Kegiatan menulis dapat membantu penulis mengembangkan berbagai gagasan dan potensi dirinya serta dapat meninjau dan menilai gagasannya sendiri secara
objektif, sehingga terbiasa berpikir serta berbahasa tertib dan teratur. Dengan kegiatan menulis secara intensif dan terencana, akan membiasakan penulis dalam
berpikir dan berbahasa secara tertib, serta penggunaan kegiatan menulis secara bijaksana dapat memperbaiki kualitas kehidupan bagi manusia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis
dituntut untuk menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik
kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Menulis dapat meningkatkan kecerdasan,
mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Selain itu, menulis
sangat membantu penulis menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan teratur.
2.2.1.4 Asas Menulis yang Baik
Ada enam asas menulis yang baik diantaranya: a kejelasan clarity b keringkasan Consiseness c ketepatan Correctness d kesatupaduan Unity e
pertautan Coherence dan f penegasan Emphasis. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut.
a Kejelasan clarity
Yang dimaksud kejelasan di sini adalah tulisan harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dimaksud penulis tidak
disalahartikan atau salah tafsir oleh pembaca karena kalimat-kalimatnya tidak jelas. Dengan kata lain, kalimat bisa dikatakan jelas kalau apa yang dipahami oleh pembaca
sama persis dengan apa yang dimaksud penulisnya. Kejelasan juga berkaitan erat dengan penggunaan kata umum yang sudah dikenal masyarakat. Contohnya adalah
kata ”sesuai” lebih umum daripada kata ”harmonis”. Begitu juga dengan kata-kata pertentangan-kontra, kemunduran-depresi, batasan-definisi dan sebagainya.
b Keringkasan consiseness
Keringkasan di sini adalah bahwa kalimat yang disusun tidak hanya pendek- pendek tetapi juga tidak menggunakan ungkapan-ungkapan yang berlebihan. Itu juga
berarti jangan terlalu menghambur-hamburkan kata seenaknya, tidak berputar-putar atau mengulang-ulang dalam menyampaikan gagasan.
c Ketepatan correctness
Suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan seperti yang dimaksud penulisnya. Ini berarti apa yang diinginkan
oleh penulis, bisa dipahami sama persis oleh pembacanya. Itu pulalah yang sering dianjurkan bahwa penulis yang baik adalah penulis yang mampu memahami siapa
pembaca tulisannya. Jangan sampai menulis itu dijadikan sebagai tugas dengan bahasa populer atau sebaliknya. Biasanya untuk mengatasi agar tidak terjadi
kesalahpahaman pada diri pembaca misalnya tentang arti sebuah kata-kata, penulis biasa memberikan arti dalam kurung. Siapa tahu penulisnya sering memakai bahasa
asing atau daerah karena bahasa tersebut dirasa lebih sesuai, misalnya kata sungkan atau pekewuh bisa diartikan tidak enak.
d Kesatupaduan unity
Yang dimaksud dengan kesatupaduan adalah ada satu gagasan dalam satu alinea. Kasus demikian sering dialami oleh penulis pemula yang belum terbiasa
membuat alenia dengan hanya ada satu pokok pikiran. Satu alinea sebisa mungkin hanya memiliki satu pokok pikiran dengan beberapa pokok pikiran penjelas.
e Pertautan coherence
Maksutnya adalah antarbagian bertautan satu sama lain antaralinea atau kalimat. Ketiadaan pertautan sangat sering terjadi bila seorang penulis menulis
dengan tergesa-gesa dan hanya kompilasi menggabungkan berbagai sumber, tanpa ada kata atau kalimat perangkai atau hanya tumpukan pendapat banyak orang yang
disusun sendiri dari berbagai sumber. Tentu saja karena dimuatnya tulisan yang dikutip itu, serta contoh yang dikemukakan satu sama lain berbeda, sehingga
memungkinkan antarbagiannya tidak saling berkaitan. Untuk mengatasi hal demikian, penulis memang harus jeli dan tahu topik apa yang sedang dibahas dalam sebuah
alinea. Sehingga, ketika melompat ke alinea selanjutnya seolah tidak berdiri sendiri. Kata perangkai alinea bisa mengatasi hambatan ketidaktautan ini, mislanya dengan
menggunakan kata- kata ”dengan demikian”, ”oleh karena itu”, ”bahkan”, ”maka dari
itu” dan sebagainya. Kata-kata perangkai ini menjadi jembatan untuk meloncat ke alinea selanjutnya.
f Penegasan emphasis
Adanya penonjolan atau adanya derajat perbedaan antarbagian ini sangat tergantung pada keahlian penulis. Seorang penulis yang mahir akan sebisa mungkin
menyebarkan penekanan pada setiap bagian kalimat yang ditulis. Tetapi, bukan berarti penulis pemula tidak bisa melakukannya. Penulis pemula bisa melakukannya
dengan cara membuat subbahasan dari sebuah tulisan Nurudin 2007: 39-46 Dari keenam asas menulis yang baik yang telah diuraikan di atas, dalam
penyusunan paragraf asas yang perlu diterapkan adalah kesatupaduan unity dan pertautan coherence. Hal ini sesuai dengan syarat pembentukan paragraf yang baik.
2.2.2 Paragraf