perawat menjamin perawatan dan perawat menjaga pasien untuk berada diruangannya selama melakukan pengobatan di RS Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Komunikasi Terapeutik
di RS Kusta Donorojo Jepara
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi antara perawat dan pasien yang dilakukan secara sadar, direncanakan yang membantu memecahkan masalah
pasien yang bertujuan mempercepat kesembuhan pasien secara fisik maupun psikis. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat.
Hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien dapat dilihat dari kesejatian, empati, respek atau hormat dan konkret.
Berdasarkan hasil penelitian secara umum komunikasi terapeutik pada perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berada pada kategori tinggi sebanyak 28
pasien 50,9. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat RS Kusta Donorojo Jepara memiliki komunikasi terapeutik yang tingi. Artinya bahwa pasien
merasakan bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat sudah baik sehingga membuat hubungan komunikasi antara pasien dengan perawat
berlangsung lancar. Dengan memililki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya pada pasien,
sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan
akan meningkatkan profesi Damaiyanti,2010:11 Komunikasi terapeutik memiliki 4 aspek yaitu kesejatian, empati, respek
atau hormat dan konkret. Keempat aspek komunikasi terapeutik di kombinasikan dengan karakteristik dari komunikasi terapeutik dalam Taufik dan Juliane
2010:30-34. Hasil mean empiris dari aspek komunikasi terapeutik diketahui bahwa aspek konkret memiliki mean empiris tertinggi yaitu 3,16 setelah
dilakukan perbandingan mean empiris. Aspek konkret adalah dapat mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan
akurat tentang masalah dan mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik. Respon dari perawat menjembatani untuk dapat memahami apa yang diinginkan
pasien selama pengobatan agar pasien puas dengan respon dari perawat. Pasien yang belum puas dengan komunikasi perawat menginginkan
perawat lebih sering mengunjungi pasien, cepat tanggap bila dibutuhkan pasien sehingga ia dan keluarga lebih tenang jika keluhannya dapat cepat teratasi. Hal ini
mengidentifikasikan komunikasi yang tercipta diantara perawat dan pasien masih sebatas komunikasi sosial, belum mencapai komunikasi yang terapeutik
Christy,2015:4. 4.6.1.2.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Kesejatian
Komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek kesejatian. Dimensi kesejatian memperoleh nilai mean empiris yaitu 15.47 masuk
dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh 3.094. Dimensi kesejatian dilihat secara umum berada pada kategori tinggi
sebanyak 28 pasien 50,9. Menurut Damaiyanti 2008:30 dimensi kesejatian adalah pengiriman
pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya. Dilihat bahwa perawat mendengarkan masalah perasaan pasien dengan baik walaupun tidak
berhubungan dengan penyakit dan dilakukan dengan ikhlas. Saat dokter menyampaikan masalah yang pasien kepada perawat maka perawat akan
menyampaikan kepada pasien yang bersangkutan dan proses dari kesembuhan yang harus dilakukan di RS Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.2.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Empati Komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek
empati. Dimensi empati memperoleh nilai mean empiris yaitu 18,78 masuk dalam kategori sedang dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh 3.13.
Dimensi empati dilihat secara umum berada pada kategori sedang sebanyak 35 pasien 63,6.
Menurut Damaiyanti 2008:30 dimensi empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain dan bahwa kita memahami bagaimana
perasaan orang lain dan menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita larut dalam emosi orang lain. Selama melakukan penelitian diketahui bahwa perawat cukup
mudah memahami pasien dan sabar. Kebutuhan yang diperluhkan pasien baik selama pengobatan dan membuat nyaman pasien di RS Kusta Donorojo Jepara
cukup terpenuhi dan sesuai dengan apa yang dirasakan pasien 4.6.1.2.3 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Respek atau Hormat
Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek respek atau hormat. Dimensi respek atau hormat memperoleh nilai mean
empiris yaitu 18,44 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh 3.07. Dimensi respek atau hormat dilihat
secara umum berada pada kategori sedang sebanyak 31 pasien 56,4. Menurut Damaiyanti 2008:30 dimensi respek atau hormat adalah
perilaku yang menunjukkan kepedulian atau perhatian, rasa suka dan menghargai pasien. Selama penelitian diketahui bahwa perawat pada saat bertemu dengan
pasien akan menyapa dan tersenyum tanpa membeda-bedakan, ada kalanya pasien
yang mencari perhatian dari perawat agar pasien diperhatikan lebih lagi. Kemudian pada saat pasien dengan perawat berbicara, perawat dengan baik
memperhatikan dan memberikan balasan yang membuat pasien merasa dihargai. 4.6.1.2.4 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Konkret
Komunikasi terapetik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek konkret.Dimensi konkret.memperoleh nilai mean empiris yaitu 18,96 masuk
dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh 3,16. Dimensi konkret.dilihat secara umum berada pada kategori tinggi sebanyak
34 pasien 61,8. Menurut
Damaiyanti 2008:30
dimensi konkret
adalah mempertahankan respon perawat terhadap perasaan pasien, menjelaskan dengan
akurat tentang masalah. Diketahui bahwa perawat memberikan respon yang baik kepada pasien saat menceritakan masalah yang dirasakan, dengan anggukan
kepada membuat pasien paham bahwa pasien masih memdapatkan perhatian yang penuh dari perawat walau dengan penyakit kusta. Perawat tetap memberikan
penjelasan yang baik karena kebanyakan pasien berusia lanjut sekalipun.
