ukuran kawanan yang mulai matang gonad. Ciri lainnya adalah bentuk kawanan yang oval tebal cenderung untuk berubah bentuk ke oval lonjong bentuk kawanan
lemuru. Area kawanan ikan cenderung sedang dengan kepadatan jarang mengindikasikan adanya interaksi antar lemuru jantan dan betina untuk
mendapatkan pasangan. Disamping itu, terjadi penaikan massa air yang dimulai di dalam Selat Bali dan suhu permukaan relatif homogen namun cukup tinggi yaitu
berkisar 30
o
C sehingga kawanan lemuru mencari toleransi suhu yang sesuai dengan menuju perairan dalam. Suhu dan salinitas optimum kawanan ikan
adalah 27
o
C dan 33.1
o oo
. Kawanan ikan lemuru pada musim timur berada di perairan dalam
perairan Jawa diperkirakan untuk melakukan pemijahan dan perairan dangkal perairan Bali diperkirakan untuk mencari makan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Merta 1992 yang menyatakan bahwa ikan lemuru di Selat Bali mempunyai musim pemijahan yang panjang, diperkirakan mulai bulan Mei dan
puncaknya bulan Juli, dan memanjang sampai bulan Agustus atau September. Sesudah memijah sebagian besar kawanan ikan lemuru menuju perairan dangkal
untuk mencari makan yang ditandai dengan kelimpahan plankton cukup tinggi pada musim timur. Wudianto 2001 menyatakan bahwa pada musim timur
kelimpahan plankton cukup tinggi dibandingkan musim lainnya. Arah pergerakan kawanan ikan lemuru di perairan Bali dan perairan Jawa,
nampaknya terjadi perbedaan waktu pertumbuhan. Hal ini terlihat dari ukuran tubuh ikan lemuru. Di perairan JawaSelat Bali bagian barat pada peralihan I
akhir bulan April, kawanan ikan yang mendominasi adalah protolan. Pada musim timur bulan Agustus, kawanan ikan yang mendominasi adalah lemuru.
Pada peralihan II bulan September, kawanan ikan yang mendominasi adalah sempenit. Di perairan BaliSelat Bali bagian timur pada peralihan I, kawanan ikan
yang mendominasi adalah protolan. Pada musim timur, kawanan ikan yang mendominasi adalah campuran lemuru dan sempenit. Pada peralihan II,
kawanan ikan yang mendominasi adalah sempenit dan protolan. Bila dibandingkan kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali maka kawanan ikan
lemuru di perairan Selat Bali bagian timur lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali bagian barat.
7.4 Analisis struktur kawanan ikan lemuru
Hasil klasifikasi kawanan melengkapi karakateristik kawanan lemuru pada identifikasi. Faktor eksternal seperti suhu dan salinitas membantu dalam
menjelaskan kawanan lemuru lebih lanjut. Langkah terakhir adalah menentukan apakah kawanan lemuru memiliki struktur atau tidak.
Hasil klasifikasi pada analisis struktur menggunakan teknik variogram menunjukkan bahwa sebesar 60 kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali
memiliki struktur terstruktur dan struktur lemah pada seluruh survei. Deskriptor akustik tinggi dan panjang morfometrik, minimum altitude dan minimum depth
batimetrik berperan dalam membentuk struktur kawanan ikan lemuru pada seluruh survei kecuali energetik. Hal ini menunjukkan bahwa deskriptor akustik
tersebut memiliki pola yang stabil untuk membentuk struktur spasial kawanan ikan lemuru di setiap musim peralihan I, II dan timur. Deskriptor akustik tinggi
berperan kuat dalam membentuk struktur kawanan ikan lemuru di seluruh musim. Bahri Freon 2000 menyatakan bahwa deskriptor tinggi maksimum kawanan
ikan sardine, sprat dan anchovy terstruktur pada seluruh survei di Laut Adriatik dan Catalan. Energi akustik kawanan ikan lemuru kurang berperan dalam
menentukan struktur kawanan ikan tetapi berguna untuk melihat orientasi ikan dalam membentuk kawanan.
