Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa

Kualitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 harapan dasar yaitu : 1. Kriteria standar yang diterapkan harus sesuai 2. Informasi yang dikumpulkan untuk menentukan apakah standar pelayanan sudah dapat terpenuhi. 3. Pembelajaran dan koreksi diperlukan jika terdapat standar yang tidak dapat dilakukan. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kualitas Pelayanan Perawat adalah tingkat baik buruknya pelayanan professional yang diciptakan bagi pasien berupa pelayanan yang perubahannya dapat dirasakan, dapat dinilai dan dapat diukur secara nyata.

2.1.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa

Menurut Parasuraman,dalam Jasfar 2005:51-52 Zeithaml dan Berry 1985 melakukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis industry jasa. Sebelum mengelompokkan ke dalam lima dimensi, ketiga penelitian ini berhasil mengidentifikasikan sepuluh faktor yang dinilai konsumen dan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas jasa, yaitu acces, communication, competence, courtesy, credibility, reliability, responsiveness, security, understanding, dan tangibles. Selanjutnya, Parasuraman et al.1988 melakukan kembali penelitian pada kelompok fokus focus group , baik pengguna maupun penyedia jasa. Akhirnya, ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara communication, competence, courtesy, credibility, dan security yang kemudian dikelompokkan menjadi satu dimensi, yaitu assurance. Demikian pula halnya mereka menemukan hubungna yang sangat kuat antara access dan understanding, yang kemudian digabungkan menjadi satu dimensi, yaitu empathy. Akhirnya, Parasuraman 1988 mengemukakan lima dimensi kualitas jasa. Kelima dimensi tersebut adalah reliability kehandalan, responsiveness daya tanggap, assurance jaminan, empathy empati, dan tangible produk-produk fisik. 1. Reliability kehandalan, yaitu memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat waktu accurately, kemampuan untuk dipercaya dependably, dan diagnosisnya terbukti akurat 2. Responsiveness daya tanggap, yaitu dapat diakses, tidak lama menunggu, beserdia mendengarkan keluh kesah pasien. 3. Assurance Jaminan, yaiitu pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, reputasi dokter maupun tenaga medis lainnya. 4. Empathy Empati, yaitu Mengenal pasien dengan baik, mengingat masalah penyakit, keluhan, dll sebelumnya, pendengar yang baik, sabar. 5. Tangible Produk-produk fisik, yaitu ruang tunggu, ruang operasi, peralatan, informasi secara tertulis dan jelas. Gronroos 1990 dalam Jasfar 2005:53menyatakan, bahwa service encounter atau disebut juga the moment of truth, yang sangat penting artinya dalam penilaian konsumen terhadap jasa. Menurut Groonroos 1990, pada dasarnya kualitas jasa dari sudut pandang penilaian pelanggan dibedakan atas tiga dimensi berikut. 1. Technical atau outcome dimension, yaitu berkaitan dengan apa yang diterima konsumen. Dimensi ini sama artinya dengan apa yang disebut kompetensi competence dari Parasuraman 1985. 2. Functional atau process related dimension, yaitu berkaitan dengan cara jasa disampaikan atau disajikan. Bagaimana the moment of truth dapat terkesan positif saat ditentukan dari perhatian dari perusahaan jasa, terutama kontak personel yang terlibat langsung dalam interaksi dengan baik. 3. Corporate image, yaitu berkaitan dengan citra perusahaan di mata konsumen. Dimensi ini sama pengertiannya dengan kredibilitas credibility dalam pengertian Parasuraman 1985 Johnston et al dalam Jasfar 2005:56-57 melakukan penelitian di Inggris Jaya Britain dan mengusulkan delapan belas dimensi kualitas jasa dengan definisi masing-masing, seperti terlihat pada catatan yang dikemukakan oleh Van Looy et al 1998 berikut. 1. Access, yaitu lokasi yang mudah dijangkau, termasuk kemudahan untuk menemukan jalan-jalan disekitar dan kejelasan rute. 2. Aesthetics, yaitu berkaitan dengan sampai sejauh mana paket jasa service package tersedia untuk memuaskan konsumen 3. Attentivenesshelpfulness, yaitu berhubungan dengan kontrak personel, sampai sejauh mana mereka berkeinginan untuk membantu konsumen. 