Klasifikasi kawanan ikan lemuru

masih berada di perairan dalam. Kawanan ikan lemuru pada musim ini didominasi oleh kawanan lemuru. Pada peralihan II, kawanan ikan lemuru mulai bergerak dari perairan Muncar menuju perairan terlindung. Kawanan ikan lemuru pada musim ini didominasi oleh kawanan sempenit.

5.5 Pembahasan

5.5.1 Klasifikasi kawanan ikan lemuru

Ikan lemuru sebagai ikan pelagis kecil mempunyai sifat senang bergerombol. Tujuan ikan bergerombol adalah untuk memudahkan mencari makan, menghindar dari serangan predator dan mencari habitat atau lingkungan yang sesuai Pitcher Parrish, 1986. Berdasarkan hasil analisis gerombol, kawanan ikan lemuru dapat diklasifikasikan menjadi 4empat kelas ukuran ikan, yaitu kelompok kawanan lemuru 30, kawanan protolan 32, kawanan sempenit 18 dan kawanan campuran 20. Hasil analisis diskriminan memaparkan bahwa seluruh variabel deskriptor akustik dan data tambahan berpengaruh terhadap pembentukan kelas kawanan ikan lemuru kecuali variabel tinggi. Hal ini mungkin disebabkan kisaran tinggi kawanan ikan lemuru relatif sama. Wudianto 2001 menyatakan bahwa tinggi gerombolan ikan lemuru tidak berbeda nyata bagi kedua pengamatan September, 1998 dan Mei, 1999. Nilai koefisien pada Tabel 5.4 menjelaskan fungsi dari klasifikasi kelompok kawanan ikan lemuru. Secara lebih jelas dinotasikan sebagai berikut: F Lemuru = -3.501MD - 9.42RA - 0.173Pj + 73.63Suh +1251.996Sal + 0.037D F Campur = -3.47MD - 8.968RA - 0.175Pj + 72.99Suh +1247.888Sal + 0.043D F Sempenit =-3.083MD - 8.521RA - 0.146Pj + 68.212Suh +1215.2Sal + 0.036D F Protolan = -3.297MD - 8.831RA - 0.162Pj + 70.87Suh +1212.44Sal + 0.035D Nilai deskriptor dari kawanan ikan lemuru yang dimasukkan ke dalam salah satu fungsi tersebut akan memperoleh kisaran nilai 0-1. Nilai yang cenderung bernilai 1 satu dapat dimasukkan ke dalam kelompok kawanan lemuru x dan nilai yang cenderung bernilai 0 nol dapat dimasukkan ke dalam salah satu fungsi lainnya. Berdasarkan hasil analisis gerombol dan diplotkan dengan musim, kawanan ikan lemuru juga dapat diklasifikasikan menjadi 3tiga kategori yaitu musim peralihan I didominasi oleh kawanan protolan, musim timur didominasi oleh kawanan lemuru 57.7 dan campuran 38.5 sedang musim peralihan II didominasi kawanan sempenit 67 dan protolan 33. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengamatan Dwiponggo 1982 menyatakan bahwa pada bulan September yaitu permulaan dari musim ikan, ’lemuru’ kecil atau ’semenit’ telah mulai nampak di bagian Utara dari Selat. Begitupun dengan Wudianto 2001 yang mengemukakan bahwa pada peralihan I, ikan lemuru memiliki ukuran yang lebih besar antara 12-20 cm dan pada peralihan II, ikan lemuru memiliki ukuran yang masih kecil sempenit. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa 98 [[9+16+15+9]50x100] kawanan ikan lemuru yang diteliti dapat diklasifikasikan dengan benar, sedang sisanya mengalami salah klasifikasi. Kawanan ikan lemuru yang diklasifikasikan dengan benar menunjukkan bahwa kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran ikan menggunakan deskriptor akustik dan data tambahan. Faktor internal pembentukan kawanan ikan lemuru Pada musim peralihan I, kawanan ikan lemuru berbentuk oval tebal dengan luasan sedang. Menjelang musim timur, bentuk kawanan ikan mengecil luasan sempit yakni oval lonjong dan pada musim peralihan II, bentuk kawanan ikan lemuru melebar berbentuk oval pipih dan oval tebal dengan area yang besar. Fenomena diatas sesuai dengan hasil pengamatan kawanan ikan sardine di Jepang yang sangat tergantung musim. Pada musim dingin posisi termoklin agak dalam, kawanan ikan sardine menjadi menebal ke bawah, sebaliknya