terpencar scatter pada malam hari sehingga tidak ditemukan lemuru berbentuk kawanan kompak pada malam hari kecuali pada peralihan II lihat Gambar 6.3.
Lemuru tergolong kelompok cluipeid yang membentuk kawanan padat pada waktu siang hari dan menyebar saat malam hari. Barange Hampton 1997
menyatakan bahwa jenis ikan anchovy dan pilchard yang tergolong kelompok clupeid membentuk kawanan padat pada waktu siang hari. Hal ini diperkuat
Coetzee 2000 yang menyatakan bahwa kawanan sardine dapat dibedakan bentuk kawanannya pada siang hari dan cenderung menyebar di lapisan-lapisan
permukaan pada malam hari sehingga sulit untuk dideteksi bentuk kawanannya. Informasi mengenai keberadaan dan densitas kawanan ikan lemuru sangat
penting bagi keberhasilan penangkapan ikan karena pengoperasian alat tangkap akan efektif jika dilakukan pada kawanan ikan atau gerombolan ikan dengan
densitas yang padat. Dwiponggo 1982 menyatakan bahwa penangkapan ikan lemuru dilakukan pada malam hari, dengan menggunakan alat bantu lampu
petromak untuk pemusatan gerombolan lemuru. Merta 1992 menyatakan bahwa waktu operasi kapal-kapal pukat cincin terutama pada malam hari dan
gelap bulan. Kawanan ikan lemuru pada musim timur umumnya berada di perairan
dangkal dengan kedalaman dasar perairan sekitar 65 m. Kawanan ikan ini umumnya menempati lapisan permukaan surface layer meskipun pada siang
hari sehingga Merta 1992 menyatakan bahwa pada musim timur, operasinya adalah dengan cara tidak memakai lampu gadangan yaitu perahu bergerak terus
untuk mencari gerombolan ikan searching. Gerombolan ikan dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan suatu alat, seperti binoculer.
Kawanan ikan lemuru pada peralihan I masa transisi antara musim barat dengan musim timur umumnya berada di perairan dalam dan perairan dangkal
yang menjorok ke perairan dalam dengan kedalaman dasar perairan sekitar 200 m. Kawanan ikan ini umumnya menempati lapisan dasar bottom layer pada
siang hari dan menyebar ke permukaan pada malam hari sehingga Merta 1992 menyatakan bahwa pada musim barat, operasi dilakukan dengan cara memakai
lampu ngoncor untuk menarik ikan-ikan lemuru berkumpul di sekitar lampu. Waktu operasi mengikuti peredaran bulan. Operasi hanya dilakukan pada waktu
bulan gelap dan pada waktu bulan purnama, kegiatan penangkapan terhenti.
7.5 Identifikasi kawanan ikan pelagis secara menyeluruh
Bahasan ini merupakan tambahan dalam mengidentifikasi kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali secara menyeluruh tidak hanya faktor internal tetapi
juga faktor eksternal dari kawanan ikan pelagis kecil. Hal ini dimaksudkan untuk menawarkan suatu perspektif baru dalam menganalisis suatu fenomena alam
yang saling berhubungan satu sama lain. Deskriptor akustik yang digunakan dalam analisis adalah deskriptor akustik pada bab identifikasi dan klasifikasi
kawanan ikan. Hasil dendogram analisis gerombol menunjukkan bahwa sebesar 93.1
kawanan ikan adalah kawanan ikan lemuru dan sisanya bukan kawanan ikan lemuru diprediksi kawanan tongkol dan layang. Kawanan ikan lemuru dapat
diklasifikasikan berdasarkan musim menjadi 3tiga kategori yaitu musim peralihan I didominasi oleh kawanan protolan, musim timur didominasi oleh kawanan lemuru
50 dan campuran 42.3 dan sisanya kawanan sempenit. Adapun musim peralihan II didominasi kawanan sempenit 87.5 dan protolan 12.5. Secara
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil identifikasi kawanan ikan pelagis ini meningkat dari 86.2 menjadi
93.1. Hal ini disebabkan variabel yang dianalisis lebih banyak sehingga saling melengkapi satu sama lain. Klasifikasi kawanan ikan lemuru berdasarkan musim
dan ukuran ikan relatif sama dengan yang diulas pada bab klasifikasi kawanan ikan lemuru. Hal yang menarik justru pada kawanan sempenit dan bukan
kawanan ikan lemuru pada peralihan II. Berdasarkan dendogram analisis gerombol Lampiran 9, dapat dilihat bahwa jika ditarik jarak sebesar 24.02 maka
kawanan sempenit dan bukan kawanan ikan lemuru dapat dimasukkan ke dalam satu gerombol. Hal ini mengindikasikan bahwa kawanan ikan yang masih
berukuran kecil sukar untuk dideteksi spesies kawanan ikannya. Hasil analisis diskriminan memaparkan bahwa deskriptor akustik batimetrik
dan data tambahan berpengaruh terhadap pemisahan kelompok kawanan ikan pelagis. Adapun deskriptor akustik morfometrik yang berpengaruh terhadap
pemisahan kelompok adalah variabel panjang, perimeter dan elongasi, sedangkan deskriptor akustik energetik hanya variabel densitas dan skewness saja yang
berpengaruh terhadap pemisahan kelompok. Hal ini mengindikasikan bahwa posisi kawanan ikan dalam kolom perairan, suhu, salinitas, bentuk kawanan
elongasi, ukuran kawanan panjang, perimeter dan densitas kawanan berperan dalam menentukan spesies kawanan ikan pelagis.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 93.1 [13+15+14+9+358100] kawanan ikan pelagis dapat diidentifikasi dengan benar di perairan Selat Bali
berdasarkan spesies dan ukuran ikan menggunakan deskriptor akustik dan data tambahan suhu dan salinitas.
Berdasarkan hasil analisis identifikasi secara menyeluruh didapatkan suatu kesimpulan bahwa kawanan ikan yang berukuran kecil lebih sukar dideteksi
spesiesnya dan variabel yang berupa fenomena alam akan saling terkait satu sama lain sehingga analisis secara komprehensif diperlukan untuk menunjang
keakuratan hasil identifikasi. Metodologi yang digambarkan dalam penelitian ini menawarkan perspektif
baru dalam memanfaatkan data akustik untuk memecahkan masalah akurasi pendugaan stok ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data akustik
mengandung informasi yang lebih akurat yang tidak diperoleh dengan metode semi-kuantitatif atau yang tidak dapat diidentifikasi dari echogram.
Studi ini menunjukkan bahwa deskriptor akustik sebagai algoritma pola pengenalan dengan mempergunakan setiap nilai Sv dapat 1 mengidentifikasi
kawanan ikan pelagis berdasarkan spesies; 2 Klasifikasi kawanan ikan lemuru berdasarkan ukuran ikan dan musim; 3 Menganalisis struktur kawanan ikan
lemuru berdasarkan pola pembentukan kawanan dan 4 karakteristik kawanan ikan pelagis. Bagaimanapun, teknik ini harus dipandang sebagai usaha paralel
untuk memanfaatkan kualitas informasi yang ada pada data akustik menjadi lebih baik. Disamping itu, pendekatan analisis dengan mempertimbangkan agregasi
atau kumpulan atau kawanan daripada individu target diharapkan akan menambah pemahaman yang lebih baik pada proses akurasi pendugaan stok
ikan.
8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan