Morphometric B. Energetic Identifikasi, klasifikasi dan analisis struktur spesiea kawanan ikan pelagis berdasarkan metode deskriptor akustik

Dunia II hidroakustik mengalami perkembangan yang luar biasa sebagai alat pendeteksi kapal selam. Setelah perang berakhir, pengetahuan tentang akustik diaplikasikan untuk pendeteksian ikan secara intensif, namun hasilnya belum terwujudkan secara kuantitatif. Nelayan saat itu hanya menterjemahkan echogram dari hasil echosounder ke dalam estimasi hasil tangkapan Widodo, 1999. Setelah diketemukannya integrator gema echo-integrator secara digital yang mampu mengkuantifikasikan hasil mengamatan akustik maka hidroakustik dapat diaplikasikan untuk pendugaan stok ikan Johanneson Mitson, 1983. Di Indonesia pemanfaatan metode akustik untuk pengkajian stok sumberdaya ikan dimulai sejak tahun 1972 dengan menggunakan Kapal Penelitian Lemuru milik FAO bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan Ditjen Perikanan Venema, 1996 diacu dalam Wudianto, 2001. Penggunaan metode akustik untuk pendugaan stok sumberdaya perikanan terdapat kelebihan dan kekurangannya. Thorne 1983 yang dikutip Wudianto 2001 mengungkapkan beberapa kelebihan metode akustik dibanding metode lainnya antara lain: 1 dengan metode akustik tidak tergantung pada ketersediaan data statistik perikanan seperti hasil tangkapan dan upaya penangkapan, 2 memiliki skala waktu yang lebih baik, 3 biaya operasional relatif rendah, 4 hasilnya memiliki ragam variance yang rendah atau ketelitian yang tinggi, dan 5 memiliki kemampuan untuk mengestimasi kelimpahan absolut ikan. Beberapa kekurangan pemanfaatan metode akustik antara lain: 1 lemah dalam memilah- milah ikan berdasarkan spesies, 2 kurang teliti digunakan untuk sampling ikan dekat permukaan dan dasar, 3 agak rumit dan komplek 4 diperlukan biaya awal yang tinggi, 5 diperlukan sampling biologi ikan dan 6 kemungkinan terjadi bias saat penentuan target strength dan kalibrasi. Menurut Scalabrin Masse 1993 pendeteksian kawanan ikan secara akustik dapat digolongkan menjadi 2 cara jika dilihat dari prinsip kerjanya yaitu: 1 pengamatan dari atas secara vertikal dengan echosounder dan 2 pengamatan dari arah samping secara mendatar dengan sonar. Sesuai dengan keterbatasan jangkauan alat, kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan echosounder yang prinsip kerjanya dari atas maka pengukuran terhadap panjang kawanan ikan hasilnya lebih teliti dibanding hasil pengukuran terhadap tingginya. Namun sebaliknya, jika penggunaan sonar hasil pengamatan tinggi kawanan ikan lebih akurat dibanding hasil pengamatan terhadap panjang kawanan.

2.7.1 Echosounder split beam system

Echosounder split-beam memiliki transducer yang dibagi dalam 4 kuadran. Arah target ditentukan dengan membandingkan sinyal yang diterima masing-masing kuadran. Transducer memiliki dua fungsi yaitu pertama, mengubah energi listrik menjadi pulsa akustik yang ditransmisikan, kadang-kadang disebut dengan ping; kedua, ketika target memantulkan