pada musim panas posisi termoklin lebih dangkal kawanan ikan menjadi melebar dan pipih Inagake Hirano, 1983. Kejadian ini dapat uraikan sebagai berikut: pada perairan tropis, saat terjadi penaikan massa air peralihan I dan musim timur, kawanan ikan lemuru membentuk small school sebagai strategi mengatasi kisaran suhu yang sempit dan saat penaikan massa air tinggal sisa-sisa peralihan II, kawanan ikan lemuru membentuk large school sebagai upaya mengatasi kisaran suhu yang relatif dingin. Rata-rata panjang kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali adalah 454 m. Rata-rata panjang kawanan ikan pada Peralihan II mencapai 1147 m dan rata- rata panjang kawanan ikan pada musim timur hanya 154 m. Sebagai pembanding kawanan ikan herring di Gratangan Fjord Norwegia mencapai panjang 5.5 km Maclennan Simmonds, 1992. Berdasarkan hasil pengamatan dengan teknik hidroakustik menunjukkan bahwa pada musim peralihan I 30 April - 1 Mei tahun 1999, kawanan ikan lemuru protolan berada di lapisan dasar perairan pada kedalaman 80 m dan terkonsentrasi di perairan dalam perairan Jawa dan perairan dangkal perairan Bali diduga untuk melakukan pemijahan. Kawanan protolan merupakan lemuru dengan ukuran sedang 11-15 cm memiliki bentuk dan ukuran sedang elongasi 54 dan area 1844 m 2 . Protolan merupakan ikan remaja dari ikan lemuru. Pada masa ini, kawanan ikan mulai membentuk diri, mencari pasangan dan awal matang gonad. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian Merta 1992 yang menduga pada bulan Mei-Juli ikan lemuru melakukan pemijahan dan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan yang sesuai, ikan lemuru beruaya ke perairan yang agak dalam. Panjang ikan lemuru pada kematangan gonadnya yang pertama rata-rata 18.04 cm. Mendekati musim timur 17-18 Agustus tahun 2000, kawanan campur lemuru dan sempenit menuju perairan dangkal yaitu di perairan Badung dan perairan Tabanan-Bali untuk mencari makan pada musim ini kelimpahan plankton cukup tinggi. Kawanan campuran ini berada di pertengahan kolom perairan pada kedalaman 20 m. Kawanan lemuru berada di perairan dalam perairan Jawa. Kawanan lemuru berada di lapisan dasar perairan pada kedalaman 50 m umumnya lemuru dewasa. Kawanan lemuru ini diduga akan melakukan pemijahan sesuai dengan hasil penelitian Merta 1992 yang menyatakan bahwa ikan lemuru di Selat Bali mempunyai musim pemijahan yang panjang, diperkirakan mulai bulan Mei dan puncaknya bulan Juli, dan memanjang sampai bulan Agustus atau September. Kawanan lemuru dewasa lebih banyak membentuk kawanan kecil elongasi 21 dan area 763 m 2 , Hal ini berhubungan dengan tingkah laku dan hubungan memijah dalam kelompok. Namun jika kawanan lemuru ini bercampur, cenderung membentuk kawanan yang lebih kecil lagi elongasi 12 dan area 647 m 2 . Hal ini berhubungan dengan ketersediaan makanan. Pada musim timur tersedia makan melimpah plankton sehingga kawanan ikan lemuru dengan berbagai ukuran berkumpul untuk mencari makan. Pada peralihan II 11-12 September tahun 1998, kawanan ikan lemuru bergerak menuju perairan dangkal yang terlindung perairan Badung, Tabanan, Pengambengan dan Muncar untuk pembesaran. Kawanan sempenit ini berada di dekat dasar perairan pada kedalaman 100 m dan sisanya protolan berada di pertengahan kolom perairan pada kedalaman 40 m. Kawanan sempenit merupakan ikan lemuru dengan ukuran paling kecil kurang dari 11 cm namun membentuk kawanan dengan bentuk dan ukuran yang paling besar elongasi 170 dan area 5161 m 2 . Hal ini merupakan taktik sempenit menghindar dari serangan predator. Ukuran kecil merupakan mangsa yang empuk bagi predator sehingga besarnya ukuran dan bentuk