusman dalam Prasetiawan (2004), biofarmaka adalah semua makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun mikroogranisme yang berpotensi sebagai obat, makanan, dan minuman maupun nutraceutical bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Saat ini biofarmaka yang banyak digunakan adalah berupa tumbuhan yang memiliki khasiat dan manfaat bagi manusia, dalam bentuk obat tradisional (jamu), makanan dan minuman sebagai pangan fungsional maupun obat luar.

6


(50)

20

Menurut Subarnas dalam Prasetiawan (2004), berdasarkan pengamatan terhadap obat tradisional yang beredar di pasaran, biofarmaka yang biasanya digunakan sebagai ramuan jamu kebanyakan dari famili Zingiberaceae, seperti kunyit, temulawak, jahe, kencur, lumpuyang, lengkas, dan temu-temu lainnya.

Definis tanaman obat Indonesia menurut SK Menkes No. 149/SK/IV/1978

dalam Prasetiawan (2004) adalah sebagai berikut : (1) Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional (jamu), (2) Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokusor), dan (3) Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanamna tersebut digunakan sebagai obat. Menurut Sampurno dalam Prasetiawan (2004), tanaman obat adalah tumbuhan atu tanaman yang salah satu atau lebih bagiannya dapat digunakan untuk pengobatan.

Menurut Andarwulan dalam Prasetiawan (2004), minuman instan berbahan baku biofarmaka termasuk dalam kategori pangan fingsional karena dilihat dari definisinya, pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya memberikan manfaat bagi kesehatan diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.

Jenis minuman instan berbahan baku biofarmaka masih sedikityang diproduksi oleh industri besar, hanya beberapa industri yang memproduksi, misalnya PT Sido Muncul dengan produk minuman instan kunyit asam, jahe wangi, dan STMJ (susu, telor, madu, jahe) dan jamu komplit instan. Sedangkan PT Jamu Jago dengan produk minuman instan buyung upik untuk anak-anak (Prasetiawan, 2004).


(51)

21

2.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan kelayakan usaha serbuk minuman instan telah dilakukan. Salah satunya adalah skripsi oleh Alim (2001) yang berjudul “Kajian Proses dan Analisa Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga“. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa pada produksi bubuk jahe skala industri rumah tangga, kapasitas yang direncanakan adalah 2250 kg produk per tahun, dengan total kebutuhan dana proyek sebesar Rp 25.132.250 rupiah, terdiri atas total investasi Rp 12.025.000 rupiah dan modal kerja awal untuk biaya operasi selama tiga bulan sebesar Rp 13.107.250 rupiah. Total biaya produksi Rp 54.448.000 per tahun, terdiri atas biaya tetap Rp 2.019.000 rupiah dan biaya variabel Rp 53.429.000 rupiah. Harga pokok dihitung dengan menggunakan metode konvensional sebesar Rp 25.498,22 per kilogram dan harga jual Rp 33.000 rupiah. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25 persen menunjukkan nilai NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13 persen, nilai net B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP produksinya akan tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp 54.448.000 rupiah. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikkan biaya produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13 persen proyek masih layak untuk dilaksanakan.

Penelitian lain pernah juga dilakukan oleh Indriastuti (1998) yang berjudul “Kajian Proses dan Finansial Produksi Minuman Bubuk Coklat Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga“. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa produksi minuman bubuk coklat jahe skala industri rumah tangga tempat penelitian direncanakan sebesar delapan kilogram produk per hari, dengan total kebutuhan dana proyek


(52)

22

sebesar Rp 9.441.590,90 terdiri atas total investasi Rp 1.805.000 rupiah dan modal kerja awal untuk biaya operasi selama tiga bulan adalah Rp 7.636.590,90. Total biaya produksi Rp 31.097.823,60 terdiri atas biaya tetap Rp551.460 rupiah dan biaya variabel Rp 30.546.363,60 rupiah. Harga pokok dihitung dengan metode konvensional sebesar Rp 272,79 dan harga jual adalah Rp 381,90 rupiah. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 30 persen menunjukkan nilai NPV Rp 10.246.643,30; nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 74 persen, nilai net B/C sebesar 1,18 dan PBP selama 1,46 tahun. Sedangkan titik impas (BEP) produksi pada kapasitas penuh akan tercapai pada volume penjualan 5054 sachet atau 4,43 persen dari total penjualan atau ada pada nilai penjualan Rp 1.930.122,60 rupiah. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikkan biaya variabel sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13,2 persen proyek masih layak dilaksanakan.