4.6.2
Pembahasan Analisis Inferensial Kualitas Pelayanan Perawat dengan Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Hipotesisi pe nelitian ini adalah “ada pengaruh signifikan antara
komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat persepsi pasien pada perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
”. Semakin tinggi komunikasi terapeutik, makin tinggi pula kualitas pelayanan perawat yang tercipta. Sebaliknya, semakin
rendah komunikasi terapeutik. Maka kualitas pelayanan perawat juga semakin rendah‟diterima. Data penelitian ini diolah dengan SPSS 20.0 for Windows
dengan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh nilai F hitung
sebesar 70,719 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan tingkat signifikasi 0,000 0,05 maka hipotesis diterima.
Hal ini secara bersama-sama komunikasi terapeutik berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pelayanan perawat dan nilai koefisien persamaan
garis regresi variabel komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat sebesar 1,261 yang bertanda positif, hasil tersebut menunjukan bahwa komunikasi
terapeutik mempunyai hubungan yang searah kualitas pelayanan perawat. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan komunikasi terapeutik satu satuan maka kualitas
pelayanan perawat akan naik sebesar 1,261 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
Hasil dapat dilihat juga pada nilai T hitung variabel komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat sebesar sebesar 8,409 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Nilai T hitung T tabel atau 8,409 2,000 dan p 0,05 maka hipotesis H diterima. Menunjukkan hasil bahwa secara parsial ada pengaruh
signifikan antar komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat sehingga hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh signifikan antara komunikasi
terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat persepsi pasien pada perawat di RS Kusta Donorojo Jepara. Semakin tinggi komunikasi terapeutik, semakin
tinggi pula kualitas pelayanan perawat yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah komunikasi terapeutik, maka kualitas pelayanan perawat juga semakin
rendah” diterima. Berdasarkan hasil uji interkorelasi antar variabel komunikasi terapeutik
terhadap kualitas pelayanan perawat didapatkan aspek kesejatian mempunyai nilai korelasi signifikan dan paling rendah sebesar 0,478 dengan variabel kualitas
pelayanan perawat, aspek empati mempunyai nilai korelasi signifikan dan paling
tinggi sebesar 0,754 dengan variabel kualitas pelayanan perawat, aspek respek atau hormat mempunyai nilai korelasi signifikan sebesar 0,601 dengan variabel
kualitas pelayanan perawat, dan aspek konkret mempunyai nilai korelasi signifikan sebesar 0,650 dengan variabel kualitas pelayanan perawat.
Menurut Asrin, Ridwan K dan Wahyu E 2006:68 bahwa komunikasi sangatlah memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan. Komunikasi yang dilakukan dalam pelayanan keperawatan bisa dalam bentuk komunikasi terapeutik dan komunikasi sosial.
Pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien kepada pasien seharusnya lebih diutamakan komunikasi yang bersifat terapeutik karena komunikasi ini lebih
fokus dalam proses peningkatan perkembangan kesehatan pasien, pemahaman permasalahan kesehatan pasien dan membantu dalam mencapai kesehatan yang
optimum Fortinash Holoday-Worret,2000 dalam Asrin, Ridwan K dan Wahyu E 2006:68.
Setiap perawat memiliki kesempatan yang sama untuk menerapkan komunikasi terapeutik yang baik. Komunikasi yang baik, perawat akan mampu
meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya dan dapat meningkakan kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat sehingga berdampak pada mutu pelayanan
rumah sakit yang semakin baikpula. Pendapat yang sama disampaikan Purwanto 1994 dalam Diana
,
Asrin
,
Wahyu 2006: 54 bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas pelayan keperawatan dan membantu klien. Hal
tersebut juga mendukung penelitian yang dilakukan Diana
,
Asrif
,
Wahyu 2006: 54 bahwa komunikasi terapeutik sangat penting untuk membina hubungan yang
terapeutik perawat-klien dan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
4.7 Keterbatasan Penelitian