kawanan diperlukan untuk pertahanan diri. Energi akustik mempengaruhi densitas kawanan. Kawanan lemuru musim timur memiliki energi akustik sedang maka densitasnya sedang. Kawanan sempenit memiliki energi akustik yang lemah maka densitasnya pun rendah. Kawanan protolan musim peralihan I dan II memiliki energi akustik lemah sampai sedang maka densitasnya pun sama. Hal yang menarik justru diperoleh saat kawanan ikan lemuru tersebut bercampur. Energi akustiknya jauh lebih kuat dibandingkan kawanan yang tidak bercampur dan densitasnya mengikuti energi akustik yang dipantulkannya. Faktor eksternal pembentukan kawanan ikan lemuru Ikan lemuru akan membentuk kawanan di lapisan dasar perairan pada siang hari, begitu menjelang malam hari ikan lemuru akan berpencar menuju permukaan perairan dan tidak membentuk kawanan. Pada kondisi seperti ini ikan lemuru sukar untuk dideteksi bentuk kawanannya seperti yang dikemukakan Laevastu Hayes 1982 yakni ikan pelagis biasanya bergerak ke dekat permukaan saat menjelang malam hari dan menuju perairan yang agak dalam menjelang siang. Barange Hampton 1997 menyatakan bahwa jenis ikan anchovy dan pilchard yang tergolong kelompok clupeid membentuk kawanan padat pada waktu siang hari. Hal ini diperkuat Coetzee, 2000 menyatakan bahwa kawanan sardine dapat dibedakan bentuk kawanannya pada siang hari dan cenderung menyebar di lapisan-lapisan permukaan pada malam hari sehingga sulit untuk dideteksi bentuk kawanannya. Ikan lemuru merupakan jenis ikan pelagis yang sering melakukan migrasi dalam bentuk kawanan sehingga dalam siklus hidupnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Suhu dan salinitas berperan sebagai faktor pembatas dalam kehidupannya. Pada saat terjadi perubahan suhu dan salinitas maka kawanan ikan lemuru akan mencari kisaran suhu dan salinitas yang sesuai. Toleransi suhu bagi kawanan ikan lemuru adalah 16-29 o C, dengan jarak toleransi mencapai 13 o C. Musim peralihan I musim kemarau dimana kisaran suhu cukup tinggi maka kawanan ikan lemuru cenderung menuju ke perairan yang lebih dalam. Pada musim ini terjadi penaikan massa air yang cukup tinggi sehingga suhu dan salinitas optimum bagi kawanan lemuru pada saat tersebut adalah 27.8 o C dan 33.1 o oo . Pada musim timur, kenaikan massa air semakin jelas sehingga kawanan lemuru menempati kisaran suhu dan salinitas yang relatif sempit yaitu 28.7 o C dan 34.1 o oo . Pada peralihan II, hanya tinggal sisa-sisa penaikan massa air sehingga kawanan lemuru menempati kisaran suhu dan salinitas relatif longgar yaitu 21- 27 o C dan 33.7 o oo . Suhu merupakan faktor penting bagi ikan lemuru. Kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali cenderung melakukan pemijahan ataupun mencari makan pada kisaran suhu 28-29 o C dan mencari daerah terlindung untuk pembesaran pada kisaran suhu 21-27 o C. Kawanan lemuru umumnya berada pada suhu 29 o C, kawanan protolan memiliki kisaran suhu optimum 27-28 o C dan kawanan sempenit memiliki suhu optimum 21 o C. Kepadatan kawanan ikan lemuru terkait dengan kelimpahan plankton musim timur. Berdasarkan hal tersebut maka, suhu berpengaruh secara langsung terhadap aktifitas dan siklus hidup kawanan ikan lemuru dan berpengaruh tidak langsung pada kepadatan kawanan ikan lemuru. Fenomena diatas agak berbeda dengan hasil pengamatan Wudianto 2001 yang menunjukkan bahwa meningkatnya kelimpahan ikan lemuru seiring dengan menurunnya nilai suhu dan meningkatnya kelimpahan fitoplankton. Kejadian diatas dimungkinkan karena suhu pada penelitian ini adalah kisaran suhu kawanan ikan lemuru bukan kisaran suhu perairan secara vertikal ataupun horisontal.

5.5.2 Karakteristik kawanan ikan lemuru