Pada musim peralihan I, terjadi dinamika pembentukan struktur kawanan ikan lemuru. Hal ini mengingat, ukuran ikan lemuru masih kecil sehingga belum
terbentuk struktur kawanan yang stabil. Musim timur, kawanan ikan lemuru berukuran besar matang gonad sehingga sudah memiliki kestabilan dalam
menentukan struktur kawanan dan sebagian lagi tidak membentuk struktur yang jelas karena ukuran ikan bervariasi dan tujuan ikan berkumpul adalah mencari
makan. Pada musim ini, kelimpahan plankton cukup tinggi. Musim Peralihan I merupakan masa transisi bagi pembentukan struktur kawanan ikan lemuru karena
ukuran ikan lemuru baru memulai tahap reproduksi. Berdasarkan uraian diatas maka perubahan struktur kawanan ikan lemuru
tergantung pada perubahan spasial dan temporal berdasarkan musim dan ukuran tubuh ikan body length.
Di bidang hidroakustik, dimensi fraktal ternyata dapat diaplikasikan untuk menunjang analisis struktur kawanan ikan lemuru di perairan Selat Bali. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara besaran dimensi fraktal suatu fenomena proses alam yang bekerja pada pola pembentukan kawanan ikan.
Lemuru yang merupakan ikan diurnal aktif pada siang hari tersebar membentuk kawanan pada pagi dan siang hari di seluruh survei peralihan I,
musim timur dan peralihan II dan akan menyebar ke permukaan dalam bentuk
terpencar scatter pada malam hari sehingga tidak ditemukan lemuru berbentuk kawanan kompak pada malam hari kecuali pada peralihan II lihat Gambar 6.3.
Lemuru tergolong kelompok cluipeid yang membentuk kawanan padat pada waktu siang hari dan menyebar saat malam hari. Barange Hampton 1997
menyatakan bahwa jenis ikan anchovy dan pilchard yang tergolong kelompok clupeid membentuk kawanan padat pada waktu siang hari. Hal ini diperkuat
Coetzee 2000 yang menyatakan bahwa kawanan sardine dapat dibedakan bentuk kawanannya pada siang hari dan cenderung menyebar di lapisan-lapisan
permukaan pada malam hari sehingga sulit untuk dideteksi bentuk kawanannya. Informasi mengenai keberadaan dan densitas kawanan ikan lemuru sangat
penting bagi keberhasilan penangkapan ikan karena pengoperasian alat tangkap akan efektif jika dilakukan pada kawanan ikan atau gerombolan ikan dengan
densitas yang padat. Dwiponggo 1982 menyatakan bahwa penangkapan ikan lemuru dilakukan pada malam hari, dengan menggunakan alat bantu lampu
petromak untuk pemusatan gerombolan lemuru. Merta 1992 menyatakan bahwa waktu operasi kapal-kapal pukat cincin terutama pada malam hari dan
gelap bulan. Kawanan ikan lemuru pada musim timur umumnya berada di perairan
dangkal dengan kedalaman dasar perairan sekitar 65 m. Kawanan ikan ini umumnya menempati lapisan permukaan surface layer meskipun pada siang
hari sehingga Merta 1992 menyatakan bahwa pada musim timur, operasinya adalah dengan cara tidak memakai lampu gadangan yaitu perahu bergerak terus
untuk mencari gerombolan ikan searching. Gerombolan ikan dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan suatu alat, seperti binoculer.
Kawanan ikan lemuru pada peralihan I masa transisi antara musim barat dengan musim timur umumnya berada di perairan dalam dan perairan dangkal
yang menjorok ke perairan dalam dengan kedalaman dasar perairan sekitar 200 m. Kawanan ikan ini umumnya menempati lapisan dasar bottom layer pada
siang hari dan menyebar ke permukaan pada malam hari sehingga Merta 1992 menyatakan bahwa pada musim barat, operasi dilakukan dengan cara memakai
lampu ngoncor untuk menarik ikan-ikan lemuru berkumpul di sekitar lampu. Waktu operasi mengikuti peredaran bulan. Operasi hanya dilakukan pada waktu
bulan gelap dan pada waktu bulan purnama, kegiatan penangkapan terhenti.
7.5 Identifikasi kawanan ikan pelagis secara menyeluruh