4. Availability, yaitu berkaitan dengan ketersediaan fasilitas jasa, staf, dan barang-barang bagi konsumen. 5. Care, yaitu kepedulian, perhatian, simpati, dan kesabaran yang diperlihatkan kepada konsumen. 6. CleanlinessTidiness, yaitu kebersihan, kerapian, dan keteraturan produk- produk fisik dalam jumlah paket jasa the service package . 7. Comfort, yaitu berkaitan dengan kenyaman lingkungan dan fasilitas jasa. 8. Commitment, yaitu komitmen pekerja terhadap tugas 9. Communication, yaitu kemampuan penyedian jasa untuk berkomunikasi dengan konsumen. 10. Competence, yaitu berkaitan dengan keahlian dan profesionalisasi dalam penyampaian jasa. 11. Courtesy, yaitu kesopanan, respek dalam menyediaan jasa, terutama berkenaan dengan kontrak staf dalam berhubungan dengan konsumen dan hak miliknya. 12. Flexibility, yaitu berkaitan dengan keinginan dan kesanggupan pekerja untuk mengubah pelayanan jasa atau produk, menyesuaikan dengan keinginan konsumen. 13. Friendliness, yaitu kehangatan dan keakraban penyedia jasa, terutama kontak staf. 14. Functionality, yaitu kemampuan jasa atau kesesuaian „kualitas produk „ baik berupa fasilitas jasa maupun barang-barang 15. Integrity, yaitu kejujuran, keadilan, dan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan jasa kepada konsumen. 16. Reliability, yaitu kehandalan dan konsistensi dari kinerja fasilitas jasa, barang-barang, dan staf 17. Responsiveness, yaitu kecepatan dan ketepatan penyampaian jasa. 18. Security, yaitu keselamatan dan keamanan konsumen serta peranan mereka dalam proses jasa. Kesimpulan yang diambil dari beberapa dimensi diatas adalah menurut Johnston yang memberikan delapan belas dimensi dengan definisi masing-masing secara jelas, dengan menghilangkan dimensi Access, Availibility, Comfort, dan functionality yang kurang berhubungan untuk menggukur kualitas pelayanan perawat yang ingin dicapai peneliti yaitu: Aesthetics , Attentivenesshelpfulness , Care , CleanlinessTidiness , Commitment , Communication , Competence , Courtesy , Flexibility , Friendliness , Integrity , Reliability, Responsiveness dan Security. Dimensi menurut Johnston dipilih dikarenakan penjelasan pada setiap dimensi jelas, jika menggunakan dimensi dari parasuraman ada satu dimensi yaitu empati tumpang tindih dengan aspek yang dimiliki komunikasi terapeutik juga terdapat aspek empati. Dimensi menurut Gronroos tidak digunakan karena hanya ada tiga aspek yang dituliskan dan penjelasan yang kurang, hal ini membuat peneliti untuk menggunakan dimensi menurut Johnston yang lebih jelas dan lebih rinci dalam setiap pengukuran untuk kualitas pelayanan perawat

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Perawat

Dokumen yang terkait

Efektifitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Kecemasan Ibu Bersalin Seksio Sesarea di RSUD dr. Pirngadi.

1 48 100

Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Rawat Jalan Di RSUD Sidikalang Kabupaten Dairi

12 177 150

Pengaruh Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan Kesetaraan) Bidan terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan

1 41 101

Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Nifas di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai

3 47 110

Pengaruh Faktor Personal dan Faktor Situasional terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

2 62 181

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

2 66 161

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

1 42 140

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PASIEN UNTUK SEMBUH (Kasus di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta).

0 4 15

Komunikasi Terapeutik antara Perawat dan Pasien.

0 1 24

GAMBARAN PRAKTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KOMUNIKASI SOSIAL PERAWAT DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN

0 0 9