kawanan ikan bukan lemuru, yaitu dari 8 kawanan ikan ada 1 kawanan ikan salah identifikasi ke dalam kawanan ikan lemuru.
Hasil analisis gerombol menyatakan bahwa kawanan ikan no 53 adalah kawanan lemuru dan kawanan ikan no 55 adalah kawanan bukan lemuru, ternyata
menghasilkan salah identifikasi seperti pada Tabel 4.9.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Identifikasi Kawanan Ikan Pelagis
Kebutuhan kawanan ikan terhadap ruang hidup tidak selalu sama, hal ini disebabkan oleh 3 tiga hal yakni, 1 bentuk, ukuran, posisi dan energi kawanan
ikan sebagai faktor internal sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain dan dalam spesies itu sendiri, serta dari kelas umur juvenil ke kelas umur dewasa, 2
karakteristik kawanan ikan mungkin tergantung pada faktor eksternal seperti faktor suhu, salinitas hidrologi, keberadaan predator dan mangsanya dan 3 komposisi
spesies kawanan mungkin berpengaruh pada distribusi vertikal dan tingkah laku kawanan. Berdasarkan asumsi tersebut maka faktor internal dan ekternal
mempunyai interaksi yang komplek, sehingga perlu diurai satu persatu untuk mendapatkan pola yang benar.
Adanya korelasi yang kuat antar deskriptor akustik morfometrik, batimetrik dan energetik di perairan Selat Bali cukup untuk dijadikan tolok ukur yang lebih
baik dalam mendeteksi kawanan ikan pelagis secara internal. Korelasi antara posisi kawanan dalam kolom air relative altitude dengan deskriptor morfometrik
menjelaskan bahwa bentuk dan ukuran kawanan ikan tidak terlepas dari tingkah laku kawanan tersebut. Migrasi harian berpengaruh terhadap posisi ikan dalam
kolom perairan, sehingga korelasi yang terjadi adalah korelasi tingkah laku kawanan ikan baik untuk alasan mencari makan atau hubungan sosial.
Hasil dendogram analisis gerombol menunjukkan bahwa sebesar 86.2 kawanan ikan adalah kawanan ikan lemuru dan sisanya kawanan bukan ikan
lemuru. Hasil penelitian diatas menguatkan penelitian Budihardjo et al. 1990 yang menyatakan bahwa sekitar 80 produksi total ikan yang didaratkan dari
perairan Selat Bali adalah jenis ikan lemuru Sardinella lemuru. Merta 1992 mengemukakan bahwa produksi ikan lemuru yang didaratkan di perairan Selat
Bali berkisar antara 65.86 – 92.89 dari produksi total Tahun 1984-1989. Hasil tersebut hampir sama dengan hasil pengamatan Wudianto, 2001 melalui
komposisi hasil tangkapan ikan Tahun 1996-1998 yang memaparkan bahwa
kawanan ikan pelagis yang dominan dan sering muncul di perairan Selat Bali adalah kawanan lemuru, tongkol dan layang. Bila diamati lebih jauh, maka
kawanan ikan lemuru lebih dominan dibandingkan kawanan tongkol dan layang di perairan Selat Bali. Sehingga kawanan bukan ikan lemuru diprediksi sebagai
kawanan ikan tongkol dan layang. Hasil analisis diskriminan memaparkan bahwa variabel yang berpengaruh
terhadap pemisahan kawanan ikan lemuru dan bukan ikan lemuru adalah tinggi, panjang, area, perimeter deskriptor morfometrik, relative altitude deskriptor
batimetrik, skewness dan standar deviasi deskriptor energetik. Merujuk dari hasil yang didapat, maka deskriptor morfometrik dapat
dijadikan sebagai deskriptor yang berpengaruh terhadap pemisahan kawanan ikan pelagis. Deskriptor energetik hanya sebaran distribusi dan simpangan bakunya
saja yang dapat dijadikan sebagai faktor pemisah. Variabel energi tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu, hal ini mungkin disebabkan energi akustik ikan
pelagis kecil relatif sama. Deskriptor batimetrik hanya relative altitude saja yang dapat dijadikan sebagai faktor penentu, sedang variabel mean depth tidak dapat
dijadikan sebagai faktor penentu. Hal ini berkaitan dengan migrasi harian ikan dimana posisi kawanan ikan berada pada lapisan atas, bawah atau dasar perairan
bukan pada nilai kedalamannya m. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengamatan Coetzee 2000 yang
menyatakan bahwa variabel-variabel morfologi adalah deskriptor akustik yang paling berperan dalam menentukan karakteristik kawanan ikan sardine. Begitupun
Lu Lee menyatakan bahwa variabel-variabel struktur eksternal morfologi adalah deskriptor akustik yang berperan dalam menentukan kawanan ikan
skipjack, round scad, horse mackerel, anchovy dan larva ikan. Namun Lawson 2001 menyatakan bahwa deskriptor akustik morfometrik tidak dapat
membedakan kawanan ikan anchovy, sardine dan round herring, justru deskriptor akustik energetik dan batimetrik yang paling berperan. Fenomena ini mungkin
dapat dijelaskan dari hasil pengamatan Baussant et al.,1993 yang menunjukkan bahwa analisis mutivariate bisa menyebabkan terjadi korelasi negatif antara
deskriptor akustik morfometrik dan energetik pada patches plankton. Model pada Tabel 4.8 menjelaskan fungsi dari pemisahan kelompok.
Secara lebih jelas nilai koefisien yang menggambarkan kawanan ikan lemuru dapat dinotasikan sebagai berikut:
Fx = 0.917Peri + 0.803Area + 0.72Pj + 0.308Skew - 0.259SD + 0.233Tg + 0.192RA - 0.047Kur - 0.046E + 0.021MD.
nilai deskriptor dari kawanan ikan yang dimasukkan ke dalam fungsi tersebut akan memperoleh kisaran nilai 0-1. Nilai yang cenderung bernilai 1 satu dapat
dimasukkan ke dalam kelompok kawanan ikan lemuru dan nilai yang cenderung bernilai 0 nol dapat dimasukkan ke dalam kelompok kawanan bukan ikan
lemuru. Hasil identifikasi kawanan ikan pelagis menunjukkan bahwa 96.55
49+758100 kawanan ikan pelagis yang diteliti dapat diidentifikasi dengan benar, sedang sisanya mengalami salah identifikasi. Kawanan ikan pelagis yang
diidentifikasi dengan benar menunjukkan bahwa kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali dapat diidentifikasi berdasarkan spesies menggunakan deskriptor
akustik.
4.5.2 Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis Morfometrik kawanan ikan pelagis