Selain itu, ada penelitian lain yang serupa, talah dilakukan oleh Wasono (2001) mengenai “Kajian Proses Pembuatan Bubuk Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Analisa Finansial”. Dalam penelitiannya didapatkan hasil NPV sebesar Rp 311.480.838, 70; IRR sebesar 69,32 persen; Net B/C sebesar 6,419; PBP 0,793 tahun, dan BEP sebesar Rp 33.808.925,82 atau 25,613 persen dari produksi total.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis dengan peneltian terdahulu adalah bahwa penulis akan meneliti kelayakan usaha serbuk minuman instan yang terdiri dari enam komoditas yaitu; serbuk minuman instan jahe, serbuk minuman instan kencur, serbuk minuman instan kunyit, serbuk minuman instan temuputih, serbuk minuman instan secang wangi, dan serbuk minuman instan temulawak. Perbedaan lain terdapat pada aspek-aspek yang menjadi objek kajian studi


(53)

23

kelayakan. Penelitian yang telah dipaparkan hanya membahas analisis kelayakan usaha dari aspek finansial saja, sedangkan penulis ingin melihat dari berbagai aspek lain seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum, aspek lingkungan, maupun aspek sosial.


(54)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Proyek

Yang dimaksud proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Menurut Gray (1992), proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

benefit. Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berupa barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sedangkan Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.

3.1.2 Studi Kelayakan

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek, biasanya proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari :


(55)

25

1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial).

2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional).

3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:

1) Aspek Pasar

Terdiri dari permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2) Aspek Teknis

Terdiri dari lokasi proyek, besaran skala oprasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.

3) Aspek Manajemen

Terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4) Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.


(56)

26

5) Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.

6) Aspek Finansial

Terdiri dari pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh tersebut berbentuk biaya-biaya, manfat-manfaat, dan perubahan-perubahan yang berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan.

Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber daya, 3) memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas (Gray, et al, 1998).

3.1.3 Aspek Studi Kelayakan

Menurut Kashmir dan Jakfar (2006) untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun penilaian tidak hanya dilakukan pada hanya satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek


(57)

27

finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi kelayakan. Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, aspek hukum, dan aspek finansial.

a. Aspek pasar

Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek pasar mempelajari tentang :

1) Permintaan

Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk membeli. Artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat menentukan permintaan itu sendiri.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan subtitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).


(58)

28

2) Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan subtitusi atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kashmir dan Jakfar, 2006).

3) Program Pemasaran

Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2003).

4) Pangsa Pasar (Market share) Perusahaan

Pangsa pasar (Market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor, yaitu marketing mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Suwarsono, 2000).

b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan


(59)

29

kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi. Sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi perusahaan di masa yang akan datang (Kashmir dan Jakfar, 2006).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain :

1) Lokasi Proyek

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian, yaitu lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yaitu lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar, yaitu variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel-variabel sekunder terdiri hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), dan perencanaan masa depan perusahaan.

2) Skala Operasional atau Luas Produksi

Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata “seharusnya” dan “keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk


(1)

200,909

Lampiran 9. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Penurunan Tenaga Kerja 45%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Inflow

1. Penjualan 14,832,000 14,832,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000

2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 14,832,000 14,832,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000 B. Outflow

1. Biaya Investasi

Lahan 15,300,000

Bangunan 5,100,000

Perizinan 150,000

Mesin Penggiling 625,000

Juicer 180,000 180,000

Pisau 30,000 30,000

Kompor 375,000 375,000

Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000

Pengaduk 30,000 30,000

Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000

Timbangan 40,000

Lemari 200,000

Rak 160,000

Laptop 1,600,000 1,600,000

Sofa 600,000

Kulkas 3,200,000

Etalase 400,000

Meja Kursi 200,000 200,000 2. Biaya Tetap

Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 3. Biaya Variabel

Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909


(2)

Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 Biaya Tenaga Kerja 7,656,000 7,656,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 10,208,000 TOTAL OUTFLOW 27,392,313 14,247,313 18,721,417 18,466,417 18,721,417 20,881,417 18,721,417 18,466,417 18,721,417 18,466,417 Net Benefit -12,560,313 584,688 1,054,583 1,309,583 1,054,583 -1,105,417 1,054,583 1,309,583 1,054,583 18,309,583

DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.4526

PV DF 8,25% -11,603,060 498,963 831,375 953,721 709,482 -687,003 605,460 694,560 516,690 8,287,040

NPV 807,228

Net B/C

I

1

RR 0

Payback Period 23

pv positif 12,410,288


(3)

Lampiran 10. Cashflow Usaha Serbuk Minuman Instan TAMAN SYIFA (Peningkatan Produksi 130%)

URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A. Inflow

1. Penjualan

Produk Produksi Harga Serbuk

Minuman Instan Jahe

3,756 3,000 11,267,700

11,267,700 15,023,600 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 6,532,000 Serbuk

Minuman Instan Kunyit

1,739 3,000 5,216,400

5,216,400 6,955,200 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 3,024,000 Serbuk

Minuman Instan Kencur

1,548 3,000 4,643,700

4,643,700 6,191,600 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 2,692,000 Serbuk

Minuman Instan Temulawak

1,525 3,000 4,574,700

4,574,700 6,099,600 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 2,652,000 Serbuk

Minuman Instan Temuputih

895 3,000 2,684,100

2,684,100 3,578,800 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 1,556,000 Serbuk

Minuman Instan Secang Wangi

955 6,000 5,727,000

5,727,000 7,636,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000 3,320,000

2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17,000,000

TOTAL INFLOW 34,113,600 34,113,600 45,484,800 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 19,776,000 36,776,000 B. Outflow


(4)

Lahan 15,300,000

Bangunan 5,100,000

Perizinan 150,000

Mesin Penggiling 625,000

Juicer 180,000 180,000

Pisau 30,000 30,000

Kompor 375,000 375,000

Panci 210,000 210,000 210,000 210,000 210,000

Pengaduk 30,000 30,000

Baskom 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000

Timbangan 40,000

Lemari 200,000

Rak 160,000

Laptop 1,600,000 1,600,000

Sofa 600,000

Kulkas 3,200,000

Etalase 400,000

Meja Kursi 200,000 200,000 2. Biaya Tetap

Transportasi 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 PBB 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Listrik dan Air 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 Kesekretariatan 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 3. Biaya Variabel

Minyak 900,000 900,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Kunyit 85,909 85,909 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 114,545 Temulawak 150,682 150,682 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 200,909 Temuputih 88,409 88,409 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 117,879 Jahe 593,818 593,818 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 791,758 Secang Wangi 215,517 215,517 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 287,356 Kencur 137,659 137,659 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 183,545 Gula 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 Kemasan 1,029,318 1,029,318 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 1,372,424 Biaya Tenaga Kerja 13,920,000 13,920,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 18,560,000 TOTAL OUTFLOW 33,656,313 20,511,313 27,073,417 26,818,417 27,073,417 29,233,417 27,073,417 26,818,417 27,073,417 26,818,417


(5)

Net Benefit 457,288 13,602,288 18,411,383 -7,042,417 -7,297,417 -9,457,417 -7,297,417 -7,042,417 -7,297,417 9,957,583

DF 8,25% 0.9238 0.8534 0.7883 0.7283 0.6728 0.6215 0.5741 0.5304 0.4899 0.4526

PV DF 8,25% 422,436 11,607,966 14,514,521 -5,128,733 -4,909,414 -5,877,669 -4,189,612 -3,735,068 -3,575,345 4,506,869

NPV 3,635,952

Net B/C

I

1

RR 0

Payback Period -87

pv positif 30,629,356


(6)

Lampiran 11 Rincian Penjualan TAMAN SYIFA tiap-tiap Bulan pada Awal Proyek

Penjualan

Produk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL

Serbuk Minuman Instan Jahe

204 247 178 244 236 98 101 98 19 39 84 85

1633

Serbuk Minuman Instan Kunyit

75 74 92 87 97 85 55 64 19 39 34 35

756

Serbuk Minuman Instan Kencur

78 62 76 85 83 99 42 35 9 41 31 32

673

Serbuk Minuman Instan

Temulawak

87 70 72 67 137 35 48 44 11 31 30 31

663

Serbuk Minuman Instan

Temuputih

55 18 54 37 51 64 23 9 21 19 19 19

389

Serbuk Minuman Instan Secang

Wangi

